Si ibu menjatuhkan badannya ke sebelah kali langsung menjadi batu. Tempat itu sekarang disebut Padha Watu atau dalam bahasa Indonesia disebut jembatan batu. Kedua anak ibu yang menjadi batu melewati jembatan itu dengan menarik kerbau di belakang ibunya yang menjadi batu.Â
Mereka berjalan ke arah timur. Sampailah mereka di suatau tempat yang namanya Poma. Tak disadari kerbau menoleh ke belakang. kerbaupun berubah menjadi batu. Â Maka tempat tersebut sampai sekarang dikenal dengan nama Watu Kaba.Â
Tinggalah kakak beradik berjalan terus menuju ke arah timur. Dalam perjalanan yang belum terlalu jauh, bertanya si adik kepada kakaknya. Kak, mana kerbau kita? Si kakakpun menjawab, "kerbau kita sudah menjadi batu". Sambil berpegangan tangan mereka menoleh ke belakang untuk melihat kerbau.Â
Merekapun menjadi batu. Sehingga tempat ini sampai sekarang orang menyebutnya dengan Watu Doa. Watu Doa artinya penjelmaan  dua buah batu yang berasal dari dua orang anak yang bersaudara kandung.
Cerita singkat ini, penulis dengar dari masyarakat setempat atas nama Viktorianus Rema Gare dan Antonius Egedius Nono. Cerita tentang Legenda Watu Kaba ini belum sempurnah, untuk itu masukkan dan saran dari pembaca sangat dinantikan penulis dalam menyempurnakannya.Â
Penulis, Pegiat Literasi
Jack Mite
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI