Mohon tunggu...
Jafar G Bua
Jafar G Bua Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Photo Journalist CNN Indonesia, salah satu stasiun televisi yang menjadi bagian dari CT Corp dan CNN International. Saat ini bekerja dan berdomisili di Pulau Sulawesi, namun ingin berkelana ke seluruh pelosok Nusantara Jaya. Semua tulisan di microsite ini dapat dikutip sepanjang menyebutkan sumbernya, sebab ini semua adalah karya cipta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Danau Poso, Keelokannya Melahirkan Rindu untuk Kembali

1 November 2014   10:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:58 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak ada yang menyangsikan, betapa eloknya Danau Poso. Terletak kurang lebih 56 kilometer arah barat daya, Kota Poso, Ibukota Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah atau sekitar 266 kilometer dari Kota Palu, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah. Di pesisir selatan tepi danaunya berpasir putih bercampur bebatuan kecil. Di pesisir utara berpasir putih halus. Lalu di pesisir barat pantainya berpasir keemasan bercampur bebatuan kecil. Bahkan ada pula persawahan di pesisirnya, dari Tentena ke Siuri. Elok bukan?! Awal Oktober lalu, saya kembali lagi ke sana. Ini adalah kunjungan saya yang kesekian kalinya. Saya akan berbagi cerita dengan Anda tentang keindahan Danau yang terkenal dengan ikan khas Sugili itu.

[caption id="attachment_351047" align="alignnone" width="560" caption="DANAU POSO. Seperti kotak ajaib yang dijatuhkan Tuhan di Pamona, Poso, Sulawesi Tengah."][/caption]

TERLETAK 657 meter di atas permukaan laut, Danau Poso adalah hasil perkawinan sempurna dari alam. Udaranya sejuk, alamnya elok, dengan bebukitan memagari danau. Danau terbesar ketiga setelah Danau Toba, di Sumatera Utara dan Danau Singkarak, di Sumatera Barat ini, berada dalam wilayah Kecamatan Pamona Utara yang beribukota di Tentena. Luas hamparan permukaan danau tidak kurang 512 kilometer atau sekitar 32 ribu hektar, membentang dari utara ke selatan wilayah Pamona.

Airnya jernih membiru. Jadi kerap para pelancong yang sempat singgah mengira ini adalah laut. Apalagi penduduk setempat kerap menyebut pesisir selatan Danau ini sebagai pantai. Jangan heran bila ada yang menyebut Pantai Siuri, untuk pesisir selatan danau yang berpasir keemasan.

Lian Gogali, perempuan pegiat penganjur perdamaian yang bermukim di Kota Tentena, di tepian danau, sampai kini tidak habis-habisnya mengagumi keindahan Danau itu.

"Indah toh. Inilah Kota Tentena dan inilah Danau Poso yang indah itu," begitu Lian berkali-kali mengatakannya pada saya dalam setiap pertemuan.

Lian kini tengah mempersiapkan sebuah restoran bermenu makanan tradisional di tepi danau. Restoran yang sebangun dengan perpustakaan dan sekolah perempuan itu, dibangunnya dengan konsep ikan mas yang melompat ke tepi danau. Bangunannya berbahan baku utama bambu.

Tidak cuma itu yang menjadi kekhasan Danau ini. Di perairannya yang kedalamanya tidak kurang dari 512 meter ini, hidup pelbagai jenis ikan baik yang dari benih yang disebarkan maupun yang hidup alami seperti Sugili, belut raksasa khas Danau Poso. Ukurannya sampai sebesar paha orang dewasa dengan panjang lebih dari 1 meteran. Itulah salah satu tawaran makanan khas dari sini. Bisa dibakar, bisa pula digoreng.

Dr. Imam Soeseno yang meminta saya menemani perjalanannya ke Tentena, Poso, Sulawesi Tengah, Oktober lalu juga menyatakan kekagumannya.

"Indah. Ini yang orang luar tidak tahu tentang Poso. Di media massa orang hanya baca tentang konflik yang berkepanjangan yang terjadi di sini. Sekarang, saya menyaksikan hal berbeda. Kamu harus menulis soal ini," harap Imam pada saya.

Saya pun mengiyakannya. Sebab memang selama ini saya selalu mengabarkan begitu damainya Poso lewat tulisan-tulisan saya. Bila tidak ada media yang ingin memuatnya, saya pasti akan memasukkannya di Kompasiana dan situs pribadi saya di http://www.jgbua.com. Saya ingin mengabarkan banyak keindahan di daerah yang pernah dilanda konflik ini ke seantero Nusantara agar orang ramai datang lagi ke sini.

Bila ingin berkeliling danau, kita bisa menyewa perahu motor tempel. Ada pemandu, William Tabasi namanya yang bisa ditemui di Tentena atau bisa pula menumpang kapal motor yang biasa mereka sebut taksi air. Dermaganya tepat di ujung jembatan tua dan jembatan baru Kota Tentena. Ada juragan perahu motor atau taksi air bernama Arsyad Walenta. Ada pula Rudin Ruagadi. Mereka pasti dengan senang hati mengantarkan Anda menyusuri pesisir timur Danau Poso bersama penumpang lainnya, lalu kembali lagi ke Kota Tentena. Sehari-hari taksi air ini melayani para penumpang umum dan pedagang yang hendak berjualan di Pasar Tradisional setempat.

"Biayanya tergantung jaraknya. Paling jauh ya tiga puluh ribu rupiah. Jadi persis taksi," kata Arsyad.

Penduduk setempat juga biasa menggunakan perahu motor tempel dengan cadik menyusuri Danau atau juga memancing. Tapi khusus taksi air, mesinnya dua, mungkin sekitar 4 tenaga kuda. Perahunya juga lebih besar. Lebih tepat disebut kapal motor.

Ada yang bilang, Danau Poso seperti sebuah kotak ajaib yang dijatuhkan Tuhan di Pamona. Berpagar bukit dan juga hamparan persawahan penduduk setempat. Bentuknya seperti kotak persegipanjang yang dijatuhan di antara bukit. Elok nian adanya. Selalu mendatangkan rindu untuk kembali lagi ke sana.

Saya, sudah berkali-kali ke sana, sejak 1999 hingga kini, tak juga pernah bosan mengagumi keindahannya. Selalu saja ada rindu yang tersimpan. Bila ingin sedikit pemandangan yang berbeda, bisa menapak menuju Bukit Kristus di arah barat daya Kota Tentena. Dari atas bukit itu, kita bisa menyaksikan pemandangan danau dengan hamparannya, juga jejeran permukiman di Kota Tentena. Sungguh elok.

[caption id="attachment_351048" align="alignnone" width="560" caption="TAKSI AIR. Moda transportasi warga di Danau Poso"]

14147881972128054550
14147881972128054550
[/caption]

Dan bila lelah menyusuri danau, banyak warung makan sepanjang danau bila ingin mencoba sugili goreng atau bakar. Atau bisa juga menyicipi ikan mujair dan ikan mas rica-rica ala restoran Ongka Bale.

Jalur Tempuh dan Penginapan

Untuk menuju Danau ini, dari Jakarta kita bisa menumpang semisal Lion Air, Garuda atau lainnya. Tujuan awalnya Bandara Mutiara Palu. Harga tiket tergantung maskapai setempat, tapi ancang-ancangnya sekitar Rp1,5 juta rupiah. Lalu dilanjutkan dengan perjalanan darat menuju Poso, sejauh 210 kilometer. Kemudian diteruskan ke Kota Tentena, sejauh 56 kilometer. Taksirannya tidak kurang dari 8 jam perjalanan darat. Perjalanan darat bisa ditempuh dengan bus penumpang umum atau bus perjalanan New Armada atau Alugoro yang yang tarifnya Rp105 ribu dari Palu ke Poso. Bila ingin langsung ke Tentena dari Palu bisa menumpang Bali Ekspres, biayanya tidak lebih dari Rp150 ribu. Ada pula alternatif dari Bandar Udara Internasional, Makassar, Sulawesi Selatan menuju Bandar Udara Kasiguncu, Poso, menggunakan Ekspress Air atau Lion Air.

Soal tempat menginap, jangan khawatir. Ada banyak tempat yang layak saya sarankan. Yakni Cottage Uwe Datu, Hotel Pamona Indah atau Hotel Indonesia Timur. Tarif inapnya murah. Kita bisa menginap dengan nyaman seharga Rp150 ribu - Rp250 ribu per malam ditambah sarapan. Nanti juga ada Home Stay di rumah bambu Dodoha Mosintuwu. Jadi bila ada waktu berlibur, berkunjunglah ke sini. Siapa tahu Anda pun bisa merasakan rindu seperti saya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun