Mohon tunggu...
Erie Jaegar
Erie Jaegar Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ar-Rahman

✅ 🎓 Public Health of University Wiralodra Indramayu ✅CGK 🇮🇩 ~ TPE 🇹🇼

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perihal Setia

28 November 2020   21:30 Diperbarui: 29 November 2020   06:30 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Setia dan takkan mendua" kutipan seseorang yang mereferensi tertulisnya artikel ini. 

Tuhan Maha Segala, termasuk membolak balikkan hati manusia. Iya... Betul, ini perihal rasa yang konon disebut cinta. Bukan sekadar sayang. 

Seperti halnya mencintai tidak mesti itu tertuju satu orang, dalam satu waktu dan selamanya. Tentu, ada hal yang membalikkan hati. Bisa jadi, itu masa lalu atau orang baru. Beragam cobaan perihal setia yang katanya untuk satu orang. 

Seperti halnya makan nasi, ialah makanan pokok. Namun, tentu kalian semua tahu, tidak cuma nasi yang mengandung karbohidrat untuk asupan gizi pokok. Tidak dipungkiri pula akan merasa bosan bukan? Ketika nasi melulu setiap hari.  Ada mie, roti, kentang, singkong dan lain sebagainya masih banyak ragam olahan makanan pokok pengganti lainnya.  

Itulah mengapa semua beragam banyak pilihan dan macamnya. Sebab, itu hal manusiawi. Jangan menohok dan menghakimi hati perihal satu manusia yang bernama setia. 

Sebab, isi hati yang tahu ialah pemilik hati itu sendiri dan tentu Tuhannya. Bukan orang lain. 

Terpenting tahu kadar dan batasannya. Kemana ia harus kembali menanam rasa kepada manusia yang ia sebut sebagai pilihan hidupnya. 

Karena dalam sebuah hubungan antar manusia akan bertumbuh terus dan terus jika dijaga setiap harinya. Sesuai kadar dan porsinya. Agar tetap ada, dan tidak hilang begitu saja ditelan oleh pikiran, atau bayangan masalalu yang mengganggu musabab perihal setia itu sendiri. 

Tidak ada kebahagiaan yang lebih penting dari sebuah rencana untuk masa depan. Dibandingkan menikmati rasa sakit perihal masa lalu. Tanpa tahu bagaimana cara menanggapinya. 

Karena berbicara perihal setia. Bukan saja terekam kedua mata. Ia lebih nyata dalam pikiran yang tidak terlihat. Maka dari itu, jangan menyimpulkan kalimat "setia dan takkan mendua". Sebab jika itu terjadi pada diri sendiri. Lalu, siapakah yang tidak setia? 

Apapun itu, jalani saja, jadilah yang terbaik untuk yang sudah kau pilih sebagai pasangan hidup. 

Belajar menghargai apa yang ada, sebelum ia pula menjadi kenangan. Karena tahu bukan? Bagaimana menghunjamnya hati ketika merindukan yang sudah tak lagi bersama. 

Tentu, pertahankan dan jangan sampai menjadi sebuah kenangan. Jadikan ia sumber kebahagiaan. Rawat dan jagalah seperti semestinya saja. 

Erie. Taiwan, 28 November 2020 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun