Mohon tunggu...
Jafran Azzaki
Jafran Azzaki Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Menulis

Seseorang dengan hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Kang Emil Masih Gamang?

4 Januari 2023   16:17 Diperbarui: 4 Januari 2023   16:35 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ridwan Kamil, menunggu pinangan partai yang siap mengusungnya maju ke Pilpres 2024. (Foto: Suara.com).

RIDWAN Kamil masih membuat penasaran banyak orang. Ini terkait niatnya masuk partai. Kang Emil mungkin sudah lama menyadari, perjalanan karirnya ke depan akan lebih mulus jika dengan dukungan partai politik. Namun, pada akhirnya ia juga memerlukan waktu berpikir lebih lama untuk memastikan harus berlabuh di mana.

Maka, 2022 pun berlalu tanpa kesan. Setidaknya untuk para pendukungnya. Jutaan loyalis Kang Emil di seantero Jabar masih harus memperpanjang debar di hati lantaran panutannya masih belum juga memantapkan pilihan. Kang Emil pernah berjanji, penghujung 2022 adalah tenggat bagi keputusannya untuk berdamai dengan pilihannya.

Para loyalis dan publik tetap bertanya-tanya, mengapa Kang Emil masih terkesan gamang? Suatu ketika pernah mengemukakan kedekatannya dengan Golkar. Namun, pada lain kesempatan mengisyaratkan jika PAN juga berkenan di hati.

Kecuali dua partai yang sama-sama pengusung Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) tersebut, selain PPP, Kang Emil tidak pernah menyebutkan partai lain. Termasuk NasDem, partai besutan Surya Paloh, partai pertama yang mengusungnya untuk maju ke Pilgub Jabar 2018.

Kang Emil yang berpasangan dengan Uu Ruzhanul Ulum yang diusung oleh koalisi NasDem, PPP, PKB dan Hanura, memenangkan Pilgub Jabar 2018 setelah mendapatkan 7.226.254 suara atau unggul dengan torehan 32,88 persen. Pasangan Ridwan-Uu unggul dengan selisih 4,14 persen dari pesaing terdekatnya, yakni pasangan nomor urut tiga, Sudrajat-Ahmad Syaikhu, dengan raihan 6.317.465 suara atau setara dengan hitungan 28,74 persen.

Kontestasi di Pilgub Jabar tidak konsideran dengan hasil perolehan suara partai pendukungnya pada Pemilu 2019. Pada Pileg 2019 itu, empat partai pengusung Kang Emil berada di luar urutan 4 besar. PKB paling baik posisinya, di urutan kelima, NasDem keenam, dan PPP kedelapan.

Gerindra melesat, memimpin dengan perolehan suara 17,69%, dibayangi PDIP (14,38%), kemudian PKS (13,46%) lalu Partai Golkar (13,22%).
 
Terjadi perubahan yang signifikan dibanding Pemilu 2014. Sebelumnya, untuk Pileg 2014 itu, PDIP menguasai medan dengan perolehan suara 19,63%, dibayangi Golkar (16,71%), lalu Gerindra (11,22 persen), Demokrat (9,11%), PKS (8,98%), PPP (7,70%), PKB (7,42%), PAN (6,56%), Hanura (5,48%), dan NasDem (4,89%).

Memang ada peningkatan perolehan suara untuk NasDem, dari Pileg 2014 ke Pileg 2019 pasca pengusungan Kang Emil setahun sebelumnya. Namun, kenaikan tersebut tidak terlalu signifikan.

Merujuk pada Pemilu 2019, dengan daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 192.770.611 orang, pada Pemilu 2024 ada sekitar 206 juta orang yang mempunyai hak pilih. Jika dibandingkan pada Pemilu 2019, ada potensi kenaikan pemilih sekitar 14 juta orang.

Pada Pemilu 2019 itu, dari total 33.276.905 orang yang berhak memilih, tercatat hanya 24,42 juta orang yang menggunakan hak pilihnya. Kendati demikian, jumlah tersebut berkontribusi sebesar 17,44% dari total suara sah nasional yang mencapai 139,97 juta suara. Porsi ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan kontribusi 33 provinsi lainnya.

Tak mengherankan jika Jawa Barat sebagai salah satu daerah terluas di Indonesia dengan jumlah penduduk yang luar biasa banyak kerap menjadi rebutan para calon. Mereka berlomba mendapat suara dan dukungan dari pemilih di Jawa Barat.

Dan, seperti Pemilu 2019, pada Pemilu 2024 mendatang besar kemungkinan Jawa Barat masih menjadi daerah dengan jumlah pemilih terbanyak. Tidak heran pemilih di Jawa Barat sangat penting bagi pemenangan dalam pilpres.

Dari berbagai survei, ada kecenderungan pemilih di Jawa Barat masih menjadikan Ridwan Kamil sebagai sosok pilihan. Baik untuk menjadi presiden maupun wakil presiden. Kepopuleran Ridwan Kamil di Jawa Barat dinilai sebagai potensi untuk partai politik atau koalisi partai politik yang akan mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

Intinya, Jawa Barat memiliki potensi suara yang menentukan di kancah nasional. Kita cermati dengan merujuk pada sejarah pemilu sejak pasca orde baru. Ada tren liner yang berbanding lurus antara pemenang pemilu legislatif secara nasional dengan pemenang pemilu legislatif di Jawa Barat.

Meski tren tersebut patah pada pemilu 2019, tetapi linearitas hasil pemilu legislatif nasional dengan hasil pemilu legislatif di Jawa Barat terjadi pada pemilu-pemilu sebelumnya. Mulai hasil pemilu 1999 yang dimenangkan PDIP, pemilu 2004 (Golkar), pemilu 2009 (Demokrat), dan pemilu 2014 (PDIP). Artinya, siapapun yang masuk di Jawa Barat berpeluang untuk menang di nasional.

Mungkin saja pemikiran (atau potensi?) itu yang tampaknya dicermati oleh Emil. Dan tentu para pendukungnya. Mereka menyerahkan pilihan masuk partai mana kepada Kang Emil.

Artinya, partai yang tidak sekadar mengusung dan mendukung Kang Emil maju kembali ke perebutan kursi Gubernur Jabar periode 2024-2029. Namun lebih dari itu, bersedia menjadikan Kang Emil sebagai bakal calon presiden atau bakal calon wakil presiden di Pilpres 22024.

Kalkulasi politik yang wajar-wajar saja...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun