[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="Gubernur DKI Jaya Bang Ahok"][/caption] Ancol Jakarta, August 22, 2014 Ahkirnya berakhir sudah drama pertontonan lawakan yang sangat lucu terjadi. Mengapa saya katakan lawakan dan dagelan? Alasannya sangat sederhana sudah saya tuliskan dalam tulisan-tulisan yang lalu. Beberapa dari itu akan saya mencoba membuat sesederhana mungkin sehingga para pembaca lebih mudah membaca dan mengerti. 1. MALAS. Kemalasan dan korupnya Koalisi Capres nomor 1. Dimana dari awalnya saja mereka sudah menjadi koalisi pustun, kayu dan besi. Dimana bergeraknya partai-partai yang menCALOkan Agama dengan sigap merapat. Sedangkan Partai Gerindra baru saja menghancurkan impian partai2 ini. Dengan kemenangan yang signifikan di Pilkada DKI Jaya. Sehingga penipuan antara mereka terselubung, dengan berpura-pura mendukung Prabowo, sebagai calon presiden mereka. Dalam prakteknya, mereka terus menerus melakukan politik kampanye yang sama seperti yang mereka sudah lakukan terhadap Jokowi di pilgub 2012 lalu. Bahkan, kompromi dan menutup mata dari partai Gerindra dengan berpikir mereka sudah menguasai,justru terbalik. Karena elemen2 di partai2 Calo Agama ini menguasai daerah Kampanye Terburuk yang pernah ada di Indonesia, setelah kejatuhan Presiden Soekarno, yang mungkin sebagian dari anda, pembaca yang budiman belum lahir. Tidaklah heran, partai2 Calo Agama ini yang notabene menjadi bagian dari koalisi sebelumnya dengan Partai Demokrat, dan Golkar di pemerintahan. Apa jadinya mereka sudah TAKABUR, sudah menghitung Telur. Padahal ayamnya belum bertelur. Tidaklah heran lobby mereka di pemerintah dan DPR, menghasilkan keputusan bahwa KPU harus membayar semua saksi2 yang akan mereka terjunkan. Bayangkan, mereka berpikir dengan kemenangan pemilu caleg lalu, mereka sudah akan memenangkan pemilu presiden tahun ini. Apa jadinya? Mereka menjadi MALAS. Mereka merasa Kemenangan sudah ditangan mereka. Apa KEMALASAN mereka itu di terbukti dilapangan? Iya, karena kita sendiri sebagai tim pengawas independ memantau dari Sabang sampai Merauke. Dimana tim saksi mereka tidak mengawasi dengan tegas, dan cendrung melakukan praktek2 yang sama. Akhirnya setelah berakhirnya pemilu 2Hari setelah Juli 9 2014, terlihat pasangan Jokowi dan JK memenangkan. Khususnya dari pusat pengawasan saya di Bali, terlihat jelas. Karena Bali adalah provensi pertama yang menyelesaikan perhitungan dari TPS sampai ke Tingkar Provensi. Di mana margin of errors nya dibawah 2 persen. Lalu mereka menunggu sampai keputusan pengesahan dari KPU di Jakarta. Ini adalah kesalahan yang fatal. Dan mereka menggunakan kecurangan2 kecil yang terjadi sebagai bahan untuk nantinya akan menggugat ke MK. Ini lagi langkah yang fatal. 2. Kampanye Keji dan Fitnah yang membuat rakyat Indonesia yang terkenal lemah lebut, dan ramah, merasa Jokowi adalah bagian dari mereka, bagian dari manusia seperti mereka yang sederhana, baik hati, kalem, dan jujur. Sosok Jokowi yang fenomena di dampingi Ahok yang berapi-api penuh nafas reformasi, dan kejujuran, telah membangunkan rakyat yang tadinya sudah APATIS. Rakyat yang sudah mendekati PUTUS ASA. Dari kunjungan2 saya ke beberapa daerah tidak jauh dari ibukota Jakarta, terlihat sekali mata-mata dari mereka yang HOPLESS, SORROW, and DEEP SADNESS. Sudah mendekati pandangan mata dari rakyat di negara seperti Palestina, Somalia, Sudan, dan sebagian besar negara-negara korup di Afrika. Munculnya Duo, Jokowi dan Ahok, light their eyes up. Karena policy saya adalah only help people who want to be help. Khususnya memberikan bantuan apa saja demi kesejahteraan anak-anak dan ibu. Walaupun secara pribadi saya menentang policy ini. Tetapi itulah policy yang sudah ada. Keinginan saya sikat saja para koruptor yang menghancurkan masa depan anak anak dan ibu mereka. Tetapi, policy ini memang jalan yang terbaik, untuk tetap mempertahankan policy yang lebih besar, yaitu Menghilangkan Penjajahan di seluruh dunia, sesuai dengan perjanjian dengan pejuang2 bangsa Indonesia. Ahok adalah politisi yang memiliki visi seperti Jokowi. Ahok adalah politisi yang diset up sebagai failure, and turn to be blessing. Tetapi juga cursed buat Gerindra. Mengapa menjadi cursed? Karena, sebenarnya Ahok bukanlah seorang yang mereka inginkan. Tetapi Ahok show up and proved bahwa keputusan dan kebaikan mereka akan dijadikan sebagai showcase. Showcase bahwa masih ada pejabat yang berlatar belakang politisi bertindak sesuai dengan konstitusi. Tidaklah heran, sebenarnya Ahok tidak ingin menunggu 12 bulan untuk memberikan kesempatan kepada pejabat-pejabat korup yang ada di pemerintahan daerah DKI Jaya. Tidaklah heran, pengaruh Ahok terhadap Jokowi membuat acceleration dalam mengambil keputusan yang melawan banyak kepentingan dari para pelanggar yang notabane sudah melakukan kegiatan iligal ini selama puluhan tahun. Gebrakan ini justru, membuat Paradox antara gaya kampanye partai Induknya dengan kegiatan pemerintahan Ahok. yang mengambil alih penuh tugas-tugas gubernur DKI dengan gaya dan energi yang tidak dapat di saingi oleh pejabat-pejabat manapun di jaman modern Indonesia. Di jaman dulu saya mengenal seorang yang seperti ini, beliau adalah begawan ekonomi Indonesia. Beliau kini sudah ditandingi oleh kerja kerasnya Ahok sebagai pejabat nomor satu di Jakarta. Persoalan Jakarta selama 40 tahun ini, Ahok ingin selesaikan dalam waktu 5 tahun. 3. Ironis nya adalah apakah Ahok akan menjadi Yasser Arrafat yang biasa dijuluki 'The Great Man like a ship without the port.' Mungkin saya menggunakan contoh yang terlalu tinggi. Tetapi contoh ini sangat lah tepat. Karena Ahok mengerti situasi, persepsi, dan kondisi perpolitikan di Indonesia, yang masih kental dengan unsur2 SARA. Partai Gerindra yang berpikir Ahok akan menjadi Keok. Ternyata dalam istilah kalau ada Newbie..itu Lolos test. Membuktikan diri... Baptism by Fire. Kejutan ini justru membuat sebagian kalangan yang masih memiliki rasa SARA, merasa jatah mereka untuk memerintah semakin kecil. Mereka yang tidak mau berubah, merasa mereka akan disingkirkan. Mereka yang tidak mau berprestasi, merasa mereka akan di tinggalkan. Mereka yang masih ingin mempraktekan budaya berkorupsi berjamaah, merasa mereka akan diturunkan. Dalam politik dan sosial. FEAR adalah alat yang sangat efektif sekali. Tidaklah heran, jika kita melihat PosKota dahulu sebagai Koran yang sangat Hebring. Karena menjual FEAR, memberitakan FEAR. Di jaman Orde Baru, ABRI dengan gaya militeristik berpolitik menggunakan FEAR sebagai salah satu alat yang sangat efektif. Saya sebagai seorang asingpun yang berseberangan dengan Koalisi nomor 1. Mereka gunakan FEAR yang sama. Seperti Jokowi dan Ahok, yang sudah pengalaman dalam politik dijaman reformasi ini. Di usia yang muda, Ahok sudah menunjukan bahwa FEAR adalah the number one enemy of us. Overcome FEAR itself dari diri Jokowi dan Ahok, sebagai generasi muda Reformasi Indonesia, membuat bahwa usaha dari saya dan tukang2 becak yang ada akhirnya membuahkan hasil. Hasilnya apa? Mendorong banyak generasi muda Indonesia untuk kembali mencintai negaranya. Mendorong banyak generasi muda Indonesia untuk overcome their own mortal enemy. Mendorong banyak generasi muda Indonesia untuk speak up. Mendorong benyak generasi muda Indonesia untuk stand up and be accounted for. Mendorong banyak generasi tua dan muda, khususnya golput untuk turun gunung. Mendorong banyak kaum wanita Indonesia untuk maju, dan memberikan hak suara, dan pilihnya. Sindiran, Sarkasme yang dilontarkan dimuka umum. Akses kepada finasial yang melimpah. Penampunan atas bangkrutnya banyak dari pengusaha-pengusaha yang mencoba untuk maju. Trilunan dana untuk memberikan kesempatan kepada rakyat untuk membuktikan teori Abraham Lincoln, Presiden Amerika di Jaman Civil War dulu, bahwa untuk membuktikan ucapan seorang harus memberikan dia kesempatan untuk memerintah. Given Benefit of the doubt to every man, who say they want to govern. And we should see what the're made of. Sudah ribuan yang lulusan dari luar negeri yang mengatakan mereka akan menjadi pemimpin di Indonesia. Mulai dari Universitas di England, Mesir, Saudi, Singapore, Australia, Japan, Canada, dan khususnya AS. Ribuan makalah, simposium, seminar, kajian, solusi dilemparkan untuk kemajuan Indonesia. Akhirnya kembali ke BASIC... HUMAN NATURE. Yaitu -Can They Keep their Integrity? -Can They Focus with their agenda? -Can They survive under pressure? -Can They Keep their honesty? Looking back, all these years, saya melihat banyak orang-orang yang hebat berpotensi datang dan pergi. Mereka hanya melakukan hal-hal yang mini, dan kerdil. Dari pemikiran muda yang explosive dan menggebu-gebu, akhirnya kembali ke awalnya lagi.... melempem, sunyi.. senyam.. dan welah asih. Dan contoh yang jelas, menghantui Jokowi, yang kini sudah sah secara hukum menjadi presiden Indonesia. Kini saya sudah pensiun. Saya secara pribadi memiliki keprihatinan. Karena saya mengetahui bahwa Pak Jokowi sangat baik hati. Sedangkan Indonesia membutuhkan akselerasi dan langkah2 yang BASIC yaitu sudah dikatakan oleh wakilnya dahulu Ahok. Apa yang harus dilakukan Jokowi dan JK sebagai presiden Indonesia dalam waktu 100 hari mendatang? Ini saran yang selama ini saya sependapat dengan Ahok. Apa itu? 1. UU Pembuktian Terbalik. 2. Rekonsoliasi Terhadap Kejahatan Masa Lalu. Termasuk kejahatan Orde Baru, Korupsi, dan HAM. 2 Hal ini harus diselesaikan, supaya semua pihak akan membuka diri, dan memecahkan lingkaran setan, dan status quo. Saya yakin Indonesia adalah bangsa yang besar, yang akan memaafkan semua kesalahan masa lalu. Dan pihak keluarga yang menjadi korban, dan juga menjadi pelaku, akan merasa mereka bisa hidup dengan damai. Walaupun kebanyakan dari mereka tidak lagi bisa menjadi pejabat publik di Indonesia. Sebagai penutup, ini adalah summary akhir dari saya, sebagai pensiunan tukang becak. Dimana saya sudah melakukan semua apa yang ingin saya lakukan, dan saya tidak perlu memberikan pertanggung jawaban kepada semua pihak. Bagi Koalisi nomor 1, saya ingatkan The Truth Will Set You Free. Kembalilah ke Jalan Yang Lurus. Karena itulah Jalan yang diajarkan kita sejak kita lahir. Kembalilah ke Janji dan Sumpah untuk membuat Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat Indonesia... kalau istilah saya Common Wealth... menggunakan istilah Jokowi dan Ahok... Keadilan Sosial Kepala, Perut dan Dompet seluruh Rakyat Indonesia. So Help Us, God. Salam dari Pantai Binaria Ancol Jack Soetopo .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H