Mohon tunggu...
Jacinda Claramuti Purnomo
Jacinda Claramuti Purnomo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fikom Unpad

Currently attracted to creative media

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ciamik! Brand Lokal 'Popsiklus' Menyulap Milk Carton jadi Barang Unik

28 Juni 2024   08:35 Diperbarui: 28 Juni 2024   09:10 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lembaran karton susu yang akan digunakan sebagai bahan produksi Popsiklus. Oleh: Instagram @Popsiklus 

JATINANGOR - Diketahui bahwa dari data yang diinput oleh Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) memperoleh data capaian yang dilakukan oleh 132 kabupaten dan kota se-Indonesia pada tahun 2023. Grafik Komposisi Sampah berdasarkan Sumber Sampah, menunjukkan bahwa sebesar 38.1% berasalkan dari limbah rumah tangga.

Penasaran gak sih kemana perginya limbah sampah rumah tangga itu? Atau bekas kemasan bahan baku yang diolah di kedai kopi atau restoran? Dengan banyaknya kemasan tersebut dengan merek yang sama pastinya menumpuk dan sayang jika dibuang begitu saja, setuju? Nah, ternyata sampah bekas kemasan seperti susu UHT yang berbentuk milk carton itu bisa disulap menjadi barang yang berguna genks!  

Wait.. wait how did that thing happen?

Sebuah brand lokal kerajinan yang dinaungi oleh Kurniati Rachel Sugihrehardja yang biasa dipanggil Nia, berfokus pada pemanfaatan limbah kertas karton yang diubah menjadi barang yang fungsional dan lebih bernilai. Studio workshop Popsiklus terletak di Cimahi, Jawa Barat ini mulai dijalankan dari tahun 2009 loh! Ciamik abis yah, sudah 15 tahun mereka berdiri. Sedikit trivia, nama brand Popsiklus tadinya Bikinbikincraft loh genks. Dikutip dari artikel IDN Times, nama brand "Bikinbikincraft" dicetuskan dari kesenangannya untuk membuat kerajinan tangan sebagai ibu rumah tangga yang kerap melakukan kegiatan me-time di meja pojok rumahnya. Dengan banyaknya ide yang harus disalurkan akhirnya terbentuklah brand lokal ini. Sedangkan nama "Popsiklus" berawal dari kata "Pop" yang berarti populer dan "Siklus" yaitu pendirian Nia bahwa segala sesuatu pasti ada siklusnya yang dapat didayagunakan sebelum pada akhirnya dibuang.

Oke lanjut! Founder Popsiklus alias Nia, awalnya terinspirasi saat melihat tumpukan sampah rumah tangga berupa karton susu yang tak kunjung dibawa oleh petugas kebersihan, baik dari aroma juga visualnya sangat mengganggu. Nia sampai berinisiasi untuk mencuci sampah karton susu yang menumpuk tersebut, ya setidaknya mengurangi rasa bau yang mengganggu. Sayangnya, setelah dicuci pun masih belum juga diangkut oleh petugas kebersihan di rumah Nia. 

Sebelumnya, kalian tau gak sih kalau karton susu bekas pakai atau UBC (Used Beverage Carton) itu tuh sangat sulit untuk terurai! Walau memang tampaknya seperti kertas, UBS ini tidak mudah terurai secara alami layaknya kertas, karena ada kandungan lapisan plastik---pada jenis UBC tertentu ada lapisan alumunium di luar permukaan. Nah dengan kandungan lapisan plastik itulah UBC menjadi bahan yang cukup tahan lama untuk digunakan ulang (upcycled). 

Dari peristiwa tersebut lahirlah gagasan baru untuk menciptakan suatu barang yang lebih fungsional dan pastinya artistik dengan cara upcycling dan recycling. 


Upcycling? Recycling? Apa bedanya deh?

"Popsiklus, ingin mempopulerkan siklus daur ulang limbah agar tidak langsung berakhir di TPA," tegas Founder Popsiklus. 

Nah dengan visi misi yang dimiliki Popsiklus, mereka tidak ingin sampah rumah anorganik sampai tiba di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan cara upcycling dan recycling itulah diubah menjadi berbagai macam jenis tas hingga dompet yang artistik. Well, pastinya gak mudah ya merubah sampah anorganik menjadi sesuatu yang dapat dipakai, pastinya dengan melakukan daur ulang sampah dari bekas kemasan susu berlapis-lapis memerlukan tahapan yang rumit dan panjang. 

Dilansir dari akun Instagram milik Popsiklus @Popsiklus pada 19 April 2023, upcycling merupakan proses mengubah bahan limbah menjadi produk baru namun masih menjaga bentuk asli limbah tanpa harus merobek, menghancurkan, dan melelehkan bahan. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap upcycling ini memang harus picky dalam pemilihan bahan limbah yang akan diproduksi genks, gak boleh sembarangan karena akan merubah artistik hasil produksi nantinya. Sedangkan recycling sendiri yang pasti udah gak asing di telinga kalian, merupakan proses memecah bahan limbah dengan cara merubah bentuk bahan menjadi suatu produk yang baru. Pada proses upcycling hal yang perlu kalian take a notes adalah pemilihan bahannya, kalau recycling ini kalian harus menyiapkan tenaga lebih dalam proses pembuatan.

Dua-duanya sulit ya, ini dia up's and down's yang dilalui Popsiklus selama 15 tahun

"Trial error-nya seperti melewati gunung dan lembah seperti Ninja Hatori, banyak error-nya sih dibandingkan berhasilnya," celetuk Nia. Waduh gak seriusan melewati gunung dan lembah juga sih genks, Nia mengatakan "Dalam berinovasi itu ada yang namanya tahapan R&D yang kadang memerlukan sebuah proses panjang tak berujung. Apalagi kalau berurusan dengan yang namanya limbah, banyak hal tak terduga yang di luar kontrol kita, misalnya kondisi bahan baku yang kita tidak bisa kontrol, itu akan mempengaruhi banyak hal."

Nah Research and development ini bagian terpenting saat kamu ingin memproduksi sesuatu genks! Pastinya para pengusaha ingin lebih unggul dari kompetitor lainnya, jadi Nia sendiri sebagai Founder Popsiklus tidak bisa diam saja berpatok pada satu hasil produk saja, ditambah dengan bahan baku yang tidak selalu stabil pemasokannya.

"Kedai kopi itu kebetulan memang paling banyak menggunakan susu yang jenisnya sama, si fresh milk ini ya. Susu fresh milk ini banyak digunakan sama kedai kopi. Jadi yang kedua itu, aku banyak dapet dari kedai-kedai kopi. Sumber yang terakhir itu dari pabrik susunya yang bersangkutan, tapi pabrik susu yang bersangkutan kadang-kadang jenis limbahnya bervariasi. Ada karton yang reject, ada karton yang cacat. Jadi, dari ketiga sumber itu, aku mendapatkan karton susu bekas pakai atau tidak layak pakai yang dikirimkan ke tempatku," tambah Nia, dikutip dari IDN Times.

Ya jadi walaupun banyak kedai kopi atau supplier lainnya tersebar dari berbagai daerah pasti ada saja titik saat bahan baku tersebut tidak tersedia atau tidak memenuhi kriteria. Dari tahun ke tahun banyak nih yang menjadi supplier tetap maupun supplier baru yang memberikan kemasan bekas susu ke Popsiklus. Sejumlah kedai kopi di beberapa kota telah mendonasikan karton susu bekasnya ke Popsiklus untuk diubah menjadi barang siap pakai seperti @monochrome_cr @kopi.cuanyu @kopijanjijiwa.smgkedungmundu @turningpointcoffee @bebekdekil dan tetangga Nia yang dermawan lainnya genks. 

Seperti yang sudah disebutkan tadi, emang harus dengan seleksi bahan limbah yang ketat untuk melewati proses produksi. Perempuan berkacamata itu pastinya strict juga tentang syarat dan ketentuannya mengenai kebersihan karton susu. Banyak donatur yang sangat berkomitmen dengan kegiatan donasinya. Mereka mencuci bersih karton susu satu-satu, digunting, lalu dipipihkan agar saat sampai di tangan Popsiklus sudah rapih. Nah ini bagian down-nya---masih saja ada supplier yang tidak mengikuti syarat dan ketentuan dari Popsiklus. Nia sendiri pastinya juga telah berbincang dengan setiap donatur yang menghubunginya untuk memberikan bekas kemasan susu, membahas kesepakatan seperti apa jika ingin mengirimkan limbah itu. Sempat Nia memutuskan untuk melakukan penutupan penerimaan karton susu karena barangnya masih ada yang kotor dan gak dapat diolah. Walau keduanya dilakukan oleh Popsiklus---upcycling dan recycling, Nia menegaskan untuk lebih mengedepankan proses upcycling.

"Dalam hal ini karena sebagian besar proses yang kita lakukan adalah upcycling, maka karton-karton yang kondisinya seperti ini (kotor) tidak dapat kami olah," ujar Founder Popsiklus. 

Nah, dengan keteguhan Nia yang berusaha untuk menciptakan sustainability living ramah lingkungan hingga dapat konsisten berjalan selama 15 tahun. Sudah seharusnya kita juga ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah dalam gaya hidup berkelanjutan di masa depan. Kita, sebagai konsumen memiliki kendali untuk memengaruhi perubahan. Dengan kamu mendukung barang produksi berkelanjutan seperti Popsiklus sebagai konsumen atau bahkan ingin menjadi produsen pada usaha recycling and upcycling, tandanya sudah tertanam rasa kesadaran diri juga empati terhadap lingkungan loh genks!

Ibaratnya seperti "Kamu gak harus melakukan pekerjaan tepat pada 07:00, dari pukul 06:49 juga bisa kok." 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun