Mohon tunggu...
Jackson Kumaat
Jackson Kumaat Mohon Tunggu... -

"Politisi muda yang selalu berharap adanya perbaikan hidup bangsa dan negara yang lebih baik dan benar melalui tulisan-tulisan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang disegani dan negara yang dihormati"

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengintip Masalah Pengangguran di Sulut

14 Mei 2012   09:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:18 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengangguran tak saja menjadi masalah di kota-kota besar di negeri ini. Di Sulawesi Utara (Sulut) misalnya, masalah pengangguran masih menjadi tugas pemerintah setempat yang belum tuntas.

Dalam data Badan Pusat Statistik Sulut, tingkat pengangguran di Sulut di bulan Februari 2012 mengalami penurunan sebesar 0,8 persen bila dibandingkan Agustus 2011. Tingkat pengangguran di Sulut bulan Agustus 2011 mencapai 93,5 ribu orang turun menjadi 92,7 ribu orang di bulan Februari 2012.

Sama seperti daerah-daerah lainnya, masalah pengangguran di Sulut sebenarnya bukan sebatas minimnya lapangan kerja. Masalah pengangguran erat kaitannya dengan komitmen pemerintah membuka lapangan pekerjaan yang luas, peningkatan kualitas tenaga kerja yang profesional serta menyediakan kemudahan pekerjaan di sektor rill.

Faktor eksternal masalah pengangguran juga akibat pengaruh sosial-budaya setempat, yakni setiap keluarga masih mempertahankan tradisi kepada anak-anaknya yang telah lulus dari perguruan tinggi, untuk bekerja sebagai karyawan kantoran di instansi pemerintah maupun swasta. Akibatnya, apabila sang anak dari keluarga yang berprofesi sebagai petani telah menjadi sarjana dan belum mendapat pekerjaan, maka yang bersangkutan dianggap menganggur. Padahal, sektor pertanian di Sulut sendiri masih terbuka lebar dalam memperluas lapangan pekerjaan.

Selain sektor pertanian, lapangan pekerjaan utama di Sulut kedua terbanyak ada di sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi, serta sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan.

Dalam pengamatan saya di Manado, sebagian besar angkatan kerja muda di Sulut mulai mengikuti kemauan pasar. Entah karena tuntutan hidup, yang jelas mulai banyak angkatan kerja muda yang bekerja di sektor informal, seperti cleaning service, office boy, sales dan sopir. Kondisi ini jarang ditemui 10 tahun lalu, karena sektor informal lebih banyak ditempati oleh angkatan kerja dari luar Sulut.

Anak-anak muda di Sulut sudah tak lagi memegang prinsip gengsi dalam memilih pekerjaan. Saya pikir, ini adalah kemajuan berpikir yang patut ditiru oleh daerah lain. Saya setuju dengan semangat para motivator, agar anak-anak muda selalu tampil eksis di dunia pekerjaan apapun sejauh enjoy dengan pekerjaannya.

Nah terakhir, dalam konteks penyediaan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya, pemerintah setempat perlu menjalin kerja sama dengan pengusaha nasional dan asing, yang memiliki potensi untuk menanamka modalnya di Sulut. Bagi saya, kemudahan perizinan dan persyaratan birokrasi merupakan contoh nyata sebagai jalan masuk hadirnya investasi. Kemudahan investasi inilah yang akan menjadi minat investor untuk membuka lapangan kerja.

Jackson Kumaat on :

| My Blog | Kompasiana | Website | Facebook | Twitter | Posterous | Company| Politics |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun