Jaman saya kecil, akik itu atribut para dukun atawa para sepuh yang hilir mudik dalam area klenik. Rasanya kami sebagai anak-anak muda gaul pada masanya akan sangat malu memakainya. Amat sangatlah wagu andaikata genjrang-genjreng di pinggir jalan sembari makai cincin batu akik. Pasti pemudi-pemudi gaul dengan anting sebelah itu bakalan tertawa terpingkal pingkal menertawakan pemuda macho pakai akik kecubung, bakalan dikira pemuda jomblo yang sedang mencari pasangan lewat akik pengasihan. Alhasil, jaman saya muda tidak pernah sedikitpun melirik batu akik meskipun Mbah Redjo menggolo pawang ular dan bakul obat di pasar wage belakang terminal Wates itu memamerkan kesaktian batu akik miliknya setiap wage pagi. Ah itu dulu, sekarang akik sedang trend. Pemuda bahkan pemudi disini pun berebut memakainya, tak ketinggalan bakul sayur di Pasar Alue Bilie itupun pating jrendol drijinya... salam akik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H