Mohon tunggu...
Robert Setiadji
Robert Setiadji Mohon Tunggu... Penulis - Warung Om KOMPA dan Tante SIANA Cari Kawan Kolaborasi

Email : Om KOMPA Tante SIANA warung.kata2x@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cancer Study Club and My Brother Chad

7 Agustus 2022   08:31 Diperbarui: 7 Agustus 2022   08:41 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini kisah tentang My Best Brother Chad 3rd Generation of Veldhuyzen Family who is also the sixth child of Agnes Evertine Veldhuyzen.

Heboh Sorak Soray dan Situasi "Gila" saat Pengumuman Kenaikan Kelas 1 SMA.

Pada hari itu saat pengumuman kelas 1 SMA St Maria Surabaya, semua murid di undang masuk kelas.
Tampak Ibu Dewi guru Bahasa Inggris sebagai Wali Kelas ku yang saat itu akan bacakan siapa-siapa saja yang akan naik kelas.
Dengan aksen cadelnya, mungkin karena terlalu banyak ngomong bahasa ingris itu sampaikan :
Anak-anak halap teunang yach, saya akan buacakan siapa-siapa yang boleh nuaik kelas dan maju ke deupan kelas untuk ambil Surat Tanda Nuaik Kelas and "Be Quiet Please..."

Di panggil lah murid satu persatu sesuai nomer urut nama anggota kelas...
Situasi tampak Tenang dan Tegang juga Hening ketika di panggil nama-nama satu persatu yang naik kelas dan ambil surat tanda naik kelas.
Semua HHC atau Harap Harap Cemas saat tunggu namanya di panggil maju...dan dalam hati bertanya-tanya apakah nama ku sebutkan naik kelas dan di panggil maju kedepan kelas...ya ?

Sampai ketika suatu Nama di sebutkan "Roy Robertus Setiadji"
Semua anak satu kelas Sontak Teriak-teriak... HORE...HORE...HORE...dan pada jingkrak-jingkrak disertai tepuk tangan...pokoknya rame banget...tanda senang setengah mati...
Situasi berubah dari hening dan tegang menjadi heboh dan "Gila" luapkan rasa senang dan suka cita...

Tapi lain beda dengan aku hanya senyum dan sesekali ketawa kecil sambil berjalan maju kedepan kelas disertai tepuk tangan bila lewati teman ada yang menepuk bahu aku dan ada juga yang meninju bahu aku...
Kemudian aku kembali ke bangku dan duduk terdiam namun situasi kelas tetap ramai riuh terus...
Ibu Dewi selaku wali kelas tidak memarahi anak-anak di kelas bahkan ikut tertawa senang dan geleng-geleng kepala lihat ke gilaan anak-anak dikelas.

Lain sekali dengan aku yang masih diam saja dan terheran-heran setengah tidak percaya...
Bukan tidak percaya karena naik kelas...Tapi karena tidak percaya dan Heran Kenapa Heboh Banget Ketika Nama ku disebutkan tanda naik kelas...

Ketika situasi sudah mulai reda...aku tanya ke Yudi Widodo teman sebangku dan Heny Wijanarko yang duduk di depan bangku ku...
Hei, aku heran kenapa jadi heboh dan pada sorak sorak tepuk tangan jingkraj-jingkrak pas nama ku di panggil tanda naik kelas...
Jawab Yudi dan Heny bebarengan karena "Roy kamu jadi patokan atau standard bawah kalau Roy naik kelas maka semua anak satu kelas akan bakal naik kelas...
Karena Roy kamu dianggap anak paling Bodoh dan paling Goblok di kelas.
Terjawablah Teka-teki kenapa situasi kelas jadi rame sorak sorai tepuk tangan jingkrak-jingkrak, karena senang semua bakal naik kelas sebab si anak paling bodoh yang jadi patokan standard batas bawah anak terbodoh dikelas itu aja naik kelas maka semua anak bakal naik kelas juga...

Dan aku hanya menjawab satu kata atas jawaban penjelasan Yudi dan Heny itu : " Jancuk " (bukan tanda marah tapi tanda heran ternyata begitu ya...)

Duduk Sama Rendah Tapi Berdiri Beda Tinggi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun