Sementara itu, Pertamax dari Rp12.500,00/liter naik menjadi Rp14.500,00/liter. Kenaikannya berarti sekitar 16%. Sebenarnya kenaikan Pertamax mencapai 38%, karena sudah dinaikkan dua kali di tahun ini. Wah, padahal itu baru Pertamax, belum keduax, ketigax, dan seterusnyax!
Menyikapi Kenaikan Harga BBM
Ada memang solusi menyikapi kenaikan harga BBM ini. Sebagaimana perumpamaan sepatu, kalau mau awet, ya, simpan saja di lemari. Pasti lebih awet. Begitu pula dengan kendaraan bermotor, apakah mau disimpan di lemari juga? Tentunya tidaklah, tetapi prinsipnya sama, kurangi konsumsi BBM dengan mengurangi naik kendaraan.Â
Sebenarnya, yang bikin boros itu untuk pemakaian kecil-kecil saja sih, tetapi kalau ditotal besar juga. Misalnya, hanya untuk beli rokok di warung, harus pakai sepeda motor. Padahal terhitung dekat dan mudah dijangkau dengan jalan kaki saja.Â
Coba dibiasakan untuk jalan kaki saja atau naik sepeda. Bukankah naik sepeda itu tanpa BBM? Kecuali naik sepeda sambil membawa jerigen yang isinya BBM.Â
Bagi perokok apalagi. Kalau untuk membeli rokoknya pakai motor, maka itu kurang sehat. Jalan kaki membakar kalori, setelah itu membakar rokok. Lebih bagus lagi bakar kalori dengan lari pagi bagi seorang perokok. Namun, kok saya belum pernah ya melihat ada orang lari pagi sambil merokok?Â
Selain ke warung, ke masjid juga lebih bagus dengan jalan kaki. Saya mengutip pendapat seorang Kompasianer bernama Mbah Ukik. Jalan kaki ke masjid yang jaraknya hanya sepelemparan batu, tetapi ya jangan melempari masjid dengan batu ya, mentang-mentang jarak sepelemparan batu.Â
Apalagi dalam kaidah agama Islam, berjalan ke masjid itu kaki kanan menambah pahala, kaki kiri mengurangi dosa. Kan begitu. Makanya, makin jauh jalan kaki ke masjid, Insya Allah kebaikannya makin banyak pula. Semakin jauh, bisa makin banyak bertemu orang. Kalau ketemu orang, bisa diajak juga. Soalnya, sekarang yang mengajak ke masjid itu memang jarang. Terdengar azan sih, tetapi telinganya seperti tersumbat dan kakinya terasa tertambat.Â
Efek Kenaikan Harga BBM
Seperti yang diungkapkan dalam banyak media, kenaikan harga BBM itu menyebabkan kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok. Teman saya di Facebook menulis status tentang sudah tidak ada lagi free ongkir. Saya tidak tahu dia jualan apa? Sekarang ongkir akan lebih mahal karena memang pakai BBM juga. Tidak mungkin 'kan, yang membawa kurirnya adalah jin?
Namun, saya lihat, sejatinya, seharusnya, semestinya, BBM ini memang harus turun. Pertalite atau Pertamax harus turun. Lho, kok bisa Mas? Apa alasannya?Â
Jelas, ini adalah sebuah alasan yang hakiki. Alasan yang tidak bisa dibuat-buat. Alasan yang kita hadapi sehari-hari, sepekan-pekan, sebulan-bulan, dan setahun-tahun.Â
Mau BBM itu Pertalite, Pertamax, solar, atau nama lain, di pom bensin maupun penjual eceran, tetap harus turun. Pokoknya tidak, harus turun! Sebab, kalau BBM tidak diturunkan, bagaimana mau masuk ke tangki kendaraan? Dari nozzle Pertamina atau botol berisi bensin bekas botol minuman keras, jika tidak diturunkan, bagaimana mau mengisi tangki? Iya 'kan? Benar bukan?Â