Selamat pagi kompasianer.Â
Belakangan ini fenomena pamer kekayaan menjadi fenomena umum yang terjadi di berbagai kalangan masyarakat. Kegiatan ini seringkali dilakukan dengan menampilkan barang-barang mewah, mobil sport, atau gaya hidup glamor sebagai tanda keberhasilan dan status sosial.Â
Saya yakin, semua kompasianer juga ingin sekali mempunyai kekayaaan. Ya kan. hehe
Kali ini saya akan bahasa definisi kekayaan menurut Al-Qur'an: "Antara Harta dan Karunia Allah".
Kekayaan adalah salah satu hal yang banyak diinginkan oleh manusia. Namun, sebagai seorang muslim, kita perlu memahami bagaimana Al-Quran mendefinisikan kekayaan. Kekayaan dalam Al-Quran bukan hanya tentang harta, namun juga karunia Allah yang tak ternilai harganya.
Menurut Al-Quran, harta bisa jadi sebagai ujian bagi manusia. Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 155-157, "Dan sungguh Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (Sesungguhnya kami milik Allah dan hanya kepada-Nya kami kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw. juga mengatakan, "Kekayaan bukanlah dalam jumlah banyak tetapi kekayaan adalah jiwa yang tenang dan pikiran yang selalu bersyukur."
Maka, sebagai manusia yang beriman, kita harus bisa membedakan antara kekayaan harta dan karunia Allah. Kita tidak boleh terjebak dalam hawa nafsu untuk terus mengumpulkan harta tanpa memperhatikan karunia Allah. Kita harus selalu bersyukur atas karunia Allah dan menggunakan kekayaan harta dengan bijak.
Pendapat tersebut juga dikuatkan oleh DR. H.M. Arifin Ilham, seorang ulama dan pendiri majelis taklim Ar-Rahma. Ia menyatakan bahwa kekayaan harta bukanlah hal yang buruk atau diharamkan dalam Islam. Namun, yang harus dihindari adalah sifat tamak, kikir, dan tidak mau berbagi dengan orang lain. Kekayaan harta juga harus diperoleh dengan cara yang halal dan tidak merugikan orang lain.
Oleh karena itu, sebagai manusia yang beriman, kita harus bisa membedakan antara kekayaan harta dan karunia Allah.
Selain itu, menurut Imam Al-Ghazali, seorang tokoh agama terkenal pada masa keemasan Islam, kekayaan sejati adalah kekayaan yang dimiliki oleh jiwa. Kekayaan harta hanya bersifat sementara dan tidak bisa dijadikan sebagai tujuan hidup. Kekayaan jiwa, seperti iman, akhlak, dan kebajikan, adalah kekayaan yang abadi dan berkelanjutan.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh DR. KH. Mustofa Bisri atau Gus Mus, seorang ulama dan budayawan terkemuka di Indonesia. Gus Mus menyatakan bahwa kekayaan harta hanya bisa memberikan kebahagiaan sementara, namun kekayaan jiwa bisa memberikan kebahagiaan yang abadi. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk memperkaya jiwa kita dengan iman, ilmu, dan amal yang baik.
Selain itu, dalam Islam juga dikenal konsep sedekah yang sangat dianjurkan untuk membagikan kekayaan harta kepada orang yang membutuhkan. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 261, "Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."
Hal tersebut juga ditegaskan oleh Ustaz Abdul Somad, seorang ulama yang populer di Indonesia. Menurutnya, sedekah adalah salah satu cara untuk membersihkan harta dan mengalirkan barokah bagi kehidupan kita. Sedekah juga bisa menjadi bentuk syukur kita kepada Allah atas karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita.
Demikianlah, pengertian kekayaan menurut Al-Quran tidak hanya tentang harta yang bersifat sementara, namun juga tentang karunia Allah yang tidak ternilai harganya. Kita harus bisa membedakan antara kekayaan harta dan karunia Allah, dan menggunakan kekayaan dengan bijak serta bermanfaat bagi orang lain. Kita juga harus berusaha untuk memperkaya jiwa kita dengan iman, ilmu, dan amal yang baik, serta selalu bersyukur atas segala karunia Allah yang telah diberikan kepada kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H