Kami mengobrol tentang gambar replika KRL 2 dimensi yang dibuatnya, lengkap dengan pantograf di bagian atas kereta, juga rel yang ia ingat berupa lonjoran besi, bantalan kayu berisi batu-batu pecah. Kemudian ide baru bermunculan begitu saja. Ia menambahkan kereta khusus kakek-nenek. Waktu saya tanya, “kenapa kita butuh kereta khusus Kakek-Nenek?”
“Kasian kan kalau mereka jalannya jauh sekali ke belakang atau ke depan. Jadinya dibuat aja di tengah,” jawabnya tegas.
Reaksi saya? Tentu saja meleleh dibuatnya.
Merancang moda transportasi yang murah, cepat, aman tentu tidak mudah. Tetapi nyaman, adalah sebuah dimensi yang lain. Lebih menantang! Labirin tak berujung yang mungkin saja menjadi relatif bagi setiap penumpang dan kebutuhannya masing-masing. Tidak mungkin menyenangkan hati semua orang. Buat saya, kemudian kami, dengan menimbang Yang Paling Kecil di antara kami, kenyamanan terletak pada bagaimana sebuah tempat, peristiwa bahkan moda transportasi bisa dikenang dalam rak ingatan yang manis. Bahasa saya: romantis. Menjadi sebuah memori dasar untuk tumbuh dan berkembangnya seorang individu, juga keluarga. Dalam perjalanan para petualang. Seperti KAI Commuter mengantarkan penumpang, kecil dan besar, dari satu titik ke titik lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H