Tentang nonmuslim yang ikut barisan salat, di depan lagi, ini juga aneh. Justru kalau ibaratnya malah melecehkan agamanya. Nonmuslim kok barisan orang salat? Biasanya, jika ada dua orang yang berteman, satunya muslim, satunya tidak, ketika mau salat, maka yang nonmuslim menunggu di luar masjid. Mungkin menunggu di parkiran atau warung makan dekat masjid. Setelah salat, mereka bisa bertemu dan bersama lagi di luar.Â
Kalau nonmuslim ada  di barisan itu, mending atau lebih baik masuk Islam saja. Ya 'kan? Jadi, lebih pas, agamanya sudah Islam, cocok sekali ikut barisan salat.Â
Perlu Perhatian Lebih
Pihak pemerintah dalam hal ini Kemenag maupun MUI perlu memberikan penjelasan yang lebih gamblang tentang hal atau masalah ini. Jangan sampai, nanti ditiru orang lain dan membuat aturan baru lagi dalam agama Islam. Sebenarnya lebih simpel sih, jika mau buat aturan baru yang lebih aneh, silakan bikin agama sendiri. Jangan dong mendompleng Islam. Agama Islam ini sudah sempurna sesuai dalil Surah Al-Maidah ayat 3. Sudah tidak bisa diubah aturannya lagi, kecuali masalah baru yang perlu fatwa dari ulama. Perlu ada ijtihad baru.Â
Namun, kalau salat, sudah tidak bisa berubah. Mungkin semacam yang lalu, saat kasus covid-19 masih menggila, shaf salat bisa dibuat renggang. Berarti itu ada kemaslahatan. Yang lucu, saat itu tidak ada kursi seperti di Mahad Al-Zaytun. Salat seperti biasa, hanya jaraknya agak renggang. Sekarang, orang sudah salat dengan shaf yang rapat. Dan, begitulah aturan yang benar. Jangan sampai ada setan yang hadir di shaf yang tidak rapat, lalu menggoda di situ.Â
Dari kasus ini, perlu menjadi perhatian para orang tua, terutama ketika mau memasukkan anak-anaknya ke dalam pesantren. Pilih pesantren yang benar. Pilih pesantren yang menjunjung tinggi dalil Al-Qur'an dan hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sesuai dengan pemahaman para sahabat.Â
Jangan sampai masuk ke pesantren yang membuat-buat aturan sendiri. Aturan Allah dan Rasul-Nya, itulah yang terbaik. Contoh dalam aturan lalu lintas saja, kendaraan bermotor, sampai piranti keselamatannya seperti sabuk pengaman dan helm, sudah ditentukan juga. Jangan sampai seperti cerita dari seorang pelawak Jogja dulu. Ada seorang polantas menilang tiga orang yang berboncengan naik sepeda motor. Ketika ditanya, "Kenapa kalian bonceng bertiga?"
Jawabannya bikin geli, "Ya, karena berempat tidak cukup, Pak!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H