Mohon tunggu...
Rizky Kurnia Rahman
Rizky Kurnia Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Seorang blogger dan penulis jempolan, maksudnya suka sekali menulis pakai jempol. Blog pribadi, https://rizkykurniarahman.com

Lahir di Jogja, sekarang tinggal di Sulawesi Tenggara. Merantau, euy!

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Tetap Perlu Kencan, Meskipun Sibuk Bekerja dan Berumah Tangga

5 Mei 2023   16:02 Diperbarui: 5 Mei 2023   16:15 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com/photo/2019/03/05/16/47/keyboard-4036579_960_720.jpg

Dalam tulisan ini, kencan bukan berarti lawannya kendor. Atau membahas tentang kendaraan bermotor, "Wah, kecepatannya kencan sekali!" 

Saya mencoba untuk mencari tahu arti dari kencan tersebut. Ternyata, menurut Wikipedia, kencan ini dapat diartikan tahap hubungan romantis dengan tujuan untuk menilai kesesuaian calon pasangan, biasanya dikaitkan dengan hubungan pernikahan. Kencan ini menjadi momen atau saat antara laki-laki dan perempuan untuk melihat, kira-kira orang yang di depan saya ini, cocok tidak buat dibawa ke jenjang pernikahan, terlepas apakah lehernya jenjang atau tidak?

Tempat Romantis

Kalau melihat dari media yang ada, kencan itu biasanya di tempat-tempat romantis. Tentu saja, romantis di sini bukan berarti rokok, makan, gratis! Nggak modal banget, lah yauw! Tempat romantis biasanya diartikan tempat yang hanya berdua, suasananya agak remang-remang, ada lilin di tengah. Itu tempat romantis atau memang sedang matu lampi, eh, mati lampu ya!

Selain remang-remang, mungkin ditambahi dengan alunan biola dari seorang yang pandai memainkannya. Ada pula bunga mawar di meja atau bunga tersebut diberikan sebagai kejutan. Ujung-ujungnya jika sudah cocok, si laki-laki biasanya memberikan satu kotak kecil perhiasan. Paling sering sih isinya cincin. Tentu yang dimaksud di sini adalah cincin emas atau bisa juga perak. Masa cincin sumur? 

Itulah yang ditampilkan dalam film-film. Tidak selalu dalam suasana termehek-mehek sih. Ada juga yang malah marah-marah. Mungkin laki-laki ketahuan selingkuh. Si cewek jadi marah, lalu mengambil gelas. Dicipratkan isi dari gelas tersebut ke wajah si laki-laki. Akibatnya bisa ditebak, apa hayo? Yak, benar, muka si laki-laki jadi basah. Selain itu, muncul rasa malu, karena berada di antara banyak orang. Si perempuan dengan wajah kesal, meninggalkan si laki-laki. Selanjutnya, apa yang muncul? Iklan. Kami segera kembali! 

Ketika Sudah Halal

Sejauh yang saya pahami tentang tata cara mendapatkan pasangan sesuai syariat Islam, tidak ada tuh yang namanya kencan begitu sebelum menikah. Yang ada adalah taaruf. Ini pun bukan berarti hanya berdua, melainkan ada pihak ketiga yang memang sengaja hadir. Bisa bapak si perempuan, atau sekalian keluarga saling bertemu. Laki-laki dan perempuan yang akan menikah saling berbicara, menanyakan visi dan misi masing-masing, lalu berdebat! Lho, ini seperti mau maju pilkada saja!

Visi dan misi dalam rumah tangga itu memang sangat penting, lho! Sebab, menjadi panduan dan arah rumah tangga itu mau dibawa ke mana? Suami adalah nakhoda, sedangkan istri adalah juru kapalnya. Anak-anak adalah penumpangnya. Seandainya ada penumpang gelap, maka entahlah, anak siapa itu?

Nah, setelah menikah secara betul-betul legal dan halal, sesuai hukum Islam dan hukum negara ini, maka baru bisa kencan. Jangankan sekadar kencan, mau lebih dari itu diperbolehkan. Mau jungkir balik juga silakan. Pokoknya bebas lepas. Tahu sendiri 'kan artinya?

Bagi pasangan yang baru saja menikah, kencan seperti itu dikatakan sebagai bulan madu. Meskipun yang laki-laki penjual madu, tetaplah bulan madu juga. Tempat yang dipilih bisa lebih luas, asalkan ada uangnya. Mau ke kutub utara sana juga boleh, selama mampu dan sanggup ke sana. Namun, jika tidak mampu sampai sana, cukup buka kulkas dan masuk sedikit, dinginnya sudah mirip kok. 

Persoalan Selanjutnya

https://cdn.pixabay.com/photo/2019/09/25/14/32/online-dating-4503846_960_720.jpg
https://cdn.pixabay.com/photo/2019/09/25/14/32/online-dating-4503846_960_720.jpg

Seiring berjalannya waktu, pasangan tersebut mulai menampakkan hasil. Yang perempuan mulai hamil. Suaminyalah yang menjadi pelaku utama. Kabar tersebut menjadi sangat menggembirakan bagi pasangan tersebut serta keluarga besar mereka. Sebentar lagi, Insya Allah, mereka akan mendapatkan keturunan, walaupun untuk menuju ke rumah mereka harus melewati turunan. 

Begitu lahir bayi yang diidam-idamkan, lebih besar lagi kegembiraan mereka. Seiring berjalannya waktu, meniru awal paragraf sebelumnya, kurang kreatif banget ya, anak tersebut mulai tumbuh besar. Dari yang cuma satu, menjadi dua, tiga, dan seterusnya. Ternyata, hal tersebut menimbulkan efek. Ini bukan efek kamera lho, yang sering kamu pakai buat tampil di medsos itu!

Hal yang sangat berpengaruh ketika suami istri punya anak-anak yang lucu adalah kebersamaan mereka jadi tergerus. Dari yang tadinya bisa jalan berdua, sekarang harus dengan anak-anak yang selalu nggondeli. Kalau ditinggalkan, tidak tega, mereka nanti sama siapa? Siapa yang akan menjaga mereka? Kalau diajak, ke mall misalnya, banyak maunya, minta ini dan itu. Yah, begitulah seninya menjadi orang tua. 

Selain itu, saat anak-anak mulai tumbuh, karir orang tua juga makin meningkat. Posisi yang dulunya staf, mungkin sekarang jadi kepala subbagian, kepala bagian, kepala seksi, atau jabatan lainnya. Seiring jabatan yang makin tinggi tersebut, tanggung jawab juga makin besar. Alhasil, waktu kerja jadi makin panjang. Dahulunya, pulang sore, sekarang bisa pulang malam, bahkan larut malam. 

Pada akhirnya, waktu kebersamaan dengan pasangan, atau kencan itu jadi makin tergerogoti. Kondisi seperti itu, bisa menimbulkan konflik. Apalagi jika suami dan istri jarang bertemu. Misalnya, sistem LDR. Ini arti sebelumnya memang Long Distance Relationship. Namun, akhirnya jadi Lama Dilanda Rindu, cieh, cieh. 

Kencan apa yang bisa diharapkan dari hubungan jarak jauh itu? Memangnya punya pintu ajaib Doraemon? Kencan fisik jadi tidak ada sama sekali dan entah bisa terjadi lagi? 

Komitmen

https://cdn.pixabay.com/photo/2019/03/05/16/47/keyboard-4036579_960_720.jpg
https://cdn.pixabay.com/photo/2019/03/05/16/47/keyboard-4036579_960_720.jpg

Pernikahan adalah ibadah yang paling lama dalam hidup manusia. Kata Ustadz Salim A. Fillah, dimulai dari akad nikah, sampai nanti kaki menginjak surga. Lama betul, tantangannya juga tidak main-main. 

Kurangnya kencan adalah salah satu masalah dalam pasangan suami istri. Selain itu, masalah ekonomi biasanya. Habis beras, tabung gas, minyak goreng, ikan, sayuran, dan bumbu dapur lainnya bisa dalam satu waktu. Apa tidak bikin mumet itu? Apalagi, waktu suami maupun istri dihabiskan untuk kerja, kerja, dan kerja. Katanya sih demi keluarga juga, tetapi kok rasanya keluarga jadi terbengkalai ya? Kok pasangan jadi kayak dicuekin ya? 

Kembali kepada komitmen suami istri tersebut, kaitannya dengan kencan. Apakah mereka mau meluangkan waktu untuk kencan berdua, di tempat-tempat romantis, seperti dulu? Ataukah waktu kencan diperluas dengan mengajak anak-anak? 

Komitmen perlu dipertegas. Sebab, melakukan yang satu, menimbulkan efek lainnya. Salah pilih, bisa salah menerima akibatnya juga. Ditambah jika masing-masing jauh, berada di luar kota, LDR itu tadi, seperti apa komitmennya? Apakah kencan dengan orang lain sebagai pengganti kencan dengan pasangan? Waow, ini sih ngadi-ngadi. 

Cara yang satu belum tentu cocok dengan pasangan yang lain. Yang jelas, jika memang kencan tidak bisa dilakukan sebebas dulu, paling tidak ada perhatian-perhatian kecil. Bisa lewat telepon, atau sekadar chat di WA. Chat pun bisa dibuat mesra-mesra dan cenderung mesum. Tidak apa-apa toh, namanya juga suami istri. Itu sebagai pengantar kencan yang sesungguhnya. Sebab, kencan yang bisa bebas lepas, ya, cuma di kamar tidur. Tanpa dilihat orang lain, tidak perlu keluar biaya karena tidak perlu keluar rumah, dan benar-benar merekatkan hubungan antarsuami istri. 

Bahkan, suami istri yang sebelumnya berkelahi pun, bisa lumer dan cair, dengan hubungan kencan semacam itu. Apalagi ini bulan Syawal, kesempatan bagi para jomblo untuk membuktikan dan melakukan kencan yang legal, halal, dan pastinya rasanya sangat kenyal. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun