Mohon tunggu...
YAKOB ARFIN
YAKOB ARFIN Mohon Tunggu... Buruh - GOD LOVES TO USE WHO ARE WILLING, NOT NECESSARILY THE CAPABLE

Addicted by Simon Reeve which experts conflict resolution documentary with his journey around the Carribean

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Penyelamatan Badak Sumatera, Angin Segar Membangun Kesadaran

23 Maret 2016   19:24 Diperbarui: 24 Maret 2016   10:04 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Andatu, si Badak Sumatera yang berhasil dilahirkan dalam penangkaran di Indonesia. Ia sedang melihat buku ceritanya. (Bill Konstant IRF). Sumber Gambar: National Geographic"][/caption]Kabar memprihatinkan sekaligus menggembirakan setelah menyimak video National Geographic Indonesia yang ditautkan rekan satu asrama, drh. Afdi Pratama, anggota International Veterinary Student Association di laman Facebook-nya. Meski tidak berkecimpung sebagai pegiat fauna, saya tentu turut merasa gembira setelah mengetahui Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) yang terancam punah akibat perburuan ini, jejaknya kini terekam kembali. 

Setelah lima dekade akhirnya dapat terekam kamera jebak yang dipasang Tim Penyelamatan Badak Sumatera di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur,  Sabtu, 12 Maret 2016.

Cula panjang khas Badak yang  berkisar antara 25 - 80 cm ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pemburu satwa.  Populasinya di alam dalam rekam data Rencana Aksi dan Strategi Konservasi (Dephut, 2007) ini diperkirakan kurang dari 300 ekor, sehingga termasuk sebagai satwa kritis yang terancam punah (critically endangered).

Untuk melengkapi pemahaman yang minim tentang badak, penelusuran informasi  secara sederhana dari laman WWF Indonesia pun membuahkan gambaran tentang satwa pemakan mangga liar dan buah fikus ini.

Sebagai awam, kala menjelajah Taman Safari Prigen di Pasuruan dan melihat badak-badak tambun bermandikan lumpur ini benar-benar tanpa bekal pemahaman empiris dan biologis mengenai satwa ini. Kala itu, asal menemukannya muncul dan tenggelam di balik kubangan keruh saja rasanya sudah cukup senang.

Belajar Biologi saja rupanya tak cukup memadai untuk membangun kesadaran terhadap kondisi makhluk bertelinga besar berkulit coklat ini.

[caption caption="Penemuan jejak badak di Kalimantan pertama kali di tahun 2015 © WWF-Indonesia"]

[/caption]“Kami mengapresiasi kerja tim yang telah berhasil menangkap salah satu badak di Kabupaten Kutai Barat. Ini adalah langkah yang memberi harapan dalam upaya kita menyelamatkan populasi Badak Sumatera di Kalimantan dan lebih jauh lagi menunjukkan komitmen Indonesia dalam upaya konservasi Tumbuhan dan Satwa Langka (TSL),” ujar Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI sebagaimana dilansir WWF Indonesia.

Setelah diketahui keberadaanya, Tim Penyelamat Badak membangun kandang sementara (boma), di mana badak dapat tinggal di dalamnya selama paling lama dua bulan.

Kabar yang menggembirakan berikutnya, dari berkas rekam kamera jebak dan jejak tapak, kini diketahui setidaknya terdapat 15 individu Badak Sumatera di tiga kantung populasi di wilayah Kabupaten Kutai Barat.

Dengan upaya dan jalan panjang penelusurannya di alam oleh tim, tentu diharapkan pemahaman dan kesadaran masyarakat yang lebih baik mengenai konservasi satwa langka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun