Mohon tunggu...
Erkata Yandri
Erkata Yandri Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi di bidang Management Productivity-Industry, peneliti Pusat Kajian Energi dan pengajar bidang Efisiensi Energi dan Energi Terbarukan pada Sekolah Pascasarjana, Energi Terbarukan, Universitas Darma Persada, Jakarta.

Memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun sebagai Manajemen Productivity-Industry dan Energy sebagai Technical Services Specialist dengan menangani berbagai jenis industri di negara ASEAN, termasuk Indonesia dan juga Taiwan. Pernah mendapatkan training manajemen dan efisiensi energi di Amerika Serikat dan beasiswa di bidang energi terbarukan ke universitas di Jerman dan Jepang. Terakhir mengikuti Green Finance Program dari Jerman dan lulus sebagai Green Finance Specialist (GFS) dari RENAC dan juga lulus berbagai training yang diberikan oleh International Energy Agency (IEA). Juga aktif sebagai penulis opini tentang manajemen dan kebijakan energi di beberapa media nasional, juga berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya tentang efisiensi energi dan energi terbarukan di berbagai jurnal internasional bereputasi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Membedah Visi-Misi Mahyeldi-Audy: Seberapa Cepatkah Pariwisata Sumbar Bisa Menggeliat?

17 Februari 2021   09:56 Diperbarui: 26 September 2021   23:21 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Topik pariwisata Sumbar pada artikel yang lalu ternyata cukup menarik. Paling tidak itu bagi teman-teman saya di grup WA Chiex-Thiego SMA 1 Padang. Mungkin anda tidak akan percaya kalau diskusinya masih berlanjut juga sampai saat ini. Sampai tulisan ini tayang di KOMPASIANA sekalipun. Sampai anda baca saat ini. Padahal, tidak satupun dari kami yang punya latar-belakang pendidikan pariwisata. Atau, tidak ada juga yang bekerja maupun berusaha di sektor kepariwisataan. 

Teman saya yang jurnalis, pak dirut, bu prof, bu dokter, bu travel umrah. Oh ya, ada satu orang teman lagi yang sudah mulai aktif. Tadinya suka intip-intip saja. Jarang comment. Akhirnya terpancing juga. Pintar orangnya. Juara umum di SMP nya dulu. Punya bisnis sendiri. Sehingga menambah semangat grup. Apalagi setiap idea yang mereka sampaikan, saya masukkan ke dalam setiap artikel opini. Semakin bersemangat dan happy. Sebenarnya, kami semua hanya bermodal semangat empat-lima saja. Sok tahu. Sok keren. Tapi berani ngaku-ngaku berbagi pendapat. Untuk Sumbar, tanah kelahiran tercinta.

Kali ini diskusinya sudah jauh mengarah ke hal yang lebih detail. Implementasi! Bagaimana pelaksanaannya nanti. Hal-hal yang harus dikerjakan oleh pasangan terpilih ini, Mahyeldi-Audy. Ini menyangkut ke visi-misi yang pernah mereka sampaikan ke publik via KPU Sumbar sebelum pemilihan. Coba tengok mereka punya visi; "Terwujudnya Sumatera Barat Madani yang unggul dan berkelanjutan". Ada 7 item misi. Yang terang-terangan menyangkut kepariwisataan adalah pada item yang ke-5, yaitu; “Meningkatkan ekonomi kreatif dan daya saing kepariwisataan”

Terus, yang paling menarik di sini adalah pada salah satu program unggulannya yang paling terkait erat dengan pariwisata. Tepatnya point ke-13, yaitu, "Membangun industri pariwisata melalui 1 destinasi wisata berkelas internasional dan 19 destinasi wisata unggulan". Kalau dicermati, point ke-11 sampai ke-15 itu sebenarnya berhubungan dengan pariwisata. Artimya, paling tidak, lebih dari sepertiga fokus mereka berdua menyangkut kepariwisataan. Wooow, menarik sekali bukan?

Berdasarkan visi-visi yang sudah disampaikan oleh Mahyeldi-Audy itu, maka pertanyaannya sekarang adalah seberapa cepatkah pariwisata Sumbar bisa menggeliat di masa pemerintahannya? Ini bukanlah semacam pertanyaan yang terlalu optimis. Atau, juga terlalu banyak berharapdotcom. Bukan ..... bukan itu! Anggap saja ini semacam doromgan semangat agar kita semua optimis mewujudkan kemajuan Pariwisata Sumbar. Paling tidak dalam 5 tahun ke depan. Bersama pasangan terpilih ini. Suatu harapan yang besar untuk kemajuan Sumbar ke depan. Jangan sampai hasilnya nantinya ”samo sajo, sami mawon, business as usual”. Itu yang harus dihindari. Sebenarnya  ada tiga hal yang mendasari mengapa ada pertanyaan begitu. Tentunya dengan beberapa pertimbangan dan analisa.

Pertama; visi-misi yang belum detail. Belum jelas. Belum diturunkan sampai ke aksi, atau rencana tindakan (action plan). Belum bisa juga dieksekusi. Maklumlah, ini pasti dibuat secukupnya saja sebagai syarat untuk siap-siap berlaga di pilkada. Yang penting isinya menarik. Mempunyai nilai jual. Senjata ampuh untuk memenangi pertarungan. Soal detailnya ya urusan belakangan saja. Nah, kalau mereka sudah dinyatakan menang begini, ya artinya sudah harus jelas. Item kegiatan apa yang akan dilakukan. Siapa yang ditunjuk sebagai penanggungjawabnya (people in charge). Dan, kapan waktu diharapkan selesai (due date). 

Selanjutnya, ini juga harus sampai ke pengukuran kinerja sebagai alat evaluasi pencapaian. Ini yang disebut dengan indikator kinerja utama (KPI). Yang tentunya seiring dengan menentukan goal (sasaran) yang SMART. Sehingga, sehisih (variance) antara aktual pencapaiannya dengan goal bisa menjadi acuan perbaikan dengan rencana tindakan selanjutnya. Mengenai SMART goal, saya tidak membahasnya lagi. Itu sudah dibahas pada artikel sebelumnya di sini.

Pada tahap awal pemerintahan, saya sarankan agar Mahyeldi-Audy turun tangan langsung membenahi kepariwisataan. Terlibat dalam menyusun action plan untuk membuat lebih detail visi-mis-aksi sampai ke penentuan goal dengan KPI yang semestinya. Jangan sampai nanti kehilangan jejak dengan terima beres diserahkan ke orang lain. Akhirnya tidak tahu banyak, bahkan tidak tahu apa-apa. Tentunya, mau apa pun yang dilakukan dan apa pun hasilnya, semua harus mengacu lagi visi yang sudah disampaikan dari awal, ”Terwujudnya Sumatera Barat Madani yang unggul dan berkelanjutan”. Mantab, pemakaian kata “madani, unggul, dan berkelanjutan” adalah sudah tepat.

Kedua; masa 5 tahun itu tidaklah panjang. Tetapi tidak pula singkat. Cukuplah kalau mau membuktikan. Banyak yang bisa diperbuat dengan jatah waktu sebanyak itu. Tanpa harus berpikir dulu untuk menggapai di periode berikutnya. Kerjakan, selesaikan dan tuntaskan apa yang sudah ada di depan mata. Apalagi untuk mengantisipasi lonjakan  aktifitas perekonomian dan wisata dengan selesainya jalan toll Sumatera. Ini efeknya tidak main-main dan tidak boleh lengah. Lengah sedikit, peluang akan lari ke ”tetangga sebelah”. Berikutnya ”tidak dipercaya”. Percayalah! Apa yang ada di  visi-misi ini mesti terwujud dalam waktu yang sangat singkat, 3 tahun saja. Siap?

Saya yakin, dengan tagline: ”Basamo membangun Sumbar”, mereka akan mendapatkan dukungan penuh. Orang Sumbar kalau sudah selesai pemilu dan tahu siapa yang menang, nampaknya selesai urusan. Tidak ada lagi dikotomi ataupun politomi antar kelompok. Urusan tidak berkepanjangan. Semuanya telah melupakan "perang" kemaren. Semua bersiap-siap membangun daerah bersama pemimpin baru dengan selalu dibanggakan. Inilah karakter Minang yang sesungguhnya. Perlu dicontoh oleh Indonesia secara keseluruhan dalam menyikapi hasil pemilu nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun