Mohon tunggu...
Rizky Kurnia Rahman
Rizky Kurnia Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Seorang blogger dan penulis jempolan, maksudnya suka sekali menulis pakai jempol. Blog pribadi, https://rizkykurniarahman.com

Lahir di Jogja, sekarang tinggal di Sulawesi Tenggara. Merantau, euy!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Untukmu yang Sekarang Menjadi Single Parent

22 November 2022   22:13 Diperbarui: 22 November 2022   22:54 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: pixabay.com

Sepasang sayap. Itu memang dikenal dalam dunia burung. Sayap antara kanan dan kiri dipakai untuk terbang. Seperti pesawat terbang, ada sayap kanan dan kirinya. Pesawat terbang yang meniru burung, meskipun harga tiketnya sekarang makin melambung. 

Sepasang juga dikenal dalam hubungan antarmanusia. Dalam hal ini, yang lebih legal dan halal tentu saja adalah pasangan suami dan istri, istri dan suami. Terserah kamu lebih memilih yang mana? Atau malah pilih "dan" dulu? Walah. 

Hubungan cinta antara laki-laki dan perempuan diresmikan melalui pernikahan. Ini memang bicara tentang jodoh. Saya baru saja melihat ada pesta pernikahan seorang perempuan dengan suaminya. Eh, mantannya datang. Saat sudah di depannya, si perempuan langsung menubruk dan memeluk laki-laki tersebut. Pelukan mereka pun dipisahkan oleh keluarga perempuan. Kalau pelukan yang dipisahkan oleh iklan, maka itu adalah film Teletubbies. 

Dari situ, hem, muncul banyak komentar. Video tersebut memang muncul di TikTok. Komentarnya macam-macam, namanya juga dari berbagai jenis orang. Namun, ada satu titik kunci, bahwa cinta yang ada janganlah hasil paksaan orang tua atau keluarga. 

Jika seorang perempuan memang menyukai seorang laki-laki dan terbukti bahwa laki-laki itu baik, dinikahkan saja. Ya 'kan? Daripada berbuat begitu, pelukan di depan umum, padahal si perempuan sudah punya suami, siapa yang malu coba? Masa putri yang malu? Eh, itu putri malu ya?

Kalau saya sih melihatnya bahwa antara pengantin perempuan dengan mantan laki-laki itu sudah lama pacaran. Buktinya, pelukan sudah tidak rikuh lagi. Saya melihatnya lebih jauh, melalui mata batin, wualah, bahwa di depan umum saja pelukan begitu, apalagi jika pas tidak terlihat orang ya? 

Lebih dari pelukan atau memeluk kenyataan bahwa mereka sudah bertindak lebih jauh. Entahlah, saya pun tidak tahu, meskipun sore tadi saya disuruh istri untuk membeli tahu gorengan di pinggir jalan. 

Ketika Tidak Lagi Sepasang Sayap

Idealnya, ada suami dan istri, namun bagaimana jika kondisi ideal tersebut tidak terwujud? Banyak juga terjadi seperti itu bukan? Mungkin istrinya meninggal dunia, atau suaminya yang masih hidup, atau mereka sudah bercerai hidup, atau faktor lain yang membuat dua insan itu tidak lagi bersatu. Ngomong-ngomong, Insan ini nama teman saya lho! 

Saat kondisi sepasang sayap itu tidak terjadi lagi, maka bisa dinamakan dengan single parent. Bisa pula diberi istilah single fighter. Kalau single kaos, maka itu cukup jauh, karena istilah sebenarnya adalah kaos singlet. 

Single parent memunculkan istilah janda dan duda. Janda untuk perempuan, sedangkan duda untuk laki-laki. Namun, ada pula janda yang untuk laki-laki dan perempuan. Biasa munculnya di pagi hari. Lho, apakah itu? Jawabannya, itu adalah kue janda. Kue khas Bugis. Janda adalah kue yang terbuat dari singkong parut. Diisi dengan pisang, lalu dibentuk seperti lontong dan dikukus. Sajiannya bersama kelapa parut sebagai cocolan.

Kue Janda, Sumber Gambar: https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/rj6Ti_7o1X0nHdeiJbo5NBG4nrU=/1200x900/smart/filters:quality(75):strip_icc()
Kue Janda, Sumber Gambar: https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/rj6Ti_7o1X0nHdeiJbo5NBG4nrU=/1200x900/smart/filters:quality(75):strip_icc()

Orang yang beli kue tersebut bisa laki-laki, bisa pula perempuan. Saya sendiri jika beli tersebut dan pas sendiri, maka saya akan dengan mantap bilang ke penjualnya, "Janda dua!" 

Sedangkan jika membeli bersama istri, maka saya akan mengatakan, "Kue janda dua!" 

Nah, sama atau beda? 

Tentang janda lagi, kali ini janda betulan, memang tidak mudah. Saya pernah punya teman yang karena kondisi tertentu bercerai dengan suaminya. Ternyata, kehidupannya setelah bercerai, justru tidak lebih baik, padahal dia sendiri yang mengajukan gugatan cerai. 

Dulu, dia menikah karena pilihan orang tua, makanya pernikahan mereka hanya bertahan selama setahun. Hanya seumur jagung, istilahnya begitu. Entah yang dimaksud seumur jagung bakar atau jagung rebus, silakan dijawab sendiri. 

Dari berbagai literatur yang saya baca, maksudnya artikel-artikel seputar single parent ini, ada sisi positif dan negatifnya. Sisi positifnya, lebih bebas dalam menjalani kehidupan. Mungkin dulunya, suami dan istri tersebut sering bertengkar. Bisa jadi, seperti pertandingan UFC. Padahal, UFC itu sebenarnya bagus untuk membantu mahasiswa dan pekerja kantoran lho, karena 'kan kepanjangannya adalah Usaha Foto Copy! 

Nah, ketika sudah berpisah atau masing-masing menjadi single parent, maka pertengkaran itu jelas reda. Apalagi jika dulunya orang tua bertengkar, disaksikan anak. Kita sebagai orang tua yang lebih dewasa kok justru seperti kekanak-kanakan, karena masalah sepele, bertengkar lagi dan bertengkar lagi.

Ucapan-ucapan kotor keluar, saling mencela, teriakan, hingga kekerasan fisik dan psikis. Ini 'kan sudah melewati batas sebenarnya. Keluarga yang seperti itu memang harus diselamatkan. Jika menjadi single parent adalah jalan terbaiknya, maka bisa ditempuh jalan itu. 

Kebebasan dalam menjadi single parent juga menyangkut urusan mengatur rumah. Mungkin dulu bertengkar karena perbedaan persepsi dalam memandang rumah. Si istri lebih cuek dengan kebersihan rumah, tetapi suaminya ingin rumah selalu bersih. Bahkan kalau perlu bakteri pun jangan sampai masuk. Kuman juga jangan ada di rumah itu, padahal mungkin nama suaminya Lukman. Apa hubungannya coba?

Sedangkan negatifnya juga ada. Jangan dikira single parent itu selalu enak karena merasa bebas. Tidak enaknya menyangkut pendidikan kepada anak. Dari yang tadinya selalu bersama, kini cuma tinggal satu. Anak-anak pun harus memilih, mau ikut siapa?

Dari segi pergaulan, anak yang diasuh oleh orang tua single akan berbeda kondisinya. Bisa jadi dia merasa minder karena teman-temannya punya orang tua yang lengkap dan tinggal serumah. Mungkin ada bully terhadapnya yang membuat hatinya jadi terluka. 

Jika Memang Saat Ini Single Parent

Urusan jodoh itu memang sudah diatur oleh Allah. Jika saat ini belum dapat jodoh, maka orang tersebut mungkin memang susah diatur. Begitulah kata seorang ustadz yang istrinya cuma satu tersebut. 

Saya pernah membuat status di Facebook: Mantan adalah jodoh yang sudah habis masa aktifnya. Artinya, sebesar apapun pasangan suami istri berusaha untuk mempertahankan pernikahan, tetapi malah banyak masalah yang tidak ada ujungnya, maka mungkin berpisah adalah solusi tepatnya. Tentu, mengambil perpisahan itu harus dipikirkan matang-matang. Jangan berpikir di warung burjo yang seringnya dihidangkan mie instan dengan telur setengah matang.

Saat menjalani single parent atau menjadi orang tua tunggal, maka mesti diterima sebagai ketentuan Allah juga. Jodoh memang cuma ada di pernikahan, tetapi harapan belum tentu seindah kenyataan, apalagi pagi tadi memang belum harapan. Lebih tidak indah lagi karena lapar. 

Perlu diingat, bahwa single parent itu tetap harus diambil segi positifnya. Menjadi kesempatan untuk lebih belajar lagi tentang psikologi, parenting, pendidikan anak, pendidikan agama, dan lain sebagainya. Belajar dengan banyak orang, terutama yang ahli dalam urusan pernikahan dan rumah tangga agar kelak mempunyai dasar yang lebih kuat untuk membangun lagi. Untuk bangkit kembali. 

Menjadi single parent jika baik, justru menjadi kenikmatan dalam hidup juga. Tidak perlu malu menjadi single parent. Tidak perlu terlalu berkecil hati. Kita harus ingat, bahwa dua manusia luar biasa baik di dunia ini juga lahir dari single parent kok. Mereka adalah Nabi Isa alaihissalam dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun