Mohon tunggu...
Erkata Yandri
Erkata Yandri Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi di bidang Management Productivity-Industry, peneliti Pusat Kajian Energi dan pengajar bidang Efisiensi Energi dan Energi Terbarukan pada Sekolah Pascasarjana, Energi Terbarukan, Universitas Darma Persada, Jakarta.

Memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun sebagai Manajemen Productivity-Industry dan Energy sebagai Technical Services Specialist dengan menangani berbagai jenis industri di negara ASEAN, termasuk Indonesia dan juga Taiwan. Pernah mendapatkan training manajemen dan efisiensi energi di Amerika Serikat dan beasiswa di bidang energi terbarukan ke universitas di Jerman dan Jepang. Terakhir mengikuti Green Finance Program dari Jerman dan lulus sebagai Green Finance Specialist (GFS) dari RENAC dan juga lulus berbagai training yang diberikan oleh International Energy Agency (IEA). Juga aktif sebagai penulis opini tentang manajemen dan kebijakan energi di beberapa media nasional, juga berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya tentang efisiensi energi dan energi terbarukan di berbagai jurnal internasional bereputasi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengulik 5 Perspektif Erick

11 Januari 2021   08:37 Diperbarui: 26 September 2021   23:29 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membuka lembaran tahun 2021 ini, Menteri BUMN, Erick Tohir meluncurkan buku Akhlak Untuk Negeri dengan harapannya agar BUMN bisa merajai pasar dunia. Sebelumnya, di penghujung akhir tahun 2020, dia juga sudah mengeluarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor 11 Tahun 2020 mengenai kontrak manajemen tahunan direksi BUMN. Di situ diatur hal teknis mengenai Key Performance Indicator (KPI). KPI merupakan indikator kinerja penting yang fokus pada aspek-aspek kinerja perusahaan sebagai penentu keberhasilan perusahaan pada saat ini dan waktu yang akan datang. 

Ada lima perspektif yang diharapkan Erick, yaitu; nilai ekonomi dan sosial untuk Indonesia; inovasi model bisnis; kepemimpinan teknologi; peningkatan investasi; dan pengembangan talenta. Bagi BUMN, tujuannya jelas untuk memastikan pencapaian sasaran strategis; meningkatkan efektivitas pengendalian kinerja; serta memastikan beroperasi pada koridor risiko yang dapat ditoleransi. Selain itu, KPI juga untuk mengoptimalkan upaya kapitalisasi potensi; mengakselerasi pertumbuhan kinerja; dan menilai kinerja Direksi BUMN secara fair.

Menerjemahkan Kelima Perspektif KPI

Pertanyaannya sekarang, bagaimana menerjemahkan kelima persepektif itu ke dalam suatu KPI? 

Ok, mari kita ulik satu persatu. 

Pertama, nilai ekonomi dan sosial untuk Indonesia: ini sudah jelas arahnya kemana, yaitu ke "profit-share improvement" untuk kantong negara dan "CSR-share improvement" untuk pengembangan sosekbud dan lingkungan. Intinya, Dirut tidak saja harus bisa mencetak profit, tapi bagaimana profit itu bisa meningkat dari tahun ke tahun dan berbagi dengan pihak lain yang membutuhkan. 

Kedua, inovasi model bisnis: ini semacam indikator antisipasi dari BUMN terhadap perubahan tatanan ekonomi industri 4.0 sebagai efek dari "disruptive". Harus jelas bagaimana caranya mengukurnya. 

Ketiga, kepemimpinan teknologi: semacam pendukung ke point-2, indikator antisipasi dari BUMN dalam menyesuaikan bisnisnya dengan perkembangan teknologi terkini agar bisa semakin produktif dan efisien, tidak kalah cepat dari kompetitor dalam hal kuliatas produk dan pelayanan juga pengiriman, harga, peningkatan pasar yang cepat, dsb. 

Keempat, peningkatan investasi yang  sepertinya ada hubungan dengan point-1. Kalau profit sudah tercetak, selanjutnya tentu menimbun asset untuk kekayaan negara. Maka, tidak ada kata lain, BUMN harus mencepat profit. Malu jika masih minta dikasihani karena merugi. Perusahaan yang maju harus banyak punya aset, apalagi yang liquid. 

Kelima, pengembangan talenta: semacam "regenerasi", jadi the next leader memang sudah digodok di sana, bukan tiba-tiba orang lain didrop ke sana. Ini perlu commitment agar jangan main drop orang saja. Begitu juga dengan orang BUMN yang juga harus pandai manggodok diri sendiri dengan mencetak the next leader. Kalau perlu, BUMN siap mancetak leader untuk "dijual" ke tempat lain. Layaknya seperti apa yang dilakukan oleh klub bola profesional. Kuncinya adanya di rekrutmen dengan gemblengan manajemen sebagai liga tempurnya.

Strategi Pencapaian

Dengan segala tantangannya, baik dari luar maupun dalam, bagaimana mekanisme yang dipakai agar kelima perspektif ini berjalan mulus dan terukur di KPI seperti yang diharapkan oleh Erick? 

Dalam hal ini, ada beberapa manajemen praktis yang harus dilakukan.

Pertama, bersegeralah untuk Agreed & commitment (setuju dan sepakat). KPI itu harus dicantumkan dalam kontrak manajemen yang ditanda-tangani oleh direksi BUMN dengan pihak yang mengatasnamakan pemilik BUMN (pemerintah) sebagai commitment dari kedua belah pihak. KPI bisa ditetapkan oleh kedua belah pihak dengan negosiasi "take it, or leave it". 

Intinya, harus jelas data historis yang akan dijadikan patokan (baseline), menantang dalam upaya pencapaiannya dengan konsep SMART (specific/spesifik, measurable/terukur, agreed/disetujui, realistic/realistis, trackable/dapat dilacak).

Harus diingat, Dirut secara individual dan kolegial harus mempertanggung-jawabkan KPI yang sudah disetujuinya dalam suatu rapat evauasi, sebut saja "walk on fire", dengan konsekuensi siap-siap "di-fired" jika tidak perform. Evaluasi ini harus mingguan. Tidak jamannya lagi bulanan bahkan tahunan. Terlalu lama sulit untuk memperbaiki keadaan yang sudah buruk. 

Pesaing tidak pernah tidur, selalu siap menyalip di kelengahan. Dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi seperti sekarang ini, kinerja bisa ditampailkan secara rel-time bentuk dashboard yang lebih mudah dipahami.

Kedua, bersegeralah untuk Team Building & Accountability (membangun tim dan pertanggung-jawaban). Seorang direktur BUMN tidak bisa mencapai KPI tersebut seorang diri. Dia harus didukung oleh kinerja anak buahnya yang juga mengacu ke KPI direktur tadi. Kelima KPI tadi harus bisa diturunkan ke bawahannya sampai ke level front-line supervisor. Inilah yang dimaksud dengan proses bergulirnya sasaran ke bawahan (GRD = Goals Roll Down). 

Proses ini harus berlangsung mulus dengan prinsip saling mendukung dan commitment. Maka, dari sinilah dimulainya perencanaan (plan), penugasan (assign), kemudian tindak-lanjut (follow-up) dan pelaporan (report) dalam bentuk laporan manajemen (management report) yang mencakup kelima perspektif KPI tadi.

Kemudian, Dirut BUMN juga harus melakukan evaluasi kinerja rutin mingguan (performance review meeting) terhadap level di bawahnya dengan fokus kepada kelima KPI tadi. Tentunya masing-masing jajaran juga sudah mendahului dengan evaluasi kinerja bawahannya juga, atau yang disebut dengan proses bergulirnya sasaran ke atasan (GRU = Goal Roll Up). Jangan berharap banyak jika semua yang disebutkan di atas tidak ada atau tidak dijalankan! Itu mutlak! Ingat, proses GRD dan GRU membutuhkan waktu dan jangan sampai terbelunggu oleh waktu.

Laksanakan Segera!

Jangan terlalu berlama-lama, Erick. Laksanakanlah segera kelima perspsektif anda itu. Kinilah saatnya bagi BUMN untuk berubah dan membuktikan diri bisa bekerja secara profesional mengandalkan kemampuan sendiri dengan dukungan dan komitmen dari pemerintah. Tidak ada waktu lagi saling menunda dan banyak tawar-menawar. Anggaplah kelima perspekstif KPI Erick itu sebagai sentakan awal untuk segera bangkit. Saatnya untuk segera membuktikan bahwa memang "BUMN Untuk (mengisi lumbung padi) Indonesia". Mari kita tunggu bukti gebrakan Erick sambil melihat perbaikan akhlak untuk negeri ini!

Sumber: https://zenodo.org/record/5105439#.YO_dhugzbDe

Posting: https://erkatayandri.com/mengulik-5-perspektif-erick/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun