[caption caption="Andatu, si Badak Sumatera yang berhasil dilahirkan dalam penangkaran di Indonesia. Ia sedang melihat buku ceritanya. (Bill Konstant IRF). Sumber Gambar: National Geographic"][/caption]Kabar memprihatinkan sekaligus menggembirakan setelah menyimak video National Geographic Indonesia yang ditautkan rekan satu asrama, drh. Afdi Pratama, anggota International Veterinary Student Association di laman Facebook-nya. Meski tidak berkecimpung sebagai pegiat fauna, saya tentu turut merasa gembira setelah mengetahui Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) yang terancam punah akibat perburuan ini, jejaknya kini terekam kembali.
Setelah lima dekade akhirnya dapat terekam kamera jebak yang dipasang Tim Penyelamatan Badak Sumatera di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, Sabtu, 12 Maret 2016.
Cula panjang khas Badak yang berkisar antara 25 - 80 cm ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pemburu satwa. Populasinya di alam dalam rekam data Rencana Aksi dan Strategi Konservasi (Dephut, 2007) ini diperkirakan kurang dari 300 ekor, sehingga termasuk sebagai satwa kritis yang terancam punah (critically endangered).
Untuk melengkapi pemahaman yang minim tentang badak, penelusuran informasi secara sederhana dari laman WWF Indonesia pun membuahkan gambaran tentang satwa pemakan mangga liar dan buah fikus ini.
Sebagai awam, kala menjelajah Taman Safari Prigen di Pasuruan dan melihat badak-badak tambun bermandikan lumpur ini benar-benar tanpa bekal pemahaman empiris dan biologis mengenai satwa ini. Kala itu, asal menemukannya muncul dan tenggelam di balik kubangan keruh saja rasanya sudah cukup senang.
Belajar Biologi saja rupanya tak cukup memadai untuk membangun kesadaran terhadap kondisi makhluk bertelinga besar berkulit coklat ini.
[caption caption="Penemuan jejak badak di Kalimantan pertama kali di tahun 2015 © WWF-Indonesia"]
Setelah diketahui keberadaanya, Tim Penyelamat Badak membangun kandang sementara (boma), di mana badak dapat tinggal di dalamnya selama paling lama dua bulan.
Kabar yang menggembirakan berikutnya, dari berkas rekam kamera jebak dan jejak tapak, kini diketahui setidaknya terdapat 15 individu Badak Sumatera di tiga kantung populasi di wilayah Kabupaten Kutai Barat.
Dengan upaya dan jalan panjang penelusurannya di alam oleh tim, tentu diharapkan pemahaman dan kesadaran masyarakat yang lebih baik mengenai konservasi satwa langka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H