Tak ada yang menyangsikan, betapa eloknya Danau Poso. Terletak kurang lebih 56 kilometer arah barat daya, Kota Poso, Ibukota Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah atau sekitar 266 kilometer dari Kota Palu, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah. Di pesisir selatan tepi danaunya berpasir putih bercampur bebatuan kecil. Di pesisir utara berpasir putih halus. Lalu di pesisir barat pantainya berpasir keemasan bercampur bebatuan kecil. Bahkan ada pula persawahan di pesisirnya, dari Tentena ke Siuri. Elok bukan?! Awal Oktober lalu, saya kembali lagi ke sana. Ini adalah kunjungan saya yang kesekian kalinya. Saya akan berbagi cerita dengan Anda tentang keindahan Danau yang terkenal dengan ikan khas Sugili itu.
[caption id="attachment_351047" align="alignnone" width="560" caption="DANAU POSO. Seperti kotak ajaib yang dijatuhkan Tuhan di Pamona, Poso, Sulawesi Tengah."][/caption]
TERLETAK 657 meter di atas permukaan laut, Danau Poso adalah hasil perkawinan sempurna dari alam. Udaranya sejuk, alamnya elok, dengan bebukitan memagari danau. Danau terbesar ketiga setelah Danau Toba, di Sumatera Utara dan Danau Singkarak, di Sumatera Barat ini, berada dalam wilayah Kecamatan Pamona Utara yang beribukota di Tentena. Luas hamparan permukaan danau tidak kurang 512 kilometer atau sekitar 32 ribu hektar, membentang dari utara ke selatan wilayah Pamona.
Airnya jernih membiru. Jadi kerap para pelancong yang sempat singgah mengira ini adalah laut. Apalagi penduduk setempat kerap menyebut pesisir selatan Danau ini sebagai pantai. Jangan heran bila ada yang menyebut Pantai Siuri, untuk pesisir selatan danau yang berpasir keemasan.
Lian Gogali, perempuan pegiat penganjur perdamaian yang bermukim di Kota Tentena, di tepian danau, sampai kini tidak habis-habisnya mengagumi keindahan Danau itu.
"Indah toh. Inilah Kota Tentena dan inilah Danau Poso yang indah itu," begitu Lian berkali-kali mengatakannya pada saya dalam setiap pertemuan.
Lian kini tengah mempersiapkan sebuah restoran bermenu makanan tradisional di tepi danau. Restoran yang sebangun dengan perpustakaan dan sekolah perempuan itu, dibangunnya dengan konsep ikan mas yang melompat ke tepi danau. Bangunannya berbahan baku utama bambu.
Tidak cuma itu yang menjadi kekhasan Danau ini. Di perairannya yang kedalamanya tidak kurang dari 512 meter ini, hidup pelbagai jenis ikan baik yang dari benih yang disebarkan maupun yang hidup alami seperti Sugili, belut raksasa khas Danau Poso. Ukurannya sampai sebesar paha orang dewasa dengan panjang lebih dari 1 meteran. Itulah salah satu tawaran makanan khas dari sini. Bisa dibakar, bisa pula digoreng.
Dr. Imam Soeseno yang meminta saya menemani perjalanannya ke Tentena, Poso, Sulawesi Tengah, Oktober lalu juga menyatakan kekagumannya.
"Indah. Ini yang orang luar tidak tahu tentang Poso. Di media massa orang hanya baca tentang konflik yang berkepanjangan yang terjadi di sini. Sekarang, saya menyaksikan hal berbeda. Kamu harus menulis soal ini," harap Imam pada saya.
Saya pun mengiyakannya. Sebab memang selama ini saya selalu mengabarkan begitu damainya Poso lewat tulisan-tulisan saya. Bila tidak ada media yang ingin memuatnya, saya pasti akan memasukkannya di Kompasiana dan situs pribadi saya di http://www.jgbua.com. Saya ingin mengabarkan banyak keindahan di daerah yang pernah dilanda konflik ini ke seantero Nusantara agar orang ramai datang lagi ke sini.