twitter Kompasiana
Menyitir pepatah yang sering saya dengar yaitu “mutiara yang terpendam” dengan pengertian bebas yang saya maknai. dari pepatah itu berarti seseorang yang memiliki sebuah potensi namun didelikkan dan tak dipandang.
Saya rasa ungkapan ini selaras dan cocok sekali untuk dipadankan dengan sebuah kenyataan, bahwa banyak orang di sekitar kita yang memiliki potensi besar namun tersembunyi dan tak dilirik oleh orang lain.
Bermusik adalah salah satu potensi yang mendarah daging menjadi sebuah passion yang dimiliki anak-anak muda.
Bertepatan dengan momentum Kompasiana Ngulik Meet The Labels yang saya ikuti pada Jumat, (13 /3/2015) lalu, saya berkesempatan untuk mendengar secara langsung bagaimana “DiSSa”, mutiara terpendam itu menuturkan kisahnya.
Band yang digawangi Mirkal (Vokalis), Agha (Gitaris), Adit (Gitaris), dan Aris (Keyboardis) ini sebenarnya sudah terbentuk sejak tahun 2003 lalu. Jatuh bangun putus kontrak dengan berbagai labels pun tak menjadikan mereka putus asa untuk unjuk gigi menampilkan bakat bermusiknya.
DiSSa band pun mengalirkan lanunan nadanya pada pada musik bergenre pop. Di arena musik Indonesia sendiri tak bisa pungkiri, bahwa memang sudah banyak sekali band yang bergenre pop. Namun bukan berarti dengan laris manisnya lagu-lagu pop DiSSa sengaja mengikuti arus itu.
“Kami bermain di genre pop karena kami memang suka dengan genre itu. Kami bermain di genre pop bukan karena panggilan industri, namun karena panggilan jiwa,” kata Mirkal, vokalis DiSSa kepada Kompasianer yang antusias hadir dalam acara Ngulik tersebut.
Ditya Rangga, mewakili E-Motion Entertainment pun tak mengelak bahwa genre musik pop masih digandrungi masyarakat kita.
“Kami melihat bahwa genre musik pop adalah genre yang paling mudah dilahap oleh pasar, karena pangsa pasar penyuka musik yang terbesar adalah pop” ujar Rangga.
Konsep lagu-lagu DiSSa pun secara konsisten menampilkan gitar sebagai lead. Agha sang gitaris menuturkan, bahwa untuk bertahan di industri musik harus memiliki karakter yang khas. Genjrengan gitar yang lembut menjadi karakter yang terus dipertahankan oleh DiSSa untuk mewarnai setiap lagu-lagunya.
Band yang berakulturasi antara Bengkulu dan Bandung ini berharap, genre musik Indonesia dapat lebih beragam lagi dan jangan menyerah untuk tetap mempertahankan genre masing-masing sebagai karakternya.
Seperti dilansir dari meetthelabels.com, masih banyak musisi di Indonesia yang memiliki karya dan kemampuan hebat tetapi belum menemukan kesempatan untuk menunjukkannya. Kini saatnya kalian menunjukkan karya dan kemampuan hebat kalian secara langsung di depan Labels.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H