Mohon tunggu...
Rizky Kurnia Rahman
Rizky Kurnia Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Seorang blogger dan penulis jempolan, maksudnya suka sekali menulis pakai jempol. Blog pribadi, https://rizkykurniarahman.com

Lahir di Jogja, sekarang tinggal di Sulawesi Tenggara. Merantau, euy!

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ketika Dibanding-bandingkan dengan Tetangga

24 Agustus 2022   21:20 Diperbarui: 30 Agustus 2022   07:23 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetangga, Sumber Gambar: https://pixabay.com/id/photos/rumah-baris-pantai-deretan-rumah-1623320/

Teman saya, seorang ustadz, pernah mengatakan bahwa di surga nanti kenikmatannya disesuaikan dengan nafsu manusia. Kalau yang laki-laki akan mendapatkan makhluk Allah yang terkenal sangat cantik, namanya bidadari. Sementara yang perempuan diberikan rumah, emas, permata, perhiasan, dan pakaian yang sangat indah. 

Kita lihat di dunia ini, kecenderungan laki-laki memang seringnya tertuju kepada perempuan. Dalam sebuah anekdot, kalau laki-laki lihat anak-anak, dia ingat anaknya. Jika lihat perempuan tua, ingat ibunya. Namun, kalau lihat perempuan lain, lupa istrinya! 

Fitnah terbesar bagi laki-laki memang perempuan. Bisa jadi, fitnah yang lebih besar lagi adalah perempuan yang suka memfitnah. Betapa banyak laki-laki yang terpeleset dengan perempuan lain, padahal perempuan lain itu tidak sedang mengepel lantai, kok sampai bikin terpeleset lho! 

Dalam dunia internet, hem, konten-konten yang ada juga sepertinya banyak disuguhkan untuk laki-laki, terlebih memuaskan matanya. Promosi dengan perempuan cantik, putih, rambut panjang, dan seksi. Konten pornografi juga rata-rata diperagakan oleh perempuan. Gambar-gambar telanjang juga. Walaupun untuk ini, gambar-gambar telanjang juga berasal dari hewan. Kan hewan memang telanjang. 

Jadi, ketika ada perintah dari Al-Qur'an agar laki-laki menundukkan pandangan, sejatinya mata laki-laki itu memang jelalatan, plus dia rakyat jelata pula. Akan tetapi, ada yang salah memahami, menundukkan pandangan, eh, malah yang tertuju wilayah dada perempuan. 

Ketika laki-laki melihat perempuan lain yang cantik, menarik, dan bisa dikatakan aduhai begitu, maka disuruh untuk cepat-cepat pulang menemui istrinya dan melampiaskan nafsu kepada pasangan halalnya tersebut. 

Sejatinya, semua perempuan sama kok, dalam arti untuk di kemaluannya. Ini menurut Ustadz Khalid Basalamah. Makanya, melampiaskan kepada istri adalah jawaban yang tepat saat dilanda godaan. Yang bermasalah kalau laki-laki itu belum punya istri. Hem, belum laku, ya?

Lain Halnya dengan Perempuan

Kecintaan perempuan kepada harta dunia bisa dikatakan luar biasa. Ada seorang ibu dengan satu anak perempuan punya hobi membeli sepatu. Padahal di rumah sudah ada, tetapi jika sedang di mall dan menemukan sepatu yang bagus, eh, beli juga. Begitu pula dengan pakaiannya. Gamis, misalnya. Satu lemari sudah banyak, kalau ada yang cocok, akan tetap dibeli. 

Nah, belanja perempuan semacam itu mungkin berbeda dari laki-laki. Isi lemari suami bisa jadi tidak sebanyak istrinya. Mungkin, suami cuma dikasih tempat satu atau dua rak saja untuk tempat pakaiannya. Sisanya ya istrinya yang menguasai. 

Contoh barang lain, apa ya, tas misalnya. Tas perempuan sangat banyak macamnya, lebih banyak modelnya dibandingkan tas laki-laki. Harganya pun luar biasa jika membeli merek-merek terkenal. Setahu saya, tas laki-laki biasanya tas ransel warna hitam untuk tempat laptop. Biasanya begitu bukan? Sementara tas perempuan, wah, aduhai banyaknya!

Saat Dibandingkan

Cintanya perempuan akan harta akan terus berlanjut sampai menikah. Nah, momen semacam ini, menuntutnya kepada suami. Apalagi jika yang dilihat oleh si istri tersebut adalah tetangganya. 

Ketika tetangga punya rumah bagus, maka bisa saja si istri bilang, "Tuh, tetangga, Pak Johan punya rumah bagus. Habis renovasi rumah. Ini rumah kita kok masih jelek begini?"

Lain hari, tetangga beli mobil baru, terus si istri bilang lagi, "Nah, 'kan, Pas Asmat beli mobil baru lagi. Sekarang mobilnya ada tiga. Mobil kita cuma satu. Sayang, ayo kita beli mobil lagi, biar sama jumlahnya dengan Pak Asmat itu!"

Pepatah "rumput tetangga lebih hijau" benar-benar bisa berlaku bagi para istri. Terlebih jika mereka sudah berkumpul dalam satu majelis. Arisan misalnya. Maka, dengan kecerewetan mereka akan saling bercerita tentang suami, keluarga, harta benda, pekerjaan, dan lain sebagainya. Perempuan selalu punya topik pembicaraan, apalagi jika salah satunya punya suami bernama Pak Topik, itu juga akan jadi pembicaraan juga. 

Terus, apa yang harus dilakukan suami? Ini jawabannya mau dalam konteks positif atau negatif? Kalau negatif, tentu saja suami akan marah. Respons tersebut akan otomatis muncul jika disinggung pekerjaan suami dengan gajinya. Padahal 'kan rezeki setiap orang pastilah berbeda. Mungkin saja tetangga punya mobil bagus, tetapi tidak punya anak. Atau punya anak, tetapi sakit-sakitan. Atau yang lain, lah, pasti ada sesuatu ujian yang dihadapinya dibalik kenikmatan tampak mencolok mata tersebut. 

Masih seputar yang negatif, suami akan berusaha untuk memenuhi permintaan istri. Jika gajinya sudah pas-pasan, maka akan terpikir untuk mencari harta dengan jalan yang tidak benar. Korupsi misalnya. Menipu misalnya. Atau perkara lain yang melanggar hukum. 

Dalam tulisan ini, kita tidak akan membahas yang negatif. Sebab, kalau yang negatif itu memang cenderung tidak benar dan memang berbahaya. Makanya, yang positif saja dibahas di sini, namun jelas bukan positif covid-19 lho.

Menjawab keluhan istri semacam itu yang suka membandingkan dan melihat tetangga terus atau orang-orang lain dengan skala ekonomi lebih tinggi, maka suami tidak perlu risau. Sambil tersenyum, katakan saja begini, "Oh, jadi Pak Asmat beli mobil baru lagi ya, Ma?"

Istrinya spontan mengangguk. Matanya berbinar, seakan ada harapan untuk menyaingi Pak Asmat. 

"Ya, ya, Pak Asmat sudah punya mobil, terus ditambah, sekarang mobilnya jadi tiga."

Si istri itu makin berbinar-binar lagi. Wah, suaminya mulai paham nih!

"Baik, Ma, kita saingi besok!"

Yes, istrinya bersorak-sorak. Eh, tunggu dulu, suaminya masih melanjutkan, "Kalau Pak Asmat punya mobil tiga, maka kita akan beli mobil lima sekaligus! Kalau Pak Dedi yang tadinya punya motor satu, sekarang jadi dua. Oke, mereka punya istri satu, maka besok di sini akan ditambah jadi istrinya dua! Biar mereka bisa tersaingi oleh kita. Betul 'kan, Ma?"

Saya yakin, si istri tersebut akan diam seribu bahasa. Begitulah logikanya, jika tetangga punya satu, kita dua. Tetangga punya empat, kita punya lima. Tetangga istrinya satu, kita istrinya tiga! 

Ada yang mau mempraktikkan ketika berada dalam kondisi semacam ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun