Mohon tunggu...
Yakobus Mite
Yakobus Mite Mohon Tunggu... Jurnalis - Perubahan itu Kekal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pemerhati Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Rakyat Ngada, Legenda Watu Kaba

26 Agustus 2021   07:35 Diperbarui: 26 Agustus 2021   07:43 9268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Legenda Watu Kaba (DokPri)

Si ibu menjatuhkan badannya ke sebelah kali langsung menjadi batu. Tempat itu sekarang disebut Padha Watu atau dalam bahasa Indonesia disebut jembatan batu. Kedua anak ibu yang menjadi batu melewati jembatan itu dengan menarik kerbau di belakang ibunya yang menjadi batu. 

Mereka berjalan ke arah timur. Sampailah mereka di suatau tempat yang namanya Poma. Tak disadari kerbau menoleh ke belakang. kerbaupun berubah menjadi batu.  Maka tempat tersebut sampai sekarang dikenal dengan nama Watu Kaba. 

Tinggalah kakak beradik berjalan terus menuju ke arah timur. Dalam perjalanan yang belum terlalu jauh, bertanya si adik kepada kakaknya. Kak, mana kerbau kita? Si kakakpun menjawab, "kerbau kita sudah menjadi batu". Sambil berpegangan tangan mereka menoleh ke belakang untuk melihat kerbau. 

Merekapun menjadi batu. Sehingga tempat ini sampai sekarang orang menyebutnya dengan Watu Doa. Watu Doa artinya penjelmaan  dua buah batu yang berasal dari dua orang anak yang bersaudara kandung.

Cerita singkat ini, penulis dengar dari masyarakat setempat atas nama Viktorianus Rema Gare dan Antonius Egedius Nono. Cerita tentang Legenda Watu Kaba ini belum sempurnah, untuk itu masukkan dan saran dari pembaca sangat dinantikan penulis dalam menyempurnakannya. 

Penulis, Pegiat Literasi

Jack Mite

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun