Saat ini, aku akan membahas perihal pengorbanan (bukan tentang someone yahh), pengorbanan disini aku membahas seputar guruku mengaji sejak aku kecil hingga lancar membaca ayat suci al-qur'an. Pengorbanan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ialah sebuah cara, proses dan perbuatan mengorbankan. Maksudnya agar lebih mudah difahami ialah sesuatu yang membutuhkan keikhlasan dalam melangkah untuk melakukan sesuatu kedepannnya. Sama halnya seperti jikalau kalian mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu atau demi orang lain.
Dibalik adanya seseorang yang berilmu berarti adapula pengorbanan dari sosok seseorang yang ikhlas memberikan ilmu yakni seorang guru. Seperti halnya ustadzah Rahmatun yang merupakan guruku mengaji sedari kecil yang tak mengerti apa-apa selain , , Â ( ) hingga lancar untuk mengaji. Banyak kejutan setelah aku melakukan wawancara dengan beliau yang belum aku tau bahkan aku baru menyadarinya setelah aku melakukan wawancara dengan beliau.Â
Ustadzah Rahma ini menjadi sosok guru (ustadzah) tidaklah mudah, banyak tantangannya ntah itu dari khalayak masyarakat bahkan saudara. Beliau merupakan istri kedua setelah bunyai asia wafat. Â Nama beliau tersebut merupakan pemberian dari kyai langsung sekaligus suami beliau. Beliau dan kyai memiliki selisih umur yang sangat jauh. Selisih sepasang suami istri tersebut 25 tahun. Bagaimana tidak memiliki selisih jauh? Sedangkan yang memberikan beliau nama langsung merupakan kyai sekaligus suami beliau. Sebelum beliau menikah dengan kyai Nashiruddin beliau merupakan seorang santri bahkan beliau seorang khaddam dari bunyai dan juga kyai. Beliau sudah mengaji sejak masih dini di musholla tersebut hingga beliau remaja. Beliau bahkan sudah terjun di masyarakat sejak beliau remaja itupun langsung ditunjuk oleh bunyai langsung. Kira-kira beliau sudah sekitar 45 tahun di mushalla tersebut. Huhuu betah sekali bukan? Beliau bukan santri alumni pondok, dikarenakan beliau tidak pernah betah dipondok hanya bertahan sebentar kemudian pulang hingga pindah-pindah pondok. Akhirnya beliau menjadi khaddam dan mengabdi kepada kyai dan bunyai.
Kyai memiliki pemikiran untuk menikah dengan ustadzah merupakan setelah kyai mendapatkan mimpi dari mendiang istri pertamanya selama tiga hari berturut-turut jikalau beliau rindu dengan sang istri maka beliau lihatlah khaddamnya yaitu Ustadzah Rahma yang memiliki arti tersendiri di dalamnya. Setelah beliau mendapatkan sebuah mimpi seperti itu beliau langsung saja menimbali ustadzah Rahma untuk ke hadapan beliau. Dan ustadzah tidak serta merta langsung menerima ajakan tersebut. Beliau banyak menimbang-nimbang untuk langkah selanjutnya. Dikarenakan beliau menyukai anaknya bukan ayahnya, hehe. Tapi anaknya kyai telah wafat disaat umur beliau masih remaja. Setelah tujuh hari seperti waktu yang diberikan kyai untuk memikirkan jawaban, akhirnya ustadzah menjawab jika beliau menerima ajakan tersebut dikarenakan demi keberlangsungan kehidupan masyarakat desa ini kedepannya. Seperti halnya, jikalau ustadzah tidak menerima ajakan tersebut maka kyai akan pindah dari desa yang ditinggalinya dengan istrinya ke tempat asal kyai. Dikarenakan rumah yang disinggahinya selama ini merupakan rumah sang istri. Ustadzah yang mendengar langsung berfikiran dengan masyarakat nantinya jikalau kyai kembali ke kediamannya maka, disini tidak ada lagi tokoh di wilayah ini. Jadi tujuan ustadzah menerima lamaran dari kyai merupakan untuk mempertahankan kyai agar tidak kembali ke kediamannya dan agar masyarakat masih memiliki tokoh.
Kyai dengan istri pertama memiliki empat keturunan, yang mana dua diantaranya telah wafat terlebih dahulu. Sedangkan dengan istri keduanya yakni ustadzah Rahma memiliki hanya memiliki seorang putra yang saat ini masih mau memasuki jenjang perkuliahan. Kyai wafat pada saat saya masih SD, pada saat-saat kyai sakit, santri yang mengaji kepada beliau begitupula dengan saya sendiri membantu mencari hewan undur-undur tanah (tembukur) yang ketika jalan dengan mundur hehe,, kalau dirumah saya namanya rot-serot tana atau rut surut tanah, nama yang lucu bukan? Hehe. Jika kalian bertanya apa hewan yang jalannya mundur? Maka jawabannya ialah undur-undur atau tembukur. Jangan kira hewan seperti itu mudah ditemukan, bahkan hewan yang seperti itu susah ditemukan yang berdampak mahal jika ingin membelinya. Okey skip,, sebelum kyai wafat, beliau jika mengajar dan ada santri yang tidak hadir atau terlambat datang maka akan dipukuli dengan tasbih dan rotan. Tapi setelah beliau wafat, ustadzah Rahma juga seperti itu tapi tidak menggunakan rotan hanya menggunakan tasbih yang lumayan besar, huhuu...
Ustadzah rahma bercerita jikalau keluarga kyai masih bersaudara dengan keluarga saya sendiri. Saya yang memang masih baru mengetahui hmm seperti agak syok yaahh,, ternyata selama ini bersaudara dan sedaerah memang saudara yang mesih mengumpul, tapi lambat laun sudah lumayan banyak pendatang baru.Â
Ustadzah juga bercerita jikalau ustadzah tidak diterima dengan mudah oleh masyarakat sekitar. Yahh tau lah yaaa,, mulut tetangga lebih tajam dari silet. "Orang yang derajatnya akan diangkat tidak selalu mulus jalan yang akan ditempuhnya, bahkan sangat-sangat berliku untuk mencapainya" ustadzah said. Maka dari itu, kita tidaklah merasa kita yang paling tidak beruntung, dikarenakan masih banyaknya orang diluar sana yang lebih kurang beruntung daripada diri kita sendiri.Â
Pengorbanan seseorang yang sangat berarti kadang terlihat sepele. Maka dari itu, don't judge by cover bestiee.Â
Tema sekarang seperti kisah wattapad bukan? Ahh sayangnya saya kurang mengerti mengasah kata demi kata untuk dijadikan kalimat. Jikalau kalian ada saran ataupun kritik bolehlah kalian membantu sedikit agar kedepannya lebih baik lagi mengerjakannya.
Â