Mohon tunggu...
Jahar Haiba ID
Jahar Haiba ID Mohon Tunggu... -

saya bercita-cita ingin jadi novelis dan penulis skenario film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Memaafkan & Meminta Maaf

18 Agustus 2010   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:56 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Yaa Tuhan Kami berikanlah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, Dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hasyr: 10)

"Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya ... (QS. Al-Baqarah:109)

"Maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Maidah: 13)

" ... Dan jika kamu memaafkan, tidak memarahi dan mengampuni mereka, maka sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang." (QS. At-Taghabuun: 14)

" ... Dan sesungguhnya Kiamat itu pasti datang, maka maafkanlah mereka dengan cara yang baik." (QS. Al-Hijr: 85)

" ... Dan orang-orang yang menahan amarah-Nya serta memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran: 134)

" … yaitu di hari harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang -orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. As-Syua'ara: 88-89).

"Dan hendakalah mereka memaafkan dan berlapang dada. apakah tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?" (QS. An-Nur : 22)

"... Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil darimu ..." (QS. Al-Anfal: 70)

“Yaa Allah kami memohon kepada-Mu agar diberikan hati yang lapang."
====<><><>=====

Ibnul Qayyim pernah berkata, ""Bentuk kedermawanan ada sepuluh macam, salah satunya adalah kedermawanan dengan nama baik, seperti kedermawanan Abu Dhamdam dari kalangan sahabat. jika bangun pagi ia berdoa, 'Ya Allah, saya tidak memiliki harta yang bisa saya sedekahkan kepada manusia. karena itu saya bersedekah dengan nama baik saya. siapa yang mencela atau menuduh saya berbuat cela, maka ia saya bebaskan dari tuntutan saya."
kemudian Rasulullah bersabda, "siapakah dari kalian yang bisa berbuar seperti Abu Dhamdham?"

Suatu ketika Rasulullah SAW mendorong para sahabatnya untuk bersedekah. Kemudian 'Ilbah bin Zaid berkata, "Yang saya miliki hanya nama baik saya. karena itu saya bersumpah kepadamu wahai rasulullah, bahwa saya menyedekahkan nama baik saya bagi orang-orang yang menzalimi saya." Beberapa waktu kemudian Rasulullah bertanya dua atau tiga kali, "di manakah 'Ilbah bin Zaid?" mendengar panggilan Rasulullah, 'Ilbah langsung datang. rasulullah bersabda kepadanya, "Engkau yang menyedekahkan nama baikmu, Allah telah menerima sedekahmu itu."
Ka'ab bin Malik bertutur mengenai kisah tertinggalnya dari pasukan perang tabuk, "ketika Rasulullah dan pasukannya sampai ke Tabuk, beiau mencariku. Rasulullah bertanya, 'apa yang dilakukan oleh Ka'ab?'"

Salah seorang dari pasukan menjawab sembari melecehkan, "Ia tidak ikut serta dalam perang ini, wahai Nabi Allah."

Kemudian Muadz Bin Jabal berkata, "Alangkah buruknya yang telah engaku katakan tadi. Demi Allah kami hanya mengetahui yang baik darinya."

Saat itu Muadz sebenarnya bisa saja diam mendengar perkataan lelaki tadi karena ada Rasulullah. namun kebenaran yang memenuhi hatinya telah menggerakkannya untuk berbicara di hadapan Rasulullah. Rasulullah hanya Diam menyaksikan hal itu. perbuatan Muadz adalah bentuk pembelaan terhadap nama baik saudaranya. dia juga ingin mempertahankan nama baik saudaranya.

Rasulullah bersabda: "barangsiapa yang mempertahankan nama baik saudaranya, maka Allah akan menolak api neraka dari wajah orang itu pada hari kiamat."
Jika tuduhanmu benar, Semoga Allah mengampuniku sautu ketika ada permasalan antara hasan bin hasan dan Ali bin Zainal Abidin. Hasan mendatangi Ali yang ketika itu berada di masjid bersama para sahabatnya. Hasan meninggalkan masjid setelah mengatakan satu tuduhan kepada Ali. Malam harinya, Ali mendatangi rumah Hasan.

Ali berkata, "Wahai Saudaraku, jika benar tuduhan yang kamu katakan kepadaku, semoga Allah mengampuni kesalahanku. Dan jika kamu berdusta, semoga Allah mengampunimu. semoga keselamatan senantiasa bersamamu."

Setelah berkata seperti itu Ali pun pergi. Hasan mengejar Ali sambil menangis, bahkan hingga isak tangisnya terdengar oleh Ali. Ali menoleh, memandangi Hasan.
"Aku berjanji kepadamu tidak akan mengulangi lagi mengatakan sesuatu yang kamu benci," kata Hasan.

"Aku telah memaafkan apa yang telah kamu katakan kepadaku."
Subhanallah! siapakah diantara kita yang mampu berprilaku mulai seperti di atas?
marilah kita renungkan petikan syair berikut ini. semoga siapa pun yang membacanya bisa menjadi pencerahan yang akan merubah tingkah lakunya dari terhina menjadi mulia.
Jika jiwa-jiwa telah membesar

Maka tubuh akan kesulitan mengikuti kehendaknya.
Di semua segi aku mencintai sahabat-sahabatku
Yang menutup mata atas kesalahanku

Dan dalam kebaikan ia menemaniku
Juga menjaga nama baikku saat hidup maupun setelah matiku
Meski kalian menyakiti hatiku
Aku akan tetap bersabar menanggung aniaya kalian dan takkan menampakkannya
Kemudian aku akan datang kepada kalian dengan sikap kasih sayang
Seolah aku tidak pernah mendengar dan tidak melihat
Aniaya yang telah kalian lakukan padaku
Sesungguhnya antara aku dan orang-orang
Serta antara aku dan anak-anak pamanku sangatlah berbeda
Bila mereka menyakiti hatiku,
Aku berusaha tidak akan mengulangi lagi menyakiti mereka
Jika mereka berusaha meruntuhkan kemuliaanku
Aku akan berusaha membangun kemuliaan mereka
Jika mereka sewenang-wenang saat aku pergi
Saat mereka pergi aku menjaga kehormatan mereka
dan jika mereka mengharapkan ketiadaanku
aku mengharapkan petunjuk kepada mereka
Aku tidak menyimpan kedengkian terpendan terhadap mereka
Dan bukanlah orang yang mulia jika ia masih menyimpan kedengkian pada sesamanya.


(Dikutip dari "Menggapai Surga dengan Kelapangan Dada", Thariq Salim, penerbit GIP dengan sedikit perubahan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun