"Apa ia agen asuransi?" pikirku agak skeptis sembari mengingat-ingat wajahnya yang berlalu lalang.
Petang itu, Minggu (23/10), ku rapikan isi tas dan siap beranjak pulangmeninggalkan The Hall Senayan City. Baru dua langkah, jabat tangannya membuatku terhenti.
"Hai, aku digerakkan untuk memberikan ini. Segera kirim emailmu ke sini ya," pintanya dengan mimik ragu sambil menyerahkan sekeping kartu nama.
"Terimakasih kak," jawabku ragu menerima kartu itu sambil ngeloyor pergi dengan sedikit kuatir disodori dan kejaran agen asuransi.
Di halte sambil menunggu bis kuning Koantas Bima jurusan Ciputat- Tanah Abang, kubolak-balik kartu itu. Alkemis Diksi Tee atas nama Tamara Geraldine tertulis di lembar itu.
"Ah, barangkali ini Tamara versi lain," pikirku sangsi. Toh, aku bukan siapa-siapa. Ngefans fanatik sama seleb pun bukan pilihanku, kecuali Desi Anwar, news anchor senior milik CNN Indonesia.
Meski ragu, tiga hari kemudian akhirnya ku tinggalkan pula kontak pribadiku dan menyapa singkat di email itu. Selang sehari, ia pun mengajak ngopi di kawasan SCBD, Sudirman.

"Barangkali orang lain menilai hidupmu hanya sebagai remah-remah. Tapi untuk Dia, Si Empunya hidup, kamu istimewa," ujar Tamara (42) yang kupanggil kak Tee ini.
Ya, sebelumnya aku memang sedikit berbagi tentang kejemuan yang menerjangku sejak akhir 2013 lalu. Dan untuk langkah berikutnya, itu yang tak pernah ku ketahui dengan pasti.
Sejenak menyimak sekelumit proses yang ia alami, aku seolah melihat cerminku sendiri.
"Kalau Ia menghendakimu 'selesai' sejak 2013 lalu, bisa saja Ia mempercepat itu dari dulu. Tapi bila sampai sekarang kamu masih ada, itu berarti ada satu hal besar yang harus kamu selesaikan. Ia menunggumu, dan sangat mengasihimu," katanya menatapku sambil mengaduk pelan secangkir Cappuccino.

Ya, namanya memang jarang lagi terdengar di pusaran kancah hiburan. Presenter olahraga sekaligus penggemar sepak bola ini sengaja memilih untuk perlahan mundur dari hal yang dinilainya jauh lebih baik.
"Yakob, nilai itu bukan diletakkan pada popularitas, prestasi gemilang, baju mewah yang dikenakan, jabatan atau status sosial. Nilaimu ditentukan dari apa yang kamu pilih. Pilihlah Kebenaran, dan pilihlah untuk taat," ungkapnya lagi yang meneguhkanku untuk memilih taat dalam sebuah proses.
Inang berdarah Sumatera Utara ini, kini menjatuhkan hatinya pada dunia literasi dan menulis. Egonya untuk kembali membawakan acara terkadang masih saja memanggil-manggil dan menggoda untuk meramaikan layar televisi. Tapi pilihan yang ia tetapkan sekarang, tetap meneguhkannya untuk tak cemar dengan hasrat aktualisasi yang tak perlu.
Ia seolah menemukan dirinya kala menyibukkan diri dalam sebuah platform bernama “Trupetess” (Trust and hope of Tee’s) yang menyiratkan makna mendalam tentang sebuah keyakinan dan harapan.
"Mainlah ke rumahku, sambil memoles tinta di kanvas, bersama kawan-kawan lain yang juga butuh cerita hidupmu," tutupnya sambil memeluk hangat di tengah langit pekat yang siap menampi hujan Oktober.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H