Semua hal-hal khusus itu dilakukan di sela-sela hari-hari biasanya menjadi anak kepala desa.
Bergaul dan bermain dengan teman sebayanya.Â
Di sela belajar dari kitab-kitab yang disediakan oleh orang tuanya. Sehingga semuda itu, Ni Sasi Manah sudah mempunyai ilmu pengetahuan luas, pemikiran maju meski tinggal di desa pinggir pantai yang jauh dari ibukota Negeri Benua Lokananta.
*
Ni Sasi Manah menguasai seni. Dia pandai menari, bernyanyi bahkan menulis syair. Nilai tambah ini, semakin membuat namanya harum.
Banyak pemuda telah jatuh cinta, walaupun hanya mendengar cerita tentang kecantikan, kebaikan dan kepandaiannya.
Salah satunya pemuda itu adalah Dirgo Kundolo anak hartawan Dirku Gundolo dari pinggir kota Benua Lokananta. Secara terang-terangan datang melamar Ni Sasi Manah.
Bukan selayaknya melamar, karena Dirgo Kundolo datang melamar sendiri, mewakili dirinya sendiri.
"Ki Lurah Manggolo Krasak, aku datang melamar putrimu," ucap Dirgo Kundolo singkat sambil menyerahkan buah tangan yang dibawanya.
Sebuah peti perhiasan berukir indah, buatan tangan terampil dengan hasil bermutu tinggi.
Dibukanya peti itu, maka keluarlah sinar berkilauan yang menerpa mata Ki Lurah Manggolo Krasak.
Dirgo Kundolo adalah pemuda yang gagah tampan dan perlente, di lingkungan ibukota dia terkenal sebagai kumbang liar atau thuk mis atau play boy karena dia adalah penghamba nafsu yang mengincar kecantikan dan kemolekan wanita.
Maka, tak lepas juga kabar tentang kecantikan Bunga Desa, desa Krasak.
Dengan percaya diri, datang melamar Ni Sasi Manah.
