Mengapa pola pikir kita selalu mengutamakan kehebatan Direksi sebuah Bank atau Perusahaan dengan tingkat kesejahteraan yang luar biasa padahal job atau urusan keamanan itu justru lebih luas dan bahkan menyangkut nyawa si pengawal keamanan. Yang lebih heboh lagi ketika sebuah Bank kolaps, Pemerintah buru-buru menyuntik dana 6,7 Trilyun untuk menyelamatkannya, padahal itu Bank unyil yang tak berdampak sistemik, dan ternyata dirampok oleh pemiliknya sendiri yang berlabel Direksi dan Komisaris itu. Bandingkan misalnya dengan arogansi Malaysia yang berani memasuki teritori ambalat, melecehkan NKRI dan membangun pangkalan militer besar-besaran di Sabah, apa yang bisa kita lakukan untuk sekedar mengimbanginya. Ini bisa terjadi karena pengawal NKRI yang bernama TNI itu dianggap Malaysia sebagai sosok yang gagah gemulai.
Obsesi kita sederhana saja, tingkatkan kesejahteraan prajurit TNI secara signifikan dan lengkapi arsenal mereka dengan alutsista herder bukan alutsista anjing kampung yang dilempar batu langsung ngacir. Buang jauh-jauh hantu yang bernama anggaran. Harus ada niat yang tulus dari pemerintah untuk mendirikan sosok gagah perkasa dan berwibawa bagi pengawalnya, sekaligus untuk membuktikan tidak ada perjanjian tak tertulis dengan Barat bahwa TNI tidak boleh gagah perkasa. Bukankah top manajemen republik ini dipimpin oleh seorang Jendral Purnawirawan yang cerdas dan piawai. Bukankah NKRI ini sebuah negara kepulauan terbesar di dunia. Bukankah sumber daya alam NKRI ini paling lengkap di seluruh dunia.
****
Jagpan / 25 Nopember 2009
jagpan@plasa.com
(Pengamat Alutsista TNI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H