Saat cerita mulai memperkenalkan sosok Aini, putri pertama Dinah. Berangsur-angsur suhu konflik utama mulai bisa dirasa. Aini sama bodohnya dengan ibundanya, tidak becus dalam memahami pelajaran, terutama matematika. Namun, Aini memiliki cita-cita menjadi dokter ahli. Cita-cita itu muncul setelah ayahnya−suami Dinah−meninggal dunia karena penyakit dalam. Aini belajar dengan keras. Ia dididik oleh ibu Desi Mal, guru matematika yang juga guru dari Ibundanya. Konflik semakin meninggi tatkala Aini diterima di fakultas kedokteran, tetapi tidak mampu membayar uang pendaftaran dan uang muka kuliah karena Dinah hanyalah pedagang kaki lima.
“Di mana semua uang ini berada?”
Sebuah pernyataan retorik keluar dari mulut Debut Awaludin yang adalah pemilik Kios Buku Heroik. Ia geram karena begitu mahalnya biaya pendidikan.
Bagian puncaknya adalah saat Debut mengumpulkan kawan lamanya untuk merencanakan perampokan. Sebuah perampokan yang bertujuan mulia, begitulah klaim mereka. Kemudian, lesunya Inspektur Abdul Rojali akan berubah drastis karena rencana mereka ini.
Luar Biasanya Orang-Orang Biasa
Saya berani menyematkan kata luar biasa pada karya Pakcik kali ini. Meski pada bagian akhir tetap ada beberapa catatan kekurangan, tetapi tidak cukup untuk mengurangi kekaguman saya. Orang-Orang Biasa adalah novel pertamanya yang mengangkat unsur kriminal. Kepiawaian Pakcik dalam menarasikan ironi yang dialami tokoh dapat mengundang empati sekaligus tawa karena selalu dibungkus komedi.
Selain itu, Pakcik selalu konsisten menyematkan berbagai pesan dalam setiap karyanya, yang mencakup nilai-nilai keluarga, motivasi, kebulatan tekad, dan pengorbanan. Semua pesan itu termuat dalam gerbong cerita soal pendidikan, kemiskinan, dan kaum marjinal. Khusus dalam novel ini, saya menemukan beberapa pesan yang dibawa oleh Pakcik.
Sindiran terhadap dunia pendidikan di Indonesia.
Dalam novel ini, jelas sekali sindiran yang dibawa Pakcik terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Sekolah bukanlah barang murah, perlu biaya tinggi untuk bisa menjadi kaum terdidik. Kita bisa melihat keadaan ini lewat tokoh Aini dan Ibunya.
Kejujuran.
Tema kejujuran juga ditonjolkan dalam novel ini. Hal ini diwakili oleh Inspektur Abdul Rojali, ia mendedikasikan diri untuk melayani negeri, berbeda dengan oknum-oknum yang terlena karena status jabatan bahkan tergoda oleh materi.
Nilai-nilai keluarga.
Pakcik memperlihatkan besarnya pengorbanan orang tua terhadap anaknya. Hal ini ditunjukkan oleh Dinah yang berusaha sekuat tenaga mengantarkan Aini agar bisa berkuliah di jurusan yang dicita-citakan.
Nilai-nilai persahabatan.
Orang-Orang Biasa juga menyoroti adanya persahabatan sejati yang terjalin di antara para tokoh utama. Pakcik memperlihatkan bahwa persahabatan dapat muncul di mana saja, bahkan pada sebuah kelompok yang termarjinalkan, kelompok orang-orang miskin dan bodoh yang dipimpin Debut Awaludin. Mereka bisa bersama-sama berjuang pada masa sulit.