Di zaman yang serba modernisme saat ini lebih dominan kepada hal yang dianggapnya keren jika dilihat dari layar handphone. Padahal, hidup yang sesungguhnya tidaklah sekeren demikian. Memang, ada juga diantara mereka yang benar-benar keren dikehidupan nyatanya. Terlebih perihal kesedihan. Kesedihan yang selalu dianggap keren (cari perhatian).
Menangis ialah puncak kesedihan yang tak tertahan. Bisa jadi kemarahan yang tak dilampiaskan, pun kesabaran yang selalu diremehkan. Baginya air mata adalah penghujung segala derita. Biarlah dikata ''cengeng''Â katanya. karena memang air mata peneduh jiwa.
Tak ada yang salah dari air mata. Justru, sikap dan tindak menjadi ucap yang menjadikan acuan kehidupan. Lalu kemudian menciptakan air mata.
Terlepas dari itu, semua kembali pada jiwa-jiwa yang bertekad kuat setelah air mata jatuh di penghunjaman kesedihan terdalam. Bahwa manusia butuh penopang kehidupan bukan sekadar di sayang yang menjadikannya seorang pembangkang, pada akhirnya.
Karena air mata dan kesedihan mampu mengajari seseorang untuk hidup lebih leluasa memahami arti kehidupan dari sudut pandang belah dunia, bukan hanya dari sebuah kehidupan wilwatikta saja. Karena kehidupan bukan hanya sekadar surga dunia yang memancarkan keindahan rupa-rupa mancanegara. Akan tetapi kehidupan ialah perihal makan hingga ke makam.
Oleh sebab itu, air mata sangat diperlukan bagi setiap insan. Dari sudut manapun ia memaknainya atau menunjukannya, air mata tetaplah air mata. Cairan bening hangat yang keluar meski disekat sekalipun. Ia akan mengalir, terus mengalir jika hatinya teramat tersayat. Hingga rongga hidung tersumbat. Karena pada hakikatnya air mata dimiliki semua insan, pun seorang Lekaki tanpa terkecuali (manusia tegar) sekalipun.
Maka, menangislah untukmu yang sedang bersedih. Jangan kau anggap bahwa air mata menandakan ketidaktegaran sebagai manusia. Air mata berhak mengaliri pipimu. Jangan kau tahan hingga sesak yang dirasa. Terlebih jika lisanmu yang terus meratapi kesedihan itu lewat status-status di sosial media. Sungguh yang demikian yang dilarang, karena Rasulullah pun pernah menangis saat cucunya meninggal. Beliau berkata
"Tak ada yang salah dari air mata, yang salah lisan''
Sekali lagi menangislah untukmu yang sedang bersedih. Namun jangan sampai larut berkepanjangan dalam kesedihan. Menangislah sesekali saja. Kemudian percayakan saja semua kesedihan kepada-Nya. Bahwa ingatlah, Ia tidak akan pernah menguji seorang hambanya dibatas kesanggupannya.Â
Tersenyumlah. Sabar menunggu kebahagiaan menghampirimu dengan mengimbangi usaha dan doa. Sebab usaha tanpa doa, menandakan kesombongan seseorang yang tidak butuh Tuhan. Kemudian diiringi dengan doa. Sebab doa ialah pengharapan nyata yang akan didengar oleh-Nya, setelah berusaha yang maksimal.
Daripada mengeluh berkicau di status sosial media manapun baik WhatsApp, Twitter, Facebook, Instagram dan lain sebagainya. Ada baiknya, bungkus saja keluh kesahmu dalam doa.
Semangat untukmu yang sedang bersedih.
Indramayu, 26 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H