Mohon tunggu...
Jackson Kumaat
Jackson Kumaat Mohon Tunggu... -

"Politisi muda yang selalu berharap adanya perbaikan hidup bangsa dan negara yang lebih baik dan benar melalui tulisan-tulisan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang disegani dan negara yang dihormati"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kini, Bandung (Jadi) Lautan Air

15 Desember 2011   04:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:15 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin sore saya iseng mendengar berita di Radio Elshinta. Biasanya, saya mendengar Radio Gen FM karena bisa membangkitkan keceriaan di tengah macet Ibukota. Betapa terkejut saya mendengar live report adanya banjir dari Bandung yang dipandu Sang Penyiar, Niken.

Belasan mobil tidak berfungsi mesinnya akibat terendam banjir di Jl. Dr. Djundjunan. Hujan deras yang mengguyur Kota Bandung membuat jalan raya di depan pusat perbelanjaan Bandung Trade Center (BTC) itu banjir sepanjang 100 meter dengan tinggi melebihi satu meter. Saluran drainase tidak mampu menyerap dan menampung air hujan yang sangat banyak sehingga menjadi banjir yang mengakibatkan mobil mogok. Kemacetan pun tidak terbendung lagi sampai meliputi Kota Bandung bagian barat, utara, serta tengah.

Sejumlah mobil yang terjebak banjir dalam kondisi parah, karena genangan air mencapai atap, khususnya mobil berjenis sedan. Beruntung, pengendara dan penumpangnya berhasil menyelamatkan diri di tengah hujan deras.

Ini agak aneh bagi saya yang jarang mengunjungki Kota Kembang. Curah hujan di Bandung sebenarnya tak begitu tinggi, jika dibandingkan dengan Bogor. Sedangkan secara geografis, Bandung terletak di dataran tinggi, yang jauh dari pantai seperti Jakarta.

Lokasi banjir Rabu sore (14/12/2011) berada di sekitar Pasteur, yang menjadi akses utama keluar-masuk kota Bandung melalui akses tol Cipularang. Di kawasan ini terkenal dengan mal BTC dan sejumlah hotel berbintang. Lantas, kenapa di lokasi ini bisa banjir?

Di tengah gencarnya berita kasus ‘Suster Ngesot’ versus Satpam Apartemen, berita banjir di Bandung ini kurang menyita perhatian publik. Meski nyaris luput dari media massa, namun media sosial seperti twitter lumayan ramai kicauan soal banjir ini.

Menurut saya, banjir di kawasan Pasteur Bandung ini disebabkan oleh buruknya saluran drainase. Bertambahnya tingkat hunian di Bandung yang sebagian besar merupakan pendatang, ternyata tak diimbangi oleh antisipasi pemerintah setempat. Konon, meluapnya Sungai Citarum yang membelah kota Bandung, tak mampu menampung curah hujan yang cukup tinggi meski dalam waktu singkat.

Seperti dilansir Kompas.com pada 2009 lalu, Sungai Citarum diambang kerusakan vatal akibat mismanajemen lingkungan dari pemerintah. Akibatnya, daerah seperti Kertasari, Majalaya, Baleendah, hingga Margaasih mengalami pencemaran lingkungan berat disertai banjir yang mengancam tiap musim hujan.

Bencana banjir di Bandung kemarin, sudah sepatutnya menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah setempat. Ini juga bisa menjadi pelajaran penting bagi Bang Kumis, dalam menangani masalah banjir di Jakarta. Apalagi, hingga kini proyek pembenahan got di Jalan MH Thamrin, Jalan Sudirman dan Jalan HR Rasuna Said belum juga tuntas di musim penghujan saat ini.

Bukan cuma Jakarta. Kota-kota lainnya juga harus mengantisipasi datangnya musim penghujan yang disertai banjir. Sudah banyak pengalaman derita masyarakat, yang selalu menjadi korban akibat banjir. Banjir juga menyebabkan terganggunya roda perekonomian, termasuk di sektor pariwisata.

Salam Kompasiana!

Jackson Kumaat on :

| Kompasiana | Facebook | Twitter | Blog | Posterous | Company | Politics |

Foto-foto : Banjir di kawasan Pasteur Bandung (Foto:twitter)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun