Mohon tunggu...
Olvinur Saraya Putri
Olvinur Saraya Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

saya adalah mahasiswa yang cukup aktif di kampus dan memiliki hobi bersosialisasi dengan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teknologi Ramah Lingkungan dalam Keramba Jaring Apung: Peluang dan Tantangan

13 Desember 2024   05:00 Diperbarui: 12 Desember 2024   18:54 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sektor akuakultur memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan global, khususnya dalam penyediaan sumber protein hewani. Namun, perkembangan pesat industri ini sering kali menimbulkan tantangan lingkungan, seperti pencemaran perairan akibat limbah organik, penggunaan pakan yang tidak efisien, dan potensi kerusakan ekosistem laut. Salah satu teknologi yang banyak diterapkan dalam akuakultur adalah keramba jaring apung (KJA), yang menawarkan solusi efisien untuk budidaya ikan. Meskipun demikian, penggunaan KJA juga dapat menimbulkan dampak negatif jika tidak dikelola dengan baik. Masalah seperti penumpukan sisa pakan dan kotoran ikan di dasar laut, serta risiko penyebaran penyakit, menjadi perhatian utama. Dalam konteks ini, adopsi teknologi ramah lingkungan dalam KJA menjadi urgensi untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, sekaligus meningkatkan keberlanjutan industri akuakultur.

Teknologi ramah lingkungan di sektor KJA mencakup berbagai inovasi, seperti penggunaan bahan jaring yang lebih tahan lama dan ramah lingkungan, penerapan sistem pengelolaan limbah berbasis teknologi, serta integrasi metode pemeliharaan berkelanjutan seperti sistem multitrofik terintegrasi. Selain itu, pemanfaatan energi terbarukan untuk mendukung operasional KJA menjadi salah satu langkah penting dalam mengurangi jejak karbon sektor ini. Pentingnya teknologi ramah lingkungan tidak hanya berkaitan dengan tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan, tetapi juga sebagai peluang untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing produk akuakultur di pasar global. Konsumen saat ini semakin mengutamakan produk yang dihasilkan melalui praktik berkelanjutan, sehingga penerapan teknologi ramah lingkungan dapat memberikan nilai tambah bagi produsen.

Namun, adopsi teknologi ini juga menghadapi sejumlah tantangan, seperti biaya investasi yang tinggi, keterbatasan akses terhadap teknologi, serta kurangnya regulasi dan insentif dari pemerintah. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan masyarakat menjadi kunci untuk menghadapi tantangan tersebut, sekaligus memaksimalkan peluang yang ada. Dengan demikian, artikel ini akan mengeksplorasi lebih jauh tentang peluang dan tantangan dalam penerapan teknologi ramah lingkungan di keramba jaring apung, serta memberikan rekomendasi strategi untuk mendorong keberlanjutan sektor akuakultur. Tujuan artikel ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai pentingnya penerapan teknologi ramah lingkungan dalam keramba jaring apung (KJA) sebagai upaya untuk mendukung keberlanjutan sektor akuakultur. Menggali potensi manfaat yang dapat dihasilkan dari penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam keramba jaring apung, termasuk dalam aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial. Mengidentifikasi hambatan atau kendala yang dihadapi dalam implementasi teknologi ramah lingkungan di sektor keramba jaring apung. Menyajikan strategi dan langkah yang dapat diambil oleh pemangku kepentingan untuk mengatasi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang tersebut. .

Keramba Jaring Apung (KJA) adalah salah satu metode budidaya ikan yang menggunakan kerangka terapung yang dilengkapi dengan jaring sebagai wadah penampung ikan. Kerangka ini biasanya terbuat dari bahan seperti bambu, kayu, atau pipa PVC, yang dirancang untuk mengapung di permukaan air, sementara jaringnya berfungsi sebagai tempat untuk menahan ikan agar tidak keluar dari area budidaya. KJA banyak digunakan di perairan terbuka seperti danau, waduk, sungai, maupun laut karena kemampuannya untuk memanfaatkan ruang secara efisien tanpa perlu infrastruktur darat yang besar.

Keunggulan utama KJA adalah efisiensi dan fleksibilitasnya. Sistem ini memungkinkan petani ikan untuk memanfaatkan perairan alami sebagai habitat budidaya tanpa perlu membangun kolam atau tambak. Selain itu, KJA juga memberikan akses yang lebih mudah untuk memantau dan mengelola ikan, termasuk dalam hal pemberian pakan, pencegahan penyakit, dan panen. Metode ini cocok untuk berbagai jenis ikan, seperti nila, kakap, kerapu, dan berbagai spesies ikan air tawar atau laut lainnya.

