Mohon tunggu...
Mbah Paito
Mbah Paito Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Jangan ada guling diantara kita.,.,.,.,.,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Susahnya Cari Karyawan

27 Februari 2014   19:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:24 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13934825141193788934

[caption id="attachment_325001" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Disaat sebagian orang sedang galau cari kerja, di lain pihat para "bos" ini juga ikut galau cari karyawan. Beberapa orang pernah bertanya kepada saya "Kamu punya temen nggak yang mau kerja di toko?", " cariin karyawan donk" dll. Beberapa pengusaha pusing karena karyawannya banyak yang keluar. Ada yang cuma betah 1 bulan ada yang 3 bulan, ada yang 1 tahun dll. Kepada mereka aku cuma bisa bilang "setidaknya ada dua faktor yang menentukan betah tidaknya seseorang pada pekerjaannya, yang pertama suasana kerja, yang kedua gaji". Kadang ada orang yang tetap bekerja meski gajinya sedikit, pembantu yang puluhan tahun bekerja pada satu orang dengan gaji kecil tak lain karena lingkungan kerja yang mendukung dan nyaman sehingga dia betah. Namun ada pula yang gajinya berjuta-juta namun hanya betah beberapa bulan saja karena lingkungan kerja yang tidak kondusif. Kalau soal gaji kita tidak bisa mengelak bahwa semua orang membutuhkan uang. Saat dihadapkan pada kebutuhan yang mendesak sementara di tempat lain menawarkan gaji yang lebih besar bukan tidak mungkin mereka akan pindah ke tempat yang gajinya lebih besar.

Saya pernah ke sebuah pameran usaha-usaha frenchise. Setelah membaca brosur brosur yang mereka berikan, pengeluaran rata-rata dalam hitung-hitungan mereka untuk alokasi gaji karyawan adalah Rp.750000,00 /bulan. Sementara omset mereka mencapai 1 juta/hari artinya 30juta/bulan. Kakak ipar saya pernah kerja di sebuah gerai frenchise dimana omsetnya mencapai 1 juta perhari. Gajinya hanya 750000/bulan, belum lagi ditambah berbagai aturan yang rumitnya melampaui perusaahaan bonafit, misalnya menandatangani surat perjanjian kerja diatas materai 6000, ijasah asli ditahan/klo gak punya ijasah pake surat nikah, sebulan hanya libur 2 kali, kalau liburnya nambah maka akan dipotong 50 ribu per hari (gajinya saja tidak sampai segitu), kerja dari jam 5-jam 11 malam, tak ada waktu istirahat karena konsumen banyak, tak dapat uang makan, hanya ada air putih di galon. Selama 6 bulan dilarang keluar dari pekerjaan, kalau nekat keluar maka kena denda sebesar 600000 dll.

Berbagai aturan yang mengikat namun tak sebanding dengan apa yang didapatkan membuat sebagian besar karyawannya keluar setelah mencapai masa kerja 6 bulan karena tidak betah. Kini gerai frenchise tersebut semakin sepi karena kekurangan karyawan, seringnya karyawan yang keluar masuk menjadikan hasil olahannya jadi berbeda (karena yang pegang beda-beda) akhirnya banyak ditinggalkan pelanggan. Seorang teman kemarin sempat cerita, dia melamar di sebuah gerai aksesoris yang membutuhkan seorang S1 untuk dijadikan adm sekaligus marketing. Namun kemudian mereka menemui jalan buntu karena pihak pemilik aksesoris "hanya" menawarkan gaji sebesar 1 juta perbulan (sebagai perbandingan UMK Surabaya saat ini adalan 2,2 juta). "Ya ogahlah, buat ngekos aja udah 300 ribu belum makannya gak kurup rek. mending jadi buruh pabrik klo gitu" ujar teman saya.

Ini adalah fenomena gunung es yang terjadi di indonesia dimana masih banyak pekerja yang dibayar "murah". Di satu sisi hal ini menunjang pertumbuhan usaha kecil karena upah buruh yang rendah sehingga biaya produksi lebih murah namun di sisi lain hal ini sangat memprihatinkan, bagaimanapun para buruh tersebut punya hak untuk memperoleh hidup yang layak. Jika membaca tulisan kompasianer di luar negeri khususnya eropa dan amerika. Untuk memperkerjakan seorang karyawan, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi selain gaji yang sesuai standar pemerintah antara lain asuransi kesehatan, hak cuti,dll*lupa*, nggak asal comot aja kayak di Indonesia, bahkan ada yang gajinya nunggak. ckckckck

***

Surabaya,27-02-2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun