Mohon tunggu...
Jaenal RamaBianto
Jaenal RamaBianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif Universitas Jember

Mahasiswa Aktif Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN BTV 3 UNEJ: Masa Pandemi, Usaha Keripik dan Cilok di Desa Bumiayu Ubah Strategi Pemasaran

8 September 2021   22:56 Diperbarui: 8 September 2021   23:39 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Desa Bumiayu merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Secara geografis Desa Bumiayu merupakan desa paling utara dari teritori wilayah Kecamatan Panggungrejo.  

Untuk infrastruktur nya sendiri di Desa Bumiayu sudah cukup memadai, dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang ada, seperti jalan raya, sekolah, sarana kesehatan, ruang untuk olahraga, dan sarana prasarana yang lainnya. Berdasarkan kondisi geografis yang berada di daerah pegunungan tersebut, kebanyakan dari warga Desa Bumiayu berprofesi sebagai petani, tanaman yang ditanam pun bervariasi, mulai dari jagung, cabai, ketela pohong, hingga tebu.

Tanaman jagung, tebu dan ketela adalah yang paling mendominasi. Khusus untuk ketela, di Desa Bumiayu terkenal dengan tekstur ketela yang keras, dan berserat. Itu diakibatkan karena kurangnya kandungan air tanah di Desa Bumiayu, itulah mengapa alasan jarangnya UMKM yang bergerak di bidang membuat produk olahan, baik dari jagung maupun ketela. 

Sedangkan untuk warga yang berprofesi dibidang industri rumahan masih belum banyak di temui, hanya ada beberapa industri rumahan di Desa Bumiayu, diantaranya adalah produksi cilok Salome Banar dan juga Produksi keripik ketela pohong Mas Widodo. Pandemi Covid-19 yang saat ini melanda diseluruh dunia khususnya di Indonesia, dengan jumlah orang yang terinfeksi terus bertambah hingga saat ini. Penularan lewat kontak antar manusia yang sangat sulit diprediksi, karena kegiatan sosial yang tidak bisa dihindari, merupakan penyebab terbesar menyebarnya Covid-19. KKN Back to Village ini menggunakan sitemastis yang berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu KKN pada periode kali ini dilaksanakan per individu, serta pelaksanaannya berada di domisili masing masing mahasiswa. 

Dengan kembalinya mahasiswa ke lingkungan tempat tinggalnya masing-masing diharapkan mahasiswa mengimplementasikan ilmunya yang diperoleh di bangku perkuliahan untuk di aplikasikan di linkungan masyarakat di daerahnya masing-masing. Karena pandemi covid 19 yang masih berlangsung hingga saat ini membuat semua pihak mengalami kerugian sosial dan ekonomi, tak terkecuali wirausahawan ataupun pelaku usaha industri UMKM. Pada sasaran saya yang pertama adalah Criping Kancil milik Mas Widodo. Usaha yang sudah didirikan sejak 2018 ini sudah termasuk terkenal di Desa Bumiayu maupun di desa-desa sekitar nya. 

Berdirinya produk keripik ketela pohong ini didasarkan pada keinginan dari sang pemilik yakni Mas Widodo, untuk membalikkan opini orang-orang yang menilai ketela pohong dari Desa Bumiayu tidak bisa dijadikan olahan, terutama olahan Keripik, karena teksturnya yang keras akibat dari minimnya kadar air yang dikandung. Sedangkan untuk ketela pohong sendiri di Desa Bumiayu sangat banyak di tanam, namun karena teksturnya yang keras menjadikan ketela hanya dikeringkan kemudian dijadikan tepung sebagai bahan untuk pakan ternak.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
 Keberhasilan Mas Widodo dalam mengolah ketela pohong menjadi olahan yang lebih bernilai jual membuat produknya sangat laku dipasaran, bahkan untuk pemasarannya sebelum pandemi bisa mencapai 300 bungkus dalam sehari dan bisa setiap hari melakukan produksi. Sedangkan pada saat pandemi ini produki hanya dilakukan 2-3 kali dalam seminggu dan juga penurunan omset yang cukup drastis. 

Mas Widodo yang sebenarnya berkeinginan mendagangkan produksinya melalui media sosial namun masih terkendala dengan branding produk yang bisa menjual itu seperti apa, menjadi salah satu kendala baginya. Sehingga Mas Widodo memilih untuk mengandalkan teknik berjualan ataupun memasarkan produknya secara konvensional, misal dengan menitipkan produknya di toko-toko kelontong.

Pada sasaran kedua yakni UMKM cilok Salome Banar, yang dibuat dari bahan dasar yaitu tahu, tepung terigu dan tepung kanji.  Cilok Salome Banar Bapak Jarno yang berada di RT 03/ RW 01 masih didagangkan secara keliling namun juga membuka kedai di rumahnya,  yang sebelumnya memiliki 5 karyawan, karena dampak pandemi ini terpaksa para karyawan mencari pekerjaan lain karena cilok Salome Banar jarang melakukan produksi. 

Beliau bercerita bahwa selama pandemi ini penjualan produknya turun drastis, bahkan untuk produksi saja hanya dilakukan 3-4 kali dalam seminggu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun