Mohon tunggu...
Erie Jaegar
Erie Jaegar Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ar-Rahman

✅ 🎓 Public Health of University Wiralodra Indramayu ✅CGK 🇮🇩 ~ TPE 🇹🇼

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan dalam Lembar Kosong Sebuah Kalender

26 Desember 2020   14:57 Diperbarui: 26 Desember 2020   15:24 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Catatan dalam lembar kosong sebuah kalender" dan itu yang sedang  Saya rasakan.

Bukan tak mampu membeli. Hanya saja, banyak hal yang harus dipertimbangkan sekadar hanya sebuah lembar kertas.

Beberapa hari lalu. Ada chat Line masuk dari seorang Ibu dalam satu kelas belajar daring Bahasa Mandarin khusus TKI, tapi Saya tidak mengenalnya. Begitupun aku tak berniat sekadar kenalan sesama muridnya, karena pekerjaan yang begitu menguras tenaga, waktu, dan tentu pikiran. Mungkin, Beliau memperhatikan Saya setiap ada tugas untuk menulis huruf pinyin dengan tulis tangan, bahwa punyaku bukan diatas buku melainkan lembar kosong sebuah kalender transparan, yang tentu warna putihnya tidak merata, malah lebih jelas ukiran gambar sebalikan kalender tersebut. Seperti gambar di bawah ini

Dokpri
Dokpri

Tanpa basa-basi Ibu itu menawarkan beberapa buku kosong dan bilang "jangan khawatirkan ongkos kirim, kirimkan saja alamat lengkapmu, hari ini juga akan Saya kirim"

Saya tak bisa menolak. Sebab, Ibu itu sedikit memaksa, dan bilang "Saya sangat paham apa yang kamu rasakan"

Mungkin juga Beliau selalu memperhatikan Saya dari awal kelas belajar dimulai, bahwa Saya memperkenalkan diri di tempatkan bekerja di sebuah desa terpencil. Jangankan toko buku, warung klontong saja tidak ada. Ya... Memang bisa beli online. Tapi tidak memungkinkan untuk mengumpulkan tugas tepat waktu. Jadi seadanya saja.

Tentu, niat hati mau beli online untuk tugas-tugas berikutnya supaya tidak memalukan. Tapi, si Ibu itu lebih dulu menawarkan untuk memberikan Saya buku tulis dengan gratis.

Kodarullah. Semua tak lepas dari doa Emak dan Bapak.

Satu hal. Saya tak pernah ingin "dikasihani" Saya justru adalah orang yang lebih baik "memberi" daripada "diberi".

Mungkin kejadian ini sebagian hadiah dari alam perihal tabur tuai yang selama ini saya lakoni. Semoga saja demikian.

Erie, Toucheng-Taiwan Penghujung Desember 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun