Mohon tunggu...
Jagat Alit
Jagat Alit Mohon Tunggu... Novelis - Konten Kreator

Mantan Super Hero. Sekarang, Pangsiun. Semoga Berkah Amin

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebenarnya...

19 Desember 2018   10:00 Diperbarui: 19 Desember 2018   10:05 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya aku ingin seperti ini

Terlahir sama seperti mereka langsung bisa mengecap manis susu pertamaku darimu

Bukan serta merta kau pisahkan aku dengan segala alasan yang tak mampu ku mengerti...

Bahkan hingga kini..

Atau sekedar dekapan hangat kasihmu

Atau ciuman syukur yang mengalirkan airmata sukacita dirimu

Melihatku terlahir utuh sehat... 

Semua awal hadirku..

Malah menjadi kiamat bagimu..

" Aku harus bagaimana? Bagaimana nanti membiayai hidupnya?" tanyamu yang menggetar mengantarkan aku kepada pelukan si perindu... 

Pasrah... sudah... Tak pernah terbersit di hatimu, bahwa aku hadir membawa garis hidup, rejeki dan takdir sendiri...?

Sebenarnya aku ingin merasakan ini

Kau raih tangan mungilku yang kedinginan mendamba kasih yang mengalir lewat kehangatan jemarimu, tatap matamu, senyummu, dan dendang pengantar tidur yang akan membawaku terbang mengawang dalam mimpi yang indah penuh warna pelangi dan harum aroma bunga sepanjang masa..

Ah... mana sempat maujud semua

Jika dirimu berpaling risau dari ketakberdayaanmu melawan kemiskinan atau menata hati yang koyak, akan lelaki mana yang meninggalkanmu dalam kesepian lara nan asing dilatari suara tangisku yang semakin membuat kecut hatimu!

Sebenarnya aku cemburu

Melihat mereka yang lahir karena keinginan dan kerinduan yang menggetarkan langit dan bumi dengan damba dan puja akan karunia itu...

Sehingga kehadiran si montok suci tak berdosa disambut dengan suka cita... Airmata bahagia bercampur tawa gembira yang mengalir melalui lorong-lorong rumah sakit yang lengang membawa kidung cinta dan kesyukuran...

Bukan seperti diriku... 

Hanya sekejap mencium aroma tubuh yang menguar dalam perjuangan hidup dan mati namun semua itu tak mampu menjembatani keberadaanku di sisimu untuk sesaat waktu yang lebih panjang...

Aku berpindah tangan... dan seketika itu juga kenangan tentangmu rusak dalam tanda tanya dan kebencian...

Sebenarnya aku terbuang..

tanpa pernah mengerti mengapa kalau lakukkan itu?

meski di kemudian hari aku menemukanmu kembali

namun hati ini sudah terlalu lama hampa, sunyi, sepi, kosong tanpa ada wajah, nama dan kenangan tentangmu se zarah pun..

Janggal jika aku memanggilmu mama...

Getir jika aku memanggilmu mama...

Meski begitu...

Maafkan aku... 

( yang sampai saat terakhirmu, masih menganggap hutang penjelasan belum terbayar! )

Mengapa aku "dibuang?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun