Mohon tunggu...
Erkata Yandri
Erkata Yandri Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi di bidang Management Productivity-Industry, peneliti Pusat Kajian Energi dan pengajar bidang Efisiensi Energi dan Energi Terbarukan pada Sekolah Pascasarjana, Energi Terbarukan, Universitas Darma Persada, Jakarta.

Memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun sebagai Manajemen Productivity-Industry dan Energy sebagai Technical Services Specialist dengan menangani berbagai jenis industri di negara ASEAN, termasuk Indonesia dan juga Taiwan. Pernah mendapatkan training manajemen dan efisiensi energi di Amerika Serikat dan beasiswa di bidang energi terbarukan ke universitas di Jerman dan Jepang. Terakhir mengikuti Green Finance Program dari Jerman dan lulus sebagai Green Finance Specialist (GFS) dari RENAC dan juga lulus berbagai training yang diberikan oleh International Energy Agency (IEA). Juga aktif sebagai penulis opini tentang manajemen dan kebijakan energi di beberapa media nasional, juga berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya tentang efisiensi energi dan energi terbarukan di berbagai jurnal internasional bereputasi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Skin-care "Sugiono": Strategi Awet Muda Gerindra

2 November 2024   13:07 Diperbarui: 2 November 2024   17:23 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: KOMPAS https://nasional.kompas.com/read/2024/10/21/22162271/tunjuk-sugiono-jadi-kemenlu-prabowo-dinilai-butuh-sosok-yang-sudah-dikenal

Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar: Bagaimana partai-partai yang masih didominasi oleh tokoh tua ini akan meraih simpati pemilih muda? Jika mereka tidak segera berbenah, merekrut dan mempromosikan kader muda yang bisa mewakili semangat zaman, mereka berisiko menjadi “museum politik” yang dihuni oleh wajah-wajah lama tanpa pembaruan visi. Alih-alih merangkul generasi baru, partai-partai ini justru berisiko mengasingkan diri dari gelombang pemilih yang jumlahnya semakin besar. Tanpa perubahan nyata dalam kepemimpinan dan strategi, tanda-tanda penuaan politik ini akan semakin jelas terlihat—dan, pada akhirnya, menghambat daya saing mereka dalam pemilu mendatang.

Gerindra dan Strategi Awet Muda

Langkah strategis Prabowo Subianto dalam mengangkat Sugiono sebagai figur sentral di dalam Partai Gerindra mencerminkan upaya serius untuk menjawab tantangan demografis yang dihadapi menjelang pemilu 2024. Dalam konteks politik yang terus berkembang, di mana generasi muda memiliki peran yang semakin signifikan, pengangkatan Sugiono dapat dianggap sebagai tindakan cerdas yang menunjukkan kepekaan partai terhadap kebutuhan dan harapan pemilih muda. Sugiono, yang dikenal dekat dengan kalangan muda, memiliki pemahaman yang mendalam tentang isu-isu global dan lokal yang relevan dengan mereka. Pendidikan yang kuat, kemampuan komunikasi yang baik, serta wawasan internasionalnya membuatnya menjadi representasi ideal bagi Gerindera dalam merangkul generasi baru.

Sugiono bukan sekadar figur simbolis; dia adalah perwujudan dari "peremajaan" politik yang diperlukan untuk menjaga daya tarik partai di kalangan pemilih muda. Dengan mengangkat tokoh seperti Sugiono, Gerindera menunjukkan bahwa mereka berkomitmen untuk memahami dan menjawab tantangan yang dihadapi oleh pemilih muda, termasuk isu-isu seperti perubahan iklim, keadilan sosial, dan transparansi pemerintahan. Sugiono diharapkan dapat mengintegrasikan nilai-nilai dan aspirasi generasi muda dalam setiap kebijakan yang akan diusulkan oleh partai, sekaligus memberikan perspektif yang segar dalam proses pengambilan keputusan.

Strategi "skin-care politik" ini sangat penting, terutama mengingat bahwa hampir 60% pemilih adalah generasi muda yang memiliki pandangan dan nilai-nilai yang berbeda dari generasi sebelumnya. Sugiono, sebagai figur muda yang berorientasi pada masa depan, dapat membantu Gerindera untuk berkomunikasi lebih efektif dengan pemilih muda, mengatasi kesan bahwa partai ini didominasi oleh tokoh-tokoh senior yang mungkin dianggap ketinggalan zaman. Ini adalah langkah proaktif yang menunjukkan bahwa Gerindera tidak hanya berfokus pada pemilu yang akan datang, tetapi juga mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih baik, dengan pondasi yang kuat melalui regenerasi kepemimpinan.

Namun, langkah ini tidak boleh berhenti hanya pada pengangkatan satu tokoh muda. Gerindera harus mengembangkan ekosistem yang mendukung keberadaan dan pengembangan pemimpin muda lainnya. Ini mencakup program pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang berfokus pada penguatan kapasitas anggota muda dalam berbagai aspek, seperti komunikasi publik, strategi pemasaran politik, dan pengelolaan isu-isu sosial yang relevan. Dengan cara ini, Gerindera tidak hanya mengangkat Sugiono, tetapi juga menciptakan jalur bagi generasi muda lainnya untuk memasuki arena politik dan berkontribusi secara nyata dalam merumuskan kebijakan yang berdampak positif bagi masyarakat.

Sebagai contoh, Gerindra bisa mengadakan forum diskusi atau dialog publik yang melibatkan pemilih muda dan tokoh-tokoh muda partai, di mana mereka bisa saling bertukar pikiran tentang isu-isu yang relevan, seperti pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Melalui forum seperti ini, Gerindra dapat memperkuat hubungan antara partai dan generasi muda, serta menunjukkan komitmen mereka untuk mendengarkan dan merespons aspirasi mereka. Selain itu, keberadaan Sugiono di posisi strategis juga bisa dimanfaatkan untuk menggalang dukungan dari influencer dan pemimpin opini di kalangan anak muda, sehingga memperluas jangkauan partai dan menarik perhatian lebih banyak pemilih muda.

Satu aspek penting lainnya dari strategi awet muda ini adalah penggunaan teknologi dan media sosial. Di era digital ini, generasi muda sangat terhubung melalui platform online, dan Gerindra harus memanfaatkan peluang ini untuk berkomunikasi dengan mereka. Sugiono, sebagai figur yang melek teknologi, dapat memimpin inisiatif partai dalam mengembangkan konten yang menarik dan informatif di media sosial, mengadakan kampanye digital yang kreatif, serta membangun interaksi langsung dengan pemilih melalui platform-platform tersebut. Ini akan memberikan citra bahwa Gerindera adalah partai yang modern dan memahami cara berkomunikasi yang relevan dengan generasi muda.

Dengan ini, pengangkatan Sugiono sebagai tokoh kunci dalam Gerindra bukan hanya sekadar langkah untuk mengisi posisi kepemimpinan, tetapi juga merupakan bagian dari strategi yang lebih besar untuk memperkuat hubungan partai dengan pemilih muda. Melalui pendekatan yang inovatif, berorientasi pada masa depan, dan responsif terhadap perubahan sosial, Gerindra dapat memastikan bahwa mereka tetap relevan dan menarik di mata generasi muda. Dengan menciptakan ekosistem yang mendukung kemunculan pemimpin muda dan memanfaatkan teknologi serta media sosial, Gerindera dapat menjadi pelopor dalam memperkenalkan wajah baru dalam politik Indonesia yang lebih inklusif dan dinamis.

Tantangan untuk Partai yang Belum “Sadar Penuaan”

Dalam konteks politik Indonesia, banyak partai yang masih berpegang pada struktur kepemimpinan yang didominasi oleh tokoh-tokoh senior. Ini menimbulkan tantangan besar bagi mereka, terutama ketika mempertimbangkan demografi pemilih yang semakin muda dan dinamis. Partai-partai yang enggan melakukan regenerasi kepemimpinan dapat terjebak dalam apa yang bisa disebut sebagai "keriput politik," di mana mereka kehilangan relevansi dan daya tarik di mata pemilih muda yang progresif dan digital-savvy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun