Selamat pagi, Cinta
Kusapa dirimu bersama terbitnya sang mentari pagi nan penuh seri
Yang berkilau karena dimandikan embun syurgawi
Begitu nikmat, karena ditingkahi kicau manja sepasang Kutilang yang bercengkerama dalam kisah asmara menyambut pergantian musim yang begitu sejuk menggoda
Bersama jerit kanak penggembala yang menjadi saksi guliran waktu telah dimulai!
Selamat pagi, Cinta
Kusesap secangkir kopi pekat yang mengepul nikmat sebagai sajian kasih milikmu, ditemani sepiring pisang goreng hangat
Sehangat sapamu sesaat dirimu lewat dengan aroma nikmat yang menguar dari basah rambut hitam panjangmu, sisa pergulatan kasih membara semalam.
Seulas senyummu, tidak terasa membakar kembali gairahku. Ho... ho... ho
Untung saja, kamu segera berlari membelah halaman depan yang masih berkabut dan sejuk oleh embun menuju pasar di pojok desa sana.
Amboi, selamat pagi, Cinta.
Begitu nikmat Tuhan yang tercurah kepada hati yang pasrah dan selalu bersuka cita dengan segala kisah-Nya
Duka nestapa, bahagia suka sebagai hiasan kehidupan di mayapada
Begitu juga garis hidup asmara kitaÂ
Nan penuh bahagia bersama celoteh dua buah hati mungil yang berebut mencium pipiku kemudian dengan cepat melesat terbang berkejaran seperti kupu-kupu dengan sepotong pisang goreng di sayap-sayap mungilnya.
Selamat pagi, Sang Empunya Segala Cinta
Terimalah segala ke syukuranku sebagai hamba sehingga nikmat ini akan terus mengalir dan diperbarui seperti Janji-Mu.
Nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?
Cikarang, 20 November 21
Ki Jagat Alit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H