Kita berharap banget Menhan Purnomo bisa menaklukkan Dephan dengan mengedepankan kepentingan modernisasi alutsista TNI secara komprehensif dan fundamental berdasarkan kepentingan nasional, bukan kepentingan bang saku (baca: bank saku alias komisi). Ini adalah pekerjaan berat karena akan berhadapan dengan marketer (saudara sepupunya makelar) produsen senjata yang berupaya kuat menawarkan produk mereka dengan sejuta keunggulan dan segepok komisi.
Rencana pemberdayaan industri strategis mulai menampakkan sinarnya. PT DI melanjutkan order 9 Helikpoter Super Puma TNI AU, dapat pesanan 6 pesawat patroli CN 235 MPA. Pindad meneruskan 40 unit order Panser, produksi massal senjata SS2, roket dan artileri. PAL kebanjiran order PKR, FPB, Repowering KRI, Instrumen Tempur KRI, kerjasama buat kapal selam, pasang rudal dan lain-lain. Kemudian ada proyek rudal Lapan yang akan menjadi salah satu senjata strategis TNI.
Makna dari semua ini adalah cara pandangnya yang harus diubah yaitu dengan mengutamakan pemberdayaan industri hankam dalam negeri, mengutamakan produksi dalam negeri, baru kemudian menoleh jendela luar, itupun kalau yang diluar jendela tadi mau bekerjasama dengan industri hankam kita. Dan perjalanan manajerial seorang Purnomo akan diuji di medan yang penuh dengan jenderal bintang satu sampai empat. Kalau dia berhasil mereformasi Dephan maka dia layak mendapat bintang purnama, kalau tidak ya terpaksa minum bintang tujuh. Bukankah begitu bapak Presiden ?
*****
Jagpan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H