Mohon tunggu...
Jackson Kumaat
Jackson Kumaat Mohon Tunggu... -

"Politisi muda yang selalu berharap adanya perbaikan hidup bangsa dan negara yang lebih baik dan benar melalui tulisan-tulisan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang disegani dan negara yang dihormati"

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia, Negara Maju pada 2030!

22 November 2012   05:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:52 1846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah statement penting pada acara Komite Ekonomi Nasional (KEN) bertema ‘Penyatuan Visi Bersama Menuju Indonesia Maju 2030’ pada 13 November 2012 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta. Menurut Chairman McKinsey Global Institute, Raoul Oberman, negeri ini sebenarnya berpotensi menjadi negara maju pada 2030. Wow!

Sebenarnya, Indonesia membutuhkan waktu yang panjang untuk bisa menjadi negara maju. Tapi menurut Raoul, Indonesia mempunya banyak potensi ekonomi jika pengambil kebijakan menjalankannya dengan konsisten. [Baca berita: Lima Fakta Indonesia Bisa Jadi Negara Maju pada 2030]

Lima modal Indonesia itu yakni: tingkat ekonomi Indonesia dinilai paling stabil di dunia, 90 persen pertumbuhan ekonomi nasional berasal dari wilayah di luar Jawa, 11 persen ekspor komoditas berasal dari sektor nonmigas, pemakaian sumber daya sudah berkurang dan kelima adalah 60 persen pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peningkatan produktivitas.

Saya sangat sependapat dengan adanya potensi-potensi tersebut. Apalagi dengan meningkatnya teknologi, kondisi Indonesia saat ini sangat berbeda dengan Inggris pada 250 tahun yang lalu, jauh sebelum menjadi negara maju. Artinya, kini Indonesia bisa berhemat belasan tahun saja untuk menjadi negara maju.

Untuk itu menurut saya, Pemerintah RI harus konsisten menggarap empat sektor prioritas, agar Indonesia menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-7 di dunia pada tahun 2030. Keempat sektor itu yakni sektor konsumsi, pertanian dan perikanan, sumber daya alam dan sektor serta sumber daya manusia. Saya yakin, Indonesia memiliki potensi keunggulan dalam empat sektor itu, apalagi memiliki peluang pasar yang besar, yakni dari 0,5 triliun dollar AS tahun ini menjadi 1,8 triliun dollar AS tahun 2030. [Baca berita: Indonesia Fokus Menuju Nomor 7 Dunia]

Berdasarkan studi McKinsey Global Institute (MGI), kelas menengah Indonesia kemungkinan akan tumbuh dari 45 juta orang pada tahun ini menjadi 135 juta orang pada tahun 2030. Maka artinya, bakal ada 90 juta konsumen baru yang memerlukan berbagai barang dan jasa.

Sesuai proyeksi Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Indonesia akan memproduksi 197 juta ton padi tahun 2030, jika seluruh sistem pertanian berjalan normal. Namun jika mulai saat ini pemerintah melakukan peningkatan produksi, maka total produksi padi tahun 2030 bisa mencapai 310 juta ton. Temtunya surplus kebutuhan 130 juta ton itu, bisa diekspor untuk kebutuhan devisa negara.

Sedangkan di bidang pertanian dan perikanan, permintaan akan meroket seiring dengan bertambahnya populasi dunia, sedangkan pasokan terbatas. Ini bisa menjadi peluang Indonesia untuk mengembangkan bidang ini mulai dari sekarang. Sementara itu, makin terbatasnya energi fosil saat ini, maka Indonesia perlu memanfaatkan dan beradaptasi dengan energi alternative, seperti energi panas bumi. Selain itu, Indonesia membutuhkan tambahan tenaga kerja sebanyak 43 juta jiwa tahun 2030 dari tahun ini yang berjumlah 109 juta jiwa.

Nah, yang terpenting adalah faktor ‘energi positif Indonesia’. Apabila kultur pluralisme dikombinasikan dengan karakter kepemimpinan yang kuat, maka kebijakan pemerintah dalam melaksanakan empat sektor prioritas, akan mengantarkan Indonesia naik ke urutan ke-7 terbesar dunia tahun 2030. Mudah-mudahan, energi positif bangsa ini dan karakter kepemimpinan kita yang baik, masih ada.

Salam Kompasiana!

Jackson Kumaat on :

| My Blog | Kompasiana | Website | Facebook | Twitter | Posterous | Company| Politics |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun