Makin hari makin kreatif saja orang nyari duit. Betapa tidak, dengan berbekal printer dan seperangkat komputer saja ditambah sedikit keahlian potoshop juga corel draw, seseorang sudah bisa membuat undian palsu yang bagi orang tertentu akan mengiranya sungguhan. Dengan memasukkan Dua carik kertas berisi tulisan berupa undian dengan hadiah 1 unit avanza ke dalam bungkusan kopi sasetan tentu akan menjadi pembeli yang kurang pergaulan menjadi ngap-ngapan dibuatnya.
Si korban pasti akan segera menghubungi nomor yang tertera di dalam undian palsu tersebut dengan menggebu-nggebu. Celah kepanikan inilah yang akan dimanfaatkan si penipu yang sudah barang tentu akan dia manfaatkan sebaik-baiknya. Dengan licinnya ia akan mengerahkan segala kemampuan ‘olah lidah’ nya. Sikorban yang sedang mabuk avanza pasti akan terhuyung sempoyongan mendengar kalimat manis si penipu, laksana gadis desa kena bujuk rayu duda kota yang ngaku perjaka. Dengan semangatsikorban akan segera menuliskan identitas seperti yang diminta lalu mentransfer sejumlah uang dengan embel-embel sebagai syarat administrasi awal untuk mengurus BPKB. Alih alih dapat mobil Avanza seperti yang dijanjikan, si korban justru harus terkatung-katung menunggu tanpa kepastian. Mendapati kenyataan bahwa nomor telfon yang tertera dalam undian sudah tidak aktif lagi setelah si korban mentransfer sejumlah uang.
Seperti yang terjadi pada sahabat kawan saya sebut saja Ngatemin yang ternyata seorang guru SD disebuah Sekolah Dasar yang cukup terpencil di pinggiran Aceh. Dengan tergopoh-gopoh Ngatemin langsung tancap gas menuju BRI terdekat setelah mendapati kopi saset yang habis ia beli dari warung yang saban harinya menjadi ritual wajib pelepas lelahsepulang mengajaria dapati duacarik kertas kecil yang dibungkus dengan plastik undian didalamnya. “Allahuakbar, alhamdulillah ya Allah…” pekiknya riuh sambil sujud syukur diteras belakang rumahsamping kandang burung dara tanpa mempedulikan lantai yang kotor bekas tapak selop dimana-mana. Teriaknya takjub mendapati kenyataan bahwa sebentar lagi ia akan memiliki mobil avanza idaman. Sudah barang tentu ia akan segera nampak ‘nggleling’ naik mobil avanza ke sekolah sedangkan kepala sekolah saja baru bisa naik kijang tua yang kadang mogok dijalan, atau meraung-raung suara mesinnya ketika melewati tanjakan sebelah sekolahan. Apalagi jika ada undangan Kepala Dinas atau kondangan di tempat teman sejawat pasti pada melirik tunggangan barunya. Ritual memandikan mobil setiap pagi sebelum berangkat kerja tentu akan menjadi ajang pamer wajib ke tetangga persis seperti yang digambarkan sinetron lebay beberapa stasiun tv tentang gambaran orang ‘sukses’ yaitu ketika keluarga kecil dengan dua anak, istri dengan rambut direbonding plus legging ketat sedang menyisir rambut basahnya diteras depan sambil nungguin anak yang lagi memakai sepatu siap-siap berangkat sekolah. Sedangkan suaminya sedang asyik nyuci mobil sambil singsot. Label orang sukses dikampung tentu akan segera melekat dibahunya. Oooo Mak Jangggggg….., kata orang Melayu Sumatra.
Tapi mimpi tetap hanya mimpi. Nyatanya Ngatemin benar-benar tertipu dengan khusyuknya. Setelah mantransfer sejumlah uang, ia dapati telfon si penipu sedang tidak aktifketika Ngatemin mencoba menanyakan kelanjutan undian avanza miliknya. Ia telpon puluhan kali jawabnya tetap nihil. Ia mulai gundah gulana, gelisah persis seperti anak prawan menunggu telfon bujang idolanya di malem minggu. Dua tiga jam ia menunggu. Ia mulai ragu. Feling intelijen berputar mencoba menganalisa meskipun sangat telat, apa mungkin saya tertipu… gumamnya sambil bolak-balik kamar tak mempedulikan panggilan makan dari istrinya. Ia mulai tak sabar, melompat keluar kamar sambil nenteng jaket dan kunci Supra Fitnya menuju kehalaman. Segera menstater motornya lari tunggang langgang meninggalkan istrinya dalam keadaan bengong melihat tingkah polah suami andalannya. Ngatemin segera menuju BRI, mengecek saldo di atm bahkan menghubungi teller dan menanyakan apa duit yang berusan ditransfer bisa di cansel. Ngatemin lemas, duduk selonjor didepan BRI. Duit gaji sebulan yang belum sempat diambil amblas ditipu undian avanza gadungan. Belum lagi kreditan sepeda motor limitnya hanya dalam hitungan hari lagi. Apa kata istrinya nanti jika mengetahui suami yang katanya macho itu kena tipu. Bah, sial bener nasib awak hari ini.. rutuknya dengan logat Medan yang dibuat-buat. Apa kata dunia jika seorang sarjana pendidikan seperti saya kena tipu. Tumpah segera gelar S.Pd itu, batin Ngatemin slendro. Akhirnya Ngatemin ngeloyor pulang dengan wajah ditekuk-tekuk.
Sebenarnya ini modus sangat lama, tapi entah kenapa masih efektif disini. Seperti beberapa hari lalu istri saya menemukan undian palsu tersebut dalam sebuah kopi saset kemudian menyerahkan pada saya. Untung istri saya cukup gaul, jadi segera bisa membedakan ini undian beneran atawa ulah orang-orang tak jelas. Didaerah kami hampir setiap hari berseliweran sales-sales kota (Medan) hilir mudik menawarkan barang-barang kebutuhan rumah tangga sampai, alat elektronik sampai perangkat material bangunan. Karena daerah kami cukup jauh dari kota, agaknya ini menjadi peluang bagi mereka untuk memutar roda bisnisnya. Tapi saya ndak menuduh para sales itu pelakunya lhoooo, tenin. Tapi siapapun itu agaknya ia sangat faham jika sebuah daerah yang cukup lama bergolak menjadikan sebagian warganya labil dan kena wabah kotafiola. Ah embuh lah… yang jelas saya benci penipu, apalagi Ngatemin!
Pinggiran NAD, 16 Oktober 2014 jam 12 malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H