Mohon tunggu...
Jackson Kumaat
Jackson Kumaat Mohon Tunggu... -

"Politisi muda yang selalu berharap adanya perbaikan hidup bangsa dan negara yang lebih baik dan benar melalui tulisan-tulisan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang disegani dan negara yang dihormati"

Selanjutnya

Tutup

Money

Alfa Vs. Indomaret, Warung-lah yang Paling Menderita

3 Maret 2011   05:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:07 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PERANG minimarket di kawasan Jakarta makin meminta banyak korban. Warung Bu Haji di dekat rumah saya misalnya, terpaksa gulung-tikar karena dagangannya tak laku-laku. Ia pun menunjuk minimarket baru Alfamart dan Indomaret sebagai penyebab berkurangnya pembeli ke kios miliknya.

Benarkah minimarket-minimarket ini illegal? Saya tak tahu.

Sebenarnya jarak Alfamart dan Indomaret tak begitu jauh dari warung Bu Haji. Warung kecil yang selama ini dikelolanya memang sudah lama berdiri di kawasan Cilandak ini. Konon, Bu Haji membuka warung menjelang krisis moneter tahun 1997. Kala itu, Bu Haji dan almarhum suaminya sedang membantu program pemerintah menyalurkan minyak goreng dan beras murah untuk para tetangga. Maklum, saat itu harga sembako melambung tinggi.

Sejak saat itu, Bu Haji mendirikan warung kecil. Dagangan pertamanya adalah beras, minyak goreng, gula pasir, jajanan anak-anak hingga rokok. Harga barang dagangannya pun, tak terlalu mahal. Jika harga barang A misalnya di pasar tradisional sebesar Rp 10 ribu, Bu Haji menjualnya sebesar Rp 11 ribu. Bagi warga yang tak ingin repot-repot ke pasar, biasanya langsung menuju warung Bu Haji.

”Lumayan hemat ongkos Rp 1.000,- karena tarif angkot pulang pergi sebesar Rp 2.000,-” begitu alasan seorang ibu rumah tangga tetangga saya yang menjadi pelanggan setia warung Bu Haji.

Uniknya, Bu Haji juga memberi layanan utang ke beberapa warga tetangga yang sudah dikenalnya. Maka dari itu, sejumlah pengangguran dan supir ojek yang biasa mangkal di ujung jalan, sangat kenal dengan keramahan Bu Haji. Bisa jadi, mereka lebih hafal anggota keluarga Bu Haji daripada nama-nama anggota cabinet Presiden SBY-Boediono.

Di saat hari raya seperti Natal dan Lebaran, Bu Haji menerapkan kelonggaran bagi pembeli Coca-cola, Fanta dan Sprite. Warga yang membeli Coca-cola isi 1 liter, ternyata bisa dibeli isinya saja tanpa harus membayar uang jaminan botol. Nah, usai hari raya, Bu Haji mulai menagih botol-botol ke rumah para tetangganya yang ia catat membeli minuman ringan tersebut.

Bagi saya, Bu Haji adalah figur pemilik warung rakyat yang ideal. Bu Haji juga memahami kharakter warga di sini, atau warga Jakarta umumnya. Ia tak rela mengusir pengamen dan pengemis yang mampir ke warungnya. Konon menurut beberapa warga sini, kini pengamen dan pengemis malu mampir ke warung Bu Haji, lantaran sudah mengenal jiwa social Bu Haji.

Kini, nasib Bu Haji benar-benar di ujung tanduk. Barang dagangannya mulai tak terawatt. Kulkas berisi minuman juga sudah dimatikan, untuk berhemat listrik. Ternyata, beberapa hari terakhir ini Bu Haji sudah tak membuka warungnya. Bisa jadi, Bu Haji mulai lelah dan tua. Mungkin juga, anak-anaknya yang sudah beranjak dewasa enggan meneruskan pekerjaan orang-tuanya.

Tapi yang jelas, toko Alfa yang berjarak sekitar 20-an meter dari sisi Barat warung Bu Haji dan Indomaret yang berjarak 30-an meter dari sisi Timur warung Bu Haji, makin ramai oleh pengunjung. Seperinya, para pengunjung minimarket tersebut tak merasa tertarik mampir ke warung Bu Haji. Atau mungkin, banyak pengunjung yang merasa nyaman berbelanja di minimarket, karena adanya pendingin udara AC dan senyum manis Mbak Kasir.

Terakhir, saya dengar dari tukang parkir Alfa yang tinggal dekat rumah, bahwa Bu Haji mau banting stir. Rencananya, Bu Haji mau membuka kios gado-gado. Tapi tukang parkir itu kembali berceloteh, bahwa rumah kosong di depan rumah Bu Haji, mau dibangun Sepen Ilepen. [Maksudnya: 7-eleven]. Alamak….

Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun