Mohon tunggu...
Jacob Dethan
Jacob Dethan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Pencinta Teknologi dan Dunia Pendidikan Tinggi

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Terobosan Teknologi AR/VR

11 Oktober 2019   14:04 Diperbarui: 11 Oktober 2019   14:13 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: commons.wikimedia.org

Instagram baru saja merilis salah satu fitur teknologi terbaru yaitu Augmented Reality (AR) yang dapat diterapkan dalam proses belanja online. Fitur ini memungkinkan kita untuk mencoba produk yang akan dibeli secara virtual. Kamera dari smartphone kita dalam hal ini berfungsi untuk mengambil kondisi nyata kita dan dipadukan dengan tampilan digital yang dihasilkan dari teknologi AR.

Hal ini memudahkan kita untuk memastikan apakah produk yang akan dibeli sesuai dengan kondisi fisik kita. Misalnya, kita bisa memastikan ukuran, bentuk dan warna kacamata yang akan dibeli sesuai dengan tampilan wajah kita yang secara langsung diambil dari kamera smartphone kita.

AR sebenarnya bukan merupakan teknologi baru karena sudah ditemukan sejak beberapa dekade yang lalu. Tapi, penerapan AR belakangan ini mulai menunjukkan tanda bahwa AR bisa saja menjadi salah satu terobosan terpenting dalam berbagai bidang seperti sektor komersial, kesehatan, pendidikan dan militer.

Saat ini, beberapa universitas besar di negara-negara tetangga kita seperti Australia, Singapura dan Malaysia sudah mulai secara serius mengembangkan teknologi AR untuk proses perkuliahan. Hal ini salah satunya didorong oleh tren perkembangan teknologi saat ini dimana mahasiswa lebih memilih untuk bisa mengakses konten pelajaran melalui smartphone masing-masing.

Contohnya, dosen teknik elektro bisa menjelaskan fungsi sebuah motor listrik sambil menunjukkan seperti apa komponen tsb secara real time dan virtual yang dapat diakses oleh masing-masing mahasiswa melalui smartphone mereka. Hal ini akan menambah daya tarik perkuliahan sehingga mahasiswa tidak menjadi bosan dengan teori tanpa tampilan virtual dari motor tsb.

Hal ini juga dapat mengurangi ketergantungan akan laboratorium. Mahasiswa tidak perlu datang ke lokasi lab hanya untuk melihat komponen dari sebuah motor listrik. Berbagai risiko yang dapat terjadi di dalam lab akhirnya bisa dihindari dan tentunya ada pengurangan biaya capex dan opex dari aktivitas lab tsb.

Selain AR, Virtual Reality (VR) juga menjadi bagian terintegrasi dari teknologi virtual yang dikembangkan saat ini. Berbeda dengan AR yang mengkombinasikan dunia nyata dengan digital, VR secara total mengubah dunia nyata menjadi digital. Sehingga VR bisa menambahkan sensasi virtual secara total ketika suatu topik sedang didiskusikan.

Avengers merupakan salah satu film terpopuler untuk kalangan milenial. Bisa dilihat dalam teaser trailer yang baru saja dirilis bahwa film berkutnya dengan judul Avengers: Damage Control ternyata akan menggunakan teknologi VR. Hal ini akan memberikan sensasi virtual yang tidak pernah ditemukan diberbbagai film sebelumnya.

Sehingga bisa dilihat betapa seriusnya dunia internasional dalam mengembangkan teknologi AR/VR. Lantas, bagaimana dengan perkembangan AR/VR di Indonesia?     

Sudah ada beberapa perusahaan teknologi yang memberikan fokus pada pengembangan AR/VR di negara kita. Salah satu aplikasi dari teknologi VR di Indonesia sudah bisa dilihat melalui berbagai game buatan anak bangsa.

Sayangnya, penerapan dalam sektor lainnya termasuk sektor pendidikan masih belum dapat dilihat secara nyata. Penggunaan teknologi dalam transisi yang bisa dikatakan cukup lambat. Hal ini bisa terlihat dari masih banyak PTN/PTS yang belum memanfaatkan sistem belajar mengajar secara online.

Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi terus berubah secara pesat. Dalam sebuah dialog dengan mahasiswa di Singapura tahun ini mengenai AR/VR, mahasiswa ditanya "berapa banyak dari kalian yang pernah menggunakan iPod?"

Seperti diduga, ternyata tidak ada seorangpun yang pernah menggunakan iPod dari mahasiswa yang hadir. iPod pertama kali diproduksi di tahun 2001 dan di tahun 2019 tidak ada mahasiswa yang menggunakannya di forum tsb. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi berkembang dengan sangat cepat. 

Sehingga, perkembangan teknologi secara pesat seharusnya diikuti dengan transisi yang berimbang dan sebagai negara besar, Indonesia sudah selayaknya mengubah transisi kita ke penerapan teknologi terbaru dalam berbagai aspek dari berjalan menjadi berlari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun