Mohon tunggu...
Robert Setiadji
Robert Setiadji Mohon Tunggu... Penulis - Warung Om KOMPA dan Tante SIANA Cari Kawan Kolaborasi

Email : Om KOMPA Tante SIANA warung.kata2x@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Adegan Tembak Berdarah di Sendratari 17 Agustusan Itu Jadi Nyata

21 Agustus 2020   18:38 Diperbarui: 21 Agustus 2020   18:34 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu karena salah paham seorang oknum polri tersinggung saat antri di loket tiket, merasa diejek oleh adik-adik Sucipto, Faton dan Arifin.
Oknum polri yang tidak berbaju seragam polri menantang duel dan berkata: kalau kalian jantan datang ke tempat saya jl. Pajajaran no. 7 tak jauh hanya 100 meteran dari Bioskop Purnama.
Faton dan Arifin mengadu ke Sucipto, kemudian Sucipto diikuti Faton dan Arifin datang ke tempat oknum polri yang tadi tak berseragam polri hanya berpakaian olah raga training pak tersebut, untuk tanyakan apa maksud kata-katanya.
Sesampainya didepan rumah Sucipto masuk sendiri sesuai permintaan oknum polri siapa yang jantan, jadi Sucipto dan adik-adiknya tidak main keroyok.
Rupanya oknum polri tersebut sudah merencanakan menunggu dengan berpakaian seragam polri yang lengkap dan menggenggam senjata api.
Kejadian nya sangat cepat, begitu Sucipto masuk rumah langsung terdengar suara senjata api menyalak 3 kali, dor...dor...dor...
Menurut penuturan Sucipto ketika masih hidup.
Dia ditembak dikepala tetapi ditangkis dengan telapak tangan sehingga peluru pertama terkena tembus di telapak tangannya hingga remuk hancur dan jari kelingkingnya putus.
Tembakan kedua peluru mengenai lengan, kemudian Sucipto balik badan lari.
Tembakan ketiga peluru mengenai pinggang Sucipto hingga jatuh tersungkur roboh.
Ketika jatuh rebah ditanah sudah berada diluar rumah kos oknum polri tersebut kemudian langsung Faton dan Arifin mengangkat badan Sucipto sambil menyeret dan dinaikan ke sepeda motor untuk dibawa ke rumah sakit Simpang oleh Momok suami Evi adik perempuan Sucipto.

Sucipto tidak tewas, tetapi telapak tangan kirinya hancur dan jari kelingking putus, lengan kiri tertembus peluru yang hancurkan tulang-tulangnya.
Sedangkan luka dipinggang akibat tembakan dari belakang hampir 1 inchi akan hancurkan ginjalnya yang bisa berakibat fatal dan kematian.

Sucipto terbaring di rumah sakit hampir setengah tahun untuk proses sembuhkan lukanya dan dibutuhkan 3 tahun untuk bolak-balik operasi angkat pecahan-pecahan tulang telapak tangan yang akibatkan cacat permanen kurang bisa menggegam selain jari kelingking kiri yang putus termasuk cacat permanen juga.

Trauma Hancurkan Masa Depan...

Peristiwa berdarah itu mengakibatkan trauma hancurnya masa depan Peddy dan ke 5 anaknya.
Karena Sucipto adalah satu-satunya tulang punggung keluarga atau satu-satunya orang yang mencari nafkah dalam keluarga.
Akibat peristiwa itu Sucipto tidak dapat bekerja yang maksimal sehingga alami kesulitan bahkan anak-anaknya jadi putus sekolah semuanya.

Semenjak peristiwa itu tidak ada lagi perayaan 17 Agustusan yang meriah dengan panggung sendratari perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di tempat tinggal Sucipto dan Peddy berikut ke 5 anaknya.

Hingga Sucipto meninggal dunia yang selisih beberapa hari hampir bersamaan Peddy juga meninggal dunia.
Mereka dikubur berdampingan di makam keluarga di Jalan Kaliwaron Surabaya.

"Nasi telah menjadi bubur, kisah kasih sehidup semati hingga ke Kubur"

Suatu Kisah Nyata Yang Tercinta Kakak ku Violet Zully Setianingrum alias Peddy.

Terima kasih dan Tuhan Memberkati Kita Semua...

Salam hormat,
Robert Setiadji
Penulis Media Online Terverifikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun