Part.8
Memancing Di Air Keruh?
Berkelebatlah bayangan hitam besar. Semua penampakannya besar. Kepalanya besar, rambut panjang ikal, matanya besar, hidungnya besar, badan, tangan dan kakinya serba besar dan tinggi.
Berhadapan dengan Setan Percil, seperti kurcaci melawan raksasa.
Melihat musuh yang menghadangnya, tidaklah sedikit pun membuatnya gentar.
" Woi, Bongsor... mau apa kamu?" tanyanya angin-anginan.
" Jangan banyak omong Tuyul terima seranganku..!"suaranya hilang tapi tangan sepasang sebesar batang kelapa menyambar deras ke arah Setan Precil. Gerakannya gesit dan membawa deru angin besar membelah udara. Serangannya seakan sekali tepuk, si Precil akan dibikin perkedel saja.
Angin pukulan menerbangkan rambut jegrik muka tirusnya, ia tidak bergerak. Menunggu jatuhnya serangan hingga tinggal satu jengkal baru ia bereaksi... tubuhnya yang kecil dengan licin menyelinap di antara dua tangan, melinting ke atas dan...
" Duuggg... !" suara pukulan tangan kanannya yang berisi Tangan Geledek menyengat ulu hatinya.
" Huaaa... Ha... Ha... enak juga pijatanmu Precil..!" suara tertawa Si Bangor Berkulit Badak mengejek Precil.
Pukulan yang bisa memecahkan dada, menghancurkan isi perut, ternyata tidak berpengaruh sedikitpun bagi si Bangor. Malahan dengan mengerakkan kakinya yang besar melepas tendangan beruntun ke arah Precil.Â
Angin tendangan berputar susul menyusul mengarah kepala dan pantat si Precil.
Setan Precil tidak mau kalah unjuk gigi... Kekebalan badan si Bangor dibalas dengan kekerasan kepalanya....
" Bletak... Aaa!" suara tendangan tepat kena kepala, bukannya kepalanya pecah, tapi malah terdengar jeritan Si Bangor, kakinya seperti tersengat aliran panas.
Sama-sama kebal ternyata.
" Hia.... Hia... Hia ," teriakan Setan Percil melancarkan serangan balasan " Tipu Bangau Menangkap Kodok " tangannya dibuka ke depan memancing cengkeraman, namun saat Si Bangor bereaksi, serangan tangan kanan ternyata hanya serangan tipuan dan sekali lagi...
" Duaaarrrrr..!" tangan yang kecil ternyata mengakibatkan suara ledakan yang besar, pukulan bak palu godam menggedor sekali lagi dada si Bangor.
Tubuhnya yang empat kali lipat besarnya dari Setan Percil, tersentak, limbung, terhuyung lima enam langkah ke belakang... dan.
"Huaaak...!" darah segar terloncat dari mulutnya... dan akibatnya, kemarahan Si Bangor menjadi tidak terkendali. Ia marah karena merasa kecolongan.
Gembornya marah... niatnya adu kuat, adu jiwa..
" Hrrrrgggg... Setan Alas!" geramnya marah dengan merapal ajian Bobot Satu Kati.
Tangan dan kaki menggetar menghisap tenaga dari bumi... dan...
" Hiaaaa.... !" melesat pukulan berperbawa panas mengincar tiga titik mematikan di tubuh Setan Percil.
Kali ini ia tidak mau gagal dan dipecundangi lagi...
Gemborannya menggetar pepohonan dan semak belukar membuat satwa yang ada di sekitar ketakutan menyelamatkan diri!
Mampukah Setan Percil menghadapi si Bangor?
Bagaimanakah akhir pertempuran itu?
Apakah rahasia mestika cakar naga ada di tangan Tiga Setan Pencabut Nyawa?
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H