Namun, penggunaan KJA juga memiliki tantangan, terutama terkait dampaknya terhadap lingkungan. Sisa pakan dan limbah organik dari ikan sering kali menumpuk di dasar perairan di bawah keramba, yang dapat memicu eutrofikasi atau penurunan kualitas air. Selain itu, risiko penyakit dan penyebaran parasit meningkat jika KJA tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, manajemen yang efektif dan penerapan teknologi ramah lingkungan menjadi kunci keberlanjutan dalam penggunaan KJA. Inovasi teknologi telah berkontribusi pada peningkatan efisiensi dan keberlanjutan KJA. Misalnya, bahan jaring yang tahan lama dan ramah lingkungan kini banyak digunakan untuk mengurangi limbah plastik, sementara sensor kualitas air berbasis Internet of Things (IoT) membantu pemantauan kondisi perairan secara real-time. Sistem multitrofik terintegrasi juga mulai diterapkan, di mana spesies lain, seperti kerang atau rumput laut, dipelihara bersama ikan untuk mengurangi dampak limbah dan menciptakan ekosistem yang lebih seimbang. Dengan adopsi teknologi dan praktik berkelanjutan, KJA dapat terus berkembang sebagai salah satu solusi utama dalam mendukung produksi ikan secara efisien, sekaligus meminimalkan dampaknya terhadap ekosistem perairan.

Penggunaan keramba jaring apung (KJA) konvensional dalam akuakultur sering kali memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, terutama jika tidak dikelola secara berkelanjutan. Salah satu dampak paling signifikan adalah polusi air. Limbah organik yang dihasilkan dari sisa pakan, kotoran ikan, dan bahan organik lainnya cenderung mengendap di dasar perairan di bawah keramba. Akumulasi limbah ini dapat menyebabkan eutrofikasi, yaitu kondisi di mana perairan mengalami kelebihan nutrien seperti nitrogen dan fosfor, yang memicu pertumbuhan alga secara berlebihan. Ledakan alga atau algal bloom ini mengurangi kadar oksigen dalam air, sehingga mengancam kehidupan organisme lain di ekosistem tersebut.

Selain polusi air, KJA konvensional juga dapat menyebabkan kerusakan ekosistem perairan. Penumpukan limbah organik tidak hanya mengurangi kualitas air, tetapi juga merusak habitat dasar perairan seperti padang lamun dan terumbu karang. Perubahan kondisi fisik dan kimia perairan ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem alami, mengancam keberadaan spesies lokal, dan mengurangi keanekaragaman hayati. Beberapa spesies predator alami atau ikan liar mungkin juga terdampak akibat perubahan habitat, yang pada akhirnya dapat memengaruhi rantai makanan di ekosistem tersebut.

Selain itu, KJA konvensional juga berpotensi meningkatkan risiko penyebaran penyakit dan parasit. Ketika ikan dibudidayakan dalam kepadatan tinggi, risiko penularan penyakit antar ikan meningkat secara signifikan. Penyakit yang menyebar di dalam keramba dapat meluas ke populasi ikan liar di sekitarnya, mengancam keberlanjutan perikanan alami. Penggunaan bahan kimia atau obat-obatan untuk mengendalikan penyakit di KJA konvensional juga dapat mencemari perairan dan membahayakan organisme non-target. Masalah lain yang kerap terjadi adalah limbah plastik dari jaring dan perlengkapan KJA. KJA konvensional sering menggunakan bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan, seperti jaring plastik yang mudah rusak atau terlepas ke perairan. Limbah plastik ini tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga berpotensi tertelan oleh satwa laut, termasuk ikan, burung, dan mamalia laut.

Dengan semakin meningkatnya penggunaan KJA di berbagai wilayah, dampak negatif ini menjadi tantangan serius yang memerlukan perhatian khusus. Pengelolaan yang buruk tidak hanya mengancam kelestarian lingkungan, tetapi juga menurunkan produktivitas akuakultur itu sendiri dalam jangka panjang. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah konkret untuk mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan praktik berkelanjutan guna memitigasi dampak negatif KJA konvensional terhadap ekosistem perairan. Penerapan material biodegradable untuk keramba jaring apung (KJA) merupakan salah satu inovasi teknologi ramah lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif akuakultur terhadap lingkungan. Material biodegradable, seperti jaring yang terbuat dari polimer alami atau sintetis berbasis biomaterial, dapat terurai secara alami dalam lingkungan perairan. Penggunaan material ini mengurangi risiko pencemaran plastik mikro yang sering terjadi akibat kerusakan atau pelepasan serpihan jaring konvensional berbahan dasar plastik ke perairan. Selain ramah lingkungan, material ini juga mendukung keberlanjutan operasional KJA dengan mengurangi limbah padat yang sulit terurai.

Namun, penggunaan material biodegradable saja tidak cukup untuk mengatasi tantangan utama KJA, yaitu penumpukan limbah organik di dasar perairan. Oleh karena itu, penerapan sistem pembersihan otomatis menjadi langkah pelengkap yang sangat efektif. Sistem ini biasanya melibatkan teknologi mekanik atau biologis yang dirancang untuk mengumpulkan dan mengolah limbah organik sebelum mencapai dasar perairan. Salah satu contohnya adalah perangkat penyaring limbah yang dipasang di bawah keramba untuk menangkap sisa pakan dan kotoran ikan. Limbah yang terkumpul kemudian dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos atau energi biogas, sehingga mengurangi dampaknya terhadap ekosistem perairan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun