Dan tambah parah lagi, Setiawan menambahkan, "Ini adalah bentuk perlawanan terhadap media yang tidak berimbang dalam memberikan porsi pemberitaan, atau bahkan timpang menyampaikan informasi. Seluruh instrumen Demokrat harus segera sadar akan gendang yang dimainkan oleh lawan-lawan yang ada. Sedapat mungkin, setiap kader harus hindari menjadi oknum narsis yang selalu nongol di media, padahal hal itu bagian dari jebakan-jebakan politik."
Mengapa saya katakan membela?
Karena gaji dan kedudukan ini bukan buat anak anak yang masih HIJAU, atau ABG. Ini adalah Politik Praktis yang serius.
Kesalahan yang terjadi adalah, mulut dari para anggota partai Demokrat itu suka terlalu banyak di muka media. Sedangkan medai massa delah menjalankan kewajibannya untuk meliput dan mengajukan haknya untuk bertanya kepada para anggota PD ini.
Kesalahan fatal yang sangat di sayangkan, bahwa mereka harus PICK THE FIGHT With Media Massa. Padahal inilah kesempatan yang sangat bagus untuk seluruh pimpinan PD berintrospeksi dan mencoba menyelesaikan persoalan internal maupun korupsi di dalam tubuh partai mereka sendiri.
Dengan mencoba mengkambing-hitamkan media massa, sungguh suatu langkah yang tidak akan memberikan jalan keluar yang nyata.
Keanehan ini justru terjadi didepan para ahli politik dan sederet penjabat dari PD yang bertitel setinggi langit. Mulai dari guru besar, dosen sakti, mantan CEO, mantan direktur, dan ahli politik.
Sungguh sangat disayangkan, mereka lupa dari pelajaran dasar dalam berpolitik yang lebih dikenal di universitas Politic 101.
Apak susahnya dengan mengatakan "No Comment."
Ibarat melihat para pemimpin di PSSI yang selalu saja tidak dapat mengadakan negosiasi dengan good faith, dan bermusyawarah untuk mencapai mufakaat, dengan semua pengelola klub sepak bola di Indonesia. Tanpa harus melibatkan pihak FIFA, dan pengadilan abitrase. Sudah seharusnya mereka secara dewasa, menahan diri untuk tidak berlaku seperti anak ABG, yang suka ngambek.
Ini menujukan bahwa kepandaian otak, tidak diiringi dengan kedewasaan jiwa, seperti becak tanpa tukang becak yang mengerti bahwa genjot becak itu capek sekali, setiap hari panas terik, dan kalau hujan, basah kehujanan. Jika ada penumpang, anda lihat saja, tukang becak bergilir antri dengan rapi, tidak seperti tukang motor ojek yang suka berebut bakal penumpang di perempatan.