Mohon tunggu...
Jaelan Soheh
Jaelan Soheh Mohon Tunggu... Penulis - Saya sangat senang berkegiatan salahsatunya yang berhubungan dengan literasi. saya mendirikan sebuah komunitas yaitu kelompok literasi seni

Hobi saya menusli, merekam dan berkelana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemuda dalam Romantisme Perjuangan

25 Agustus 2024   23:30 Diperbarui: 25 Agustus 2024   23:35 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

            Perekonomian Indonesia yang melaju pesat dan pembangunan infrastruktur yang merata untuk masyarakat di masa Orde Baru diikuti dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan terhadap Presiden Soeharto dan memicu aksi demo mahasiswa dan masyarakat umum. Demonstrasi semakin gencar setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar di tanggal 4 Mei 1998. Tahun 1997-1998 merupakan periode Orde Baru yang menjadi masa kelam bagi rakyat Indonesia.          Perekonomian yang tadinya melesat langsung mengalami penurunan disusul dengan berakhirnya rezim Orde Baru.
Setelah tiga dasawarsa lebih menjabat, Orde Baru ambruk akibat krisis ekonomi yang melanda sejak tahun 1997. Ditambah besarnya gelombang demonstrasi di berbagai daerah membuat Presiden Soeharto mundur pada 21 Mei 1998. Pada kedua masa ini, peran pemuda menjadi sangat sentral, dan para pemuda berada pada posisi-posisi perjuangan serta telah mencetak sejarah bagi bangsa indonesia.

Era Sekarang

Masa demi masa telah berlalu, era perjuangan pemuda telah menjadi sejarah. Segelintir orang berbicara bahwa sejarah ditulis oleh pemenang, akankah kemenangan itu milik para pemuda? Sehingga mereka mampu menciptakan sejarah. Bagaimana dengan saat ini? Penulis tidak akan memberikan justifikasi terhadap apa yang tejadi di masa kini, terkhusus mengenai gerakan kepemudaan. Memang sangat banyak sekali gerakan-gerakan kepemudaan yang ada dan saling memuat eksistensinya. Namun apakah gerakkan-gerakan tersebut merupakan gerakan yang substansial dan mengakar? Ataukah hanya menjadi romansa belaka. Silahkan para pembaca untuk melakukan tambahan, kritik maupun saran kepada penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun