Mohon tunggu...
Jackson Kumaat
Jackson Kumaat Mohon Tunggu... -

"Politisi muda yang selalu berharap adanya perbaikan hidup bangsa dan negara yang lebih baik dan benar melalui tulisan-tulisan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang disegani dan negara yang dihormati"

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatan Perjalanan di Papua Barat: Ojek Nyaris Melintas di Landasan Bandara

24 Februari 2011   05:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:19 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignleft" width="404" caption="PERLU SEGERA DIBENAHI : Bandara Domine Edward Osok, kota Sorong provinsi Papua Barat "][/caption]

KETIKA pesawat mendarat di Bandara Domine Edward Osok, mata saya tertuju pada ujung landasan pesawat. Betapa terkejutnya saya, bahwa yang saya lihat adalah dua sepeda motor yang baru saja berhenti di sisi kiri ujung bandara di kota Sorong tersebut.

Nafas saya nyaris tertahan, saat roda pesawat menyentuh permukaan landasan. Apalagi, pagi itu pukul 8 Waktu Indonesia Timur (WIT), sekitar 20 menit menjelang mendarat, cuaca langit Sorong dalam kondisi berawan tebal. Pramugari Wings Air sempat dua kali mengumumkan cuaca kurang baik, sehingga penumpang harus duduk mengencangkan sabuk pengaman (seat belt).

Saat-saat yang mendebarkan berakhir sudah. Pesawat pun mulai berbelok ke arah terminal penumpang. Beberapa bis berukuran kecil dating menjemput dari sisi pintu belakang pesawat. Maklum, bandara Domine Edward Osok masih tergolong bandara perintis, sehingga pesawat tak bisa mendekat ke arah pintu masuk terminal penumpang.

Di bis tersebut, saya duduk di dekat sopir. Saya berupaya menggali sedikit informasi tentang keberadaan bandara. Dan memang benar, bahwa dua pengendara motor yang berhenti di ujung landasan itu, adalah sopir ojek yang biasa mangkal di dua kampung yang terpisah oleh landasan. Jadi, mereka sudah terbiasa melintas lebar bandara ketika tak ada pesawat take off atau landing. Bulu kuduk saya mendadak merinding mendengar penjelasan itu.

Apakah itu aksi nekat ojek warga setempat?

Ternyata jawabannya salah. Warga yang tinggal di sekitar bandara sudah terbiasa beraktivitas di atas landasan. Sejumlah warga setiap sore memanfaatkan sebagian landasan untuk berolah raga sore. Memang, jadwal penerbangan lebih padat di pagi hari dan lebih sedikit di sore hari. Nah, ini saya kutip sepenggal kisah dari seorang Blogger Adi La Madi yang punya pengalaman berfoto-ria di Bandara Sorong Papua Barat:

Beginilah gambaran sehari-hari di Bandara Domine Edward Osok kota Sorong, selain sebagai landasan pacu pesawat, bisa juga di jadikan sarana olahraga, kalau anda datang pada Sore hari,, banyak yang anda bisa lihat disini, ada yang olahraga lari sore, mulai dari anak sekolah sampai anggota TNI, ada yang bermain Bola,ada yang datang Pacaran, ada yang datang latihan mengendarai sepeda motor, ada juga yang datang sekedar rekreasi atau menikmati matahari Sore, nah karena banyaknya pengunjung ini, ada juga yang mengais rejeki dari keadaan ini,, ada yang jualan bakso, minuman dingin, es keliling dan masih banyak lagi, dan karena di seberang bandara ini ada pemukiman penduduk, maka alat transportasi ojek di kawasan ini sangat laris loh, coba saja lihat gambar gambar di bawah ini. Foto-foto Adi La Madi lainnya bisa di-klik di sini.

http://3.bp.blogspot.com/_ttog97k089w/THSUyPq8NcI/AAAAAAAABPk/IaYEHr5dsgE/s1600/Bandara+Domine+Edward+Osok+Kota+Sorong.JPG
http://3.bp.blogspot.com/_ttog97k089w/THSUyPq8NcI/AAAAAAAABPk/IaYEHr5dsgE/s1600/Bandara+Domine+Edward+Osok+Kota+Sorong.JPG

Bagi saya, ini adalah peristiwa unik dan langka yang menarik untuk ditelusuri. Tapi di satu pihak, kondisi ini bisa membahayakan keselamatan penerbangan. Bagaimana pun kebiasaan warga memanfaatkan sebagian landasan bandara, tentunya ini bisa mempengaruhi sektor bisnis penerbangan. Bisa jadi, kondisi ini yang membuat bandara sulit berkembang menjadi bandara sekelas internasional.

Kabarnya, maskapai Garuda Indonesia hingga kini belum membuka akses ke Sorong, akibat persoalan belum layaknya bandara sesuai standar. Menurut saya, jika bandara dibenahi hingga menjadi lebih baik, maka akan banyak maskapai yang melayani rute ini, termasuk maskapai penerbangan asing.

Kota Sorong selama ini dikenal dengan akses terdekat tempat pariwisata dunia, yakni Pulau Raja Ampat. Keiandahan alam bawah laut dan wisata pantai di Raja Ampat harus lebih dikembangkan seperti Bunaken, yang memiliki Bandara Internasional Sam Ratulangi. Jika bandara di Sorong tak sekelas bandara di Manado, lantas kapan industri pariwisata bisa maju?

Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun