Mohon tunggu...
Jafar G Bua
Jafar G Bua Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Photo Journalist CNN Indonesia, salah satu stasiun televisi yang menjadi bagian dari CT Corp dan CNN International. Saat ini bekerja dan berdomisili di Pulau Sulawesi, namun ingin berkelana ke seluruh pelosok Nusantara Jaya. Semua tulisan di microsite ini dapat dikutip sepanjang menyebutkan sumbernya, sebab ini semua adalah karya cipta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memancang Asa Besar di Lembah Napu

22 Desember 2017   07:05 Diperbarui: 22 Desember 2017   08:43 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gubernur Longki Djanggola menaruh asa yang sangat besar. Ia ingin Sulawesi Tengah yang sejak dulu kala terkenal sebagai penghasil sapi potong bisa kembali berjaya. Tak tanggung-tanggung targetnya; 1 Juta Sapi pada 2021.

PADA 1950-an hingga sekira 1980-an, ratusan bahkan bisa jadi seribuan ternak sapi putih dengan stempel huruf DJ bebas merumput di sekitar bukit-bukit di Kelurahan Poboya yang kini berada di wilayah Kecamatan Mantikulore. Tampak huruf J masuk dalam perut huruf D.

Ternak-ternak yang lincah bergerak di ranch atau padang penggembalaan alam di  perbukitan bagian timur Lembah Palu itu milik Tuan Djanggola, Raja Palu. Kode DJ itu memang adalah inisial dari Djanggola.

Ia memang sangat menyintai dunia peternakan. Kerap ia sendiri yang turun tangan mengawasi sapi-sapi miliknya. Tuang Djanggola adalah kakek dari Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola.

"Kala itu, saya selalu diminta membantu ayah dan paman saya yang diserahi tanggung jawab memelihara sapi-sapi itu. Bahkan saya sudah bisa melakukan inseminasi buatan saat itu. Saya mulai diminta membantu mereka sejak usia Sekolah Menengah Pertama. Jadi dunia peternakan bukanlah hal baru buat saya," tutur Longki mengisahkan bagaimana potensialnya pengembangan sapi di Sulawesi Tengah sejak dulu.

Sulawesi Tengah, imbuh Longki, sejak lama punya Sapi Donggala yang sudah ditetapkan sebagai sapi nasional oleh Pemerintah Pusat sejak 2014 lalu. Sapi lokal ini, menurut Kepala Daerah yang juga Ketua DPD Partai Gerindra sangat potensial dikembangbiakkan dan dikawinsilangkan dengan sapi unggul lainnya.

Kisah ini diungkapkan Longki di atas ranch alam seluas 320 hektare di Alitupu, Lembah Napu, Minggu, 26 November 2017 lalu pada suatu petang yang masih menyisakan terik.

Gubernur Longki yang didampingi Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan, Nahyun Biantong tengah mereka ancangan dan menggagas cita membangun industri peternakan dari hulu hingga hilir di wilayah ini.

"Di sini nantinya ribuan sapi akan kita kandangkan secara alamiah, di mana kita cukupkan pula kebutuhan pakannya tanaman pakan yang kita tanam lahan-lahan yang kita siapkan. Tentunya semua diatur, dikelola dan diawasi oleh tenaga ahli dan profesional," sebut Nahyun.

Awalnya, sesuai rencana pada 2018 mendatang, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita, 1.000 ekor sapi Brahman Cross akan didatangkan ke Lembah Napu. Sebanyak 100 ekornya adalah pejantan. Lalu Dinas Perkebunan dan Peternakan sendiri juga menyiapkan sapi Peranakan Ongole dari Manado, Sulawesi Utara. Sebanyak 10 ekor di antaranya adalah pejantan.

Nantinya, ranch itu akan dikelola oleh unit pengelola kawasan yang bertanggungjawab langsung pada Gubernur. Pengelolanya adalah Dinas terkait dan masyarakat peternak setempat.

"Ini untuk memotong rantai birokrasi yang terlalu panjang dalam proses pengembangan peternakan ini nantinya," sebut Nahyun.

Kunjungan Longki di Minggu sore itu untuk memastikan kesiapan ranch alam itu. Ini juga bukti seriusnya tekad Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mewujudkan program Sulteng Sejuta Sapi dan mendukung program Swasembada Daging Nasional.

"Saya sudah dua kali menemui Dirjen Petenakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian untuk membicarakan pengembangan peternakan di daerah kita. Kita bersyukur  Tahun 2018 ini pihak Kementerian sudah berkomitmen memberikan dukungan berupa bantuan bibit sapi jenis Brahman  atau BX dengan jumlah besar, 1.000 Ekor," ungkap dia.

Saat kunjungan ini, kepada Nahyun dan Pemerintah dan masyarakat setempat, Longki mengingatkan agar mereka bersungguh-sungguh mempersiapkan lokasi pembibitan sapi ini dengan baik. Termasuk kejelasan alas haknya, karena lokasi ini merupakan pinjam pakai dari masyarakat adat setempat selama 25 tahun ke depan.

Pada saat itu pula, Nahyun menyampaikan kepada Gubernur Longki bahwa menurut penilaian Dirjen Petenakan dan Kesehatan Hewan, ranch di Lembah Napu ini jauh lebih baik dari yang ada di Australia dan Sumbawa.

"Bila ini berhasil, maka bukan cuma program Sulteng sejuta sapi yang bakal terwujud tapi industri hilir peternakan seperti daging beku atau daging kaleng serta daging olahan lainnya dapat kita buat di sini," kata Longki optimis.

Sesuai rencana setelah didatangkan pada Februari 2018, BX dan PO akan dikembangbiakan di ranch ini hingga tiga tahun ke depan. Setelah itu bibitnya akan dibagikan ke peternak untuk dikembangkan. Sehingga pada 2021 nanti target Sulteng Sejuta Sapi dapat terwujud. Tentu saja giliran akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun