Mohon tunggu...
Jack Cholabus
Jack Cholabus Mohon Tunggu... -

Orang kampung yang mencoba bertahan hidup dengan kerasnya Ibukota, mencoba konsisten menyuarakan hati nurani

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hubungan "Jangka Jayabaya" dengan Pilpres 2014

12 Februari 2014   18:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:53 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JANGKA JAYABAYA, adalah prediksi keadaan Nusantara di suatu masa di masa datang. Dalam prediksi  Jayabaya itu dikatakan, akan datang satu masa penuh bencana.

Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang-guncang, laut dan sungai, akan meluap. Ini akan menjadi masa penuh penderitaan. Masa kesewenang-wenangan dan ketidakpedulian. Masa orang-orang licik berkuasa, dan orang-orang baik akan tertindas. Tapi, setelah masa yang paling berat itu, akan datang jaman baru, jaman yang penuh kemegahan dan kemuliaan. Zaman Keemasan Nusantara. Dan jaman baru itu akan datang setelah datangnya sang Ratu Adil, atau Satria Piningit.

Prediksi (Ramalan ) Jayabaya ditulis ratusan tahun yang lalu, oleh seorang raja yang adil dan bijaksana di Mataram. Raja itu bernama Prabu Jayabaya (1135-1159). Ramalannya kelihatannya begitu mengena dan bahkan masih diperhatikan banyak orang ratusan tahun setelah kematiannya.

Bung Karno pun  perlu berkomentar tentang ramalan ini.

“Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya “Ratu Adil”, apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat ? Tak lain ialah karena hati rakyat yang menangis itu, tak habis-habisnya menunggu-nunggu, mengharap-harapkan datangnya pertolongan. Sebagaimana orang yang dalam kegelapan, tak berhenti-berhentinya menunggu-nunggu dan mengharap-harap “Kapan, kapankah Matahari terbit?”.

Sebelum sampai ke era  keemasan itu, kita masih masuk dalam era  goro-goro untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara yang dikenal dalam istilah NOTO NEGORO /NOTO NAGORO /NATA NEGARA/NATA NAGARA. Dalam bahasa Jawa "NO" dan "NA" itu suara yang keluar sama.

Sehingga siapa pemimpin (baca: presiden) Nusantara(baca:Indonesia) tidak akan jauh-jauh dari istilah NOTO NEGORO.

1. Presiden pertama adalah SoekarNO, adalah NO dari bagian NOto negoro.

2. Presiden kedua adalah SoeharTO, adalah TO bagian dari noTO Negoro.

3. Presiden ketiga BJ.Habibie, tidak termasuk dalam ramalan itu karena hanya presiden transisi.

4. Presiden keempat Gus Dur, tidak termasuk dalam ramalan karena dihentikan ditegah jalan.

5. Presiden kelima Megawati, belum terhitung karena melanjutkan jabatan Gus Dur.

6. Presiden keenam: S.B. yudhoyoNO , termasuk bagian dari ramalan NO atau NA dari NOto NAgoro, sehingga bisa 2 periode menjabat.

Pertanyaannya lantas siapa pemimpin Indonesia pada tahun 2014?

Melihat bakal calon yang bermunculan di media bisa kita analisa sesuai dengan Jangka Jayabaya. Aburizal Bakrie, WiranTO, Prabowo SubianTO, Mega(meGO)wati  SukarNO Putri,Joko Widodo, PramoNO Edy, Gita Wirjawan, Dahlan Ikhsan, Mahmud MD, Anies Baswedan.

Dari nama-nama yang masuk dalam Jangka Jayabaya adalah: WiranTO, Prabowo SibianTO, Mega(meGO)wati  SukarNO Putri dan PramoNO Edi.

Lantas bagaimana dengan JOKOWI(Joko Widodo) ? Jokowi bisa masuk dalam NOTO NEGORO dengan catatan harus mendapat restu dari Megawati dan itu yang terjadi sampai saat ini, JOKOWI tau diri karena dia secara tidak langsung sadar akan hal itu, sehingga kalau ditanya soal capres, Jokowi selalu menyerahkan kepada Megawati.

Kita tinjau masing-masing calon pemimpin:

WiranTO, jika dia terpilih maka gaya memimpinnya akan sangat mirip dengan SoeharTO, karena berasal dari suku kata yang sama.

Prabowo SubianTO, jika dia terpilih maka gaya memimpinnya akan sangat mirip dengan SoeharTO juga, karena berasal dari suku kata yang sama tapi lebih energik dan tegas.

Megawati, jika terpilih gaya kepemimpinannya mirip Bung Karno tetapi tidak banyak bicara, sisi positifnya keibuan, Mega /awan bisa berarti membuat teduh bangsa ini, tapi bisa juga berarti mendung/gelap bangsa ini.

PramoNO Edi, jika terpilih gaya memimpinnya akan mirip dengan SB. YudhonoNO (SBY), karena dari suku kata yang sama, terlebih dari partai yang sama juga.

Mohon maaf untuk calon-calon lain hanya sebatas penggembira, supaya alam demokrasi lebih rame, sekalipun sudah terlanjut keluar dana banyak.

Bagaimana peluang Jokowi?

Jokowi adalah orang yang sangat loyal, tapi juga orang yang cerdas membaca peta politik, sehingga  pencalonan Jokowi sangat tergantung dari PDIP (Magawati), karena itulah yang tersirat dalam Ramalan itu suka atau tidak.

Terserah rakyat, mau menjadikan siapa? Mau tetap kondisi seperti ini atau kembali ke masa lalu, atau menyongsong ke depan dengan Indonesia Baru. Yang terpenting jangan menyesal jika salah pilih.

Wallahu’alam bishowab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun