Mohon tunggu...
jafar shodiq
jafar shodiq Mohon Tunggu... Penulis - Santri santui Indonesia

orang solo yang pengen nekuni dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tuhan Tidak Bertempat

18 November 2020   11:00 Diperbarui: 18 November 2020   11:18 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu syubhat yang sering dilontarkan oleh orang Salafi-Wahabi adalah Allah itu bertempat. Menurut mereka, keberadaan suatu yang wujud meniscayakan tempat begitupun juga bagi Allah. Bernarkah pernyataan demikian?

Sebelum kita menanggapi pernyataan semacam ini layak bagi kita untuk mengajukan pertanyaan pada mereka. Bagaimana pendapat mereka tentang wujud Allah? Jika yang dikehendaki mereka wujud Allah sebagaimana perkara baru tentu saja wujud Allah memiliki keterikatan dengan yang namanya tempat, arah dan perkara terbatas lainnya. 

Sungguh jauh dari panggang jika kita mengarahkan pada arti demikian. Mengingat wujud Allah tidak terbatas oleh suatu apapun termasuk tempat, sebagaimana yang dipaparkan oleh Imam Ja'far ath-Thahawi dalam kitab Aqidah ath-Thahwiyah.

Di sini perlu kita pahami bahwa pemikiran mereka di atas sebenarnya timbul dari penelitian mereka yang hanya terbatas pada jisim dan perkara baru. Padahal sesuatu yang menetapi perkara mungkin dan perkara baru  itu kontradiktif, jika harus di benturkan dengan wujud Allah yang qadim. (Kubral-Yaqniyyat al-Kauniyyah hlm.166)

            Lantas bagaimana jawaban yang benar atas pertanyaan dimanakah Allah?

            Allah wajib memiliki sifat mukhlafah lil-hawdist, berbeda dengan sesuatu yang hadits. Bila zat yang hadits bertempat, maka Tuhan tidak bertempat.

            Allah berfirman, "Tidak ada suatu apapun yang serupa dengan Dia". (QS. asy-Syura [42]: 11). Imam al-Baijuri di dalam Tuhfatul-Murid (hlm. 40) menegaskan, Allah tidak terikat kepada jirm, 'aradh, kully, dan juz'iyyah. Termasuk kepada tempat.

            Syekh Sa'id Ramadhan al-Buthi dalam Kubral-Yaqniyyt al-Kauniyyah (hlm. 166) mengatakan, "Andaikan ditetapkan pada Allah sebuah tempat yang terbatas dan memungkinkan bagi kita untuk menggambarkan tempat tersebut, niscaya akal kita memiliki kapasitas jauh lebih besar dalam meliputi suatu perkara ketimbang Tuhan. Demikian itu akan menunjukkan terhadap ketiadaan Tuhan."

            Lebih lanjut, dalam kitab al-Inshf disebutkan bahwa jika Allah itu bertempat, tentu tempat itu harus lebih besar daripada yang menempati, dalam arti lain sebagai pembatas dari yang terbatasi. Sedangkan Allah, tidak mungkin terbatasi dengan tempat. 

*Telah terbit di media tauiyah annajah center Sidogiri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